Tamam Si Pengusaha Online Raup Omzet Rp30 Juta Berbekal Pembinaan dari BAZNAS

Badrutamam atau biasa disapa Tamam adalah seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi islam negeri di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Tamam memiliki semangat yang tinggi untuk bisa menuntut ilmu. Maklum saja, dia merupakan mahasiswa perantauan dari Madura. Di Ciputat juga dia bukan seperti mahasiswa kebanyakan yang tinggal di rumah atau indekos, namun dia tinggal di musala, sekaligus menjadi marbot di sana. Demi bisa mengirit biaya dan mendapat ilmu, Tamam rela hidup sederhana di tanah rantau.

Di musala itu, Tamam tak hanya sekadar numpang tidur, namun juga turut mengajari anak-anak sekitar untuk mengaji Al-Quran. Baginya, hidup yang singkat ini haruslah dimanfaatkan untuk orang banyak. Dia sangat antusias berbagi ilmu agama kepada anak-anak.

Namun, Tamam tetaplah manusia biasa yang memiliki beragam kebutuhan. Jika seperti ini terus, dia tak akan bisa mencukupi kebutuhan hidupnya di perantauan. Terlebih ayahnya sudah meninggal, sedangkan ibunya kini berusia 70 tahun. Tentu dia tak bisa berpangku kepada sang ibu yang mulai renta. 

Harapan Tamam untuk meraup penghasilan tambahan pun datang. Jelang lulus kuliah, dia mendapat informasi seputar program pelatihan digital marketing dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Tanpa berpikir panjang, dia langsung mendaftar dan menjadi penerima manfaat. 

Tamam tergabung dalam kelompok Marketing House BAZNAS. Selain mendapatkan pelatihan digital marketing gratis, Tamam juga memperoleh bantuan modal usaha sebesar Rp3 juta.

Berbekal ilmu digital marketing dan modal usaha, Tamam mulai menjalankan usaha jualan online. Produk pertama yang dijualnya adalah tas sarung kursi mobil. Awalnya muncul keraguan dalam dirinya, dia tak yakin jualan bisa melalui online. Banyak keraguan di kepalanya, terkait kepercayaan orang yang mau mentransfer uangnya terlebih dahulu. Seperti kita ketahui, jual beli online butuh kepercayaan lebih, tak seperti jual beli offline yang bertatap muka. 

“Mas, bener nggak sih kita bisa dapet duit dari usaha jualan online kaya gini?,” ujar Tamam penasaran kepada pendamping program.

Namun, belakangan Tamam mencoba menepis keraguan itu dan mencoba terjun ke bisnis jualan online. Bak gayung bersambut, tak butuh waktu lama untuk Tamam mencatatkan penjualan pertama. Dari sini Tamam mulai yakin bahwa bisnis berbasis kepercayaan ini menjanjikan. Dinamika dalam berbisnis pasti ditemui. Itu pula yang dirasakan Tamam. Pernah ia mengalami kesulitan penjualan, sehingga berdampak pada cashflow. 

Namun, solusi selalu hadir jika mau berusaha. Tiba-tiba pesanan produk pakaian meningkat, sehingga omzetnya pun meningkat. 

Penghasilan Tamam stabil di angka Rp300 ribu- Rp500 ribu per hari. Bahkan, cukup sering mencapai angka Rp800 ribu per hari. Tamam menyisihkan 10 persen dari profit harian untuk disedekahkan ke asrama alumni pesantren maupun asrama organisasi daerah asal kampungnya. 

“Alhamdulillah, saya bisa mengirimkan uang Rp500 ribu hasil jualan online kepada ibu di kampung. Ibu bercerita bahwa sebagiannya disedekahkan supaya berkah,” cerita Tamam haru saat berhasil menjual produknya di awal berjualan.

Seperti penjual pada umumnya, Tamam tentu memiliki impian usahanya bisa terus berkembang. Karenanya, Tamam berusaha menjalankan bisnisnya sepenuh hati dan profesional. Ia terus mengembangkan kemampuan digital marketingnya. Semula asetnya hanya Rp3 juta yang merupakan pembiayaan dari BAZNAS. Hanya dalam waktu tiga bulan, Tamam berhasil menaikkan asetnya menjadi Rp30 jutaan. 

Tak hanya itu, Tamam pun sudah mampu membuka lapangan pekerjaan bagi tiga orang. Dua orang bertugas sebagai customer service dan satu lagi bagian packaging. Tamam pun tidak pernah lupa untuk bersedekah sebagai tanda kesyukurannya.

“Alhamdulillah, saya sudah mandiri secara finansial dan bisa membuka lapangan pekerjaan meski hanya tiga orang. Semoga usaha ini terus berkembang agar semakin banyak orang yang merasakan manfaatnya,” katanya.