Sarmi saat melayani pembeli (Foto: BAZNAS)

Penerima Manfaat Program BAZNAS Ini Punya Omzet Usaha Rp34 Juta Sebulan

10/03/2021 | Markom

Sarmi mungkin tak pernah menyangka dapat meraih omzet hingga Rp34 juta per bulan dari usaha rumahan kerupuk kulit yang digelutinya saat ini. Sebuah pendapatan yang besar jika mengingat kisah perjalanannya merantau ke Jakarta dan menjalani beragam profesi.

 

Kisah sukses wanita berusia 43 tahun itu bermula saat ia nekat merantau ke ibu kota dengan menjadi pembantu rumah tangga (PRT). Selain mengurusi pekerjaan rumah tangga, Sarmi juga dilibatkan dalam kegiatan operasional agen koran yang dijalani sang majikan.  

 

Setelah delapan tahun menjalani pekerjaan itu, Sarmi mulai berpikir mengubah hidupnya menjadi lebih baik, dengan membuka usaha sendiri. Sarmi yang baru saja menikah kala itu, membuka lapak loper koran di Salemba, sementara suaminya di depan RS Polri Kramat Jati, Jakarta.

 

Bermodal keuletannya dan sifatnya yang mudah bersosialisasi, ia memiliki banyak relasi untuk dititipkan koran kepada loper atau tempat lainnya. Dalam waktu singkat, Sarmi berhasil menaikkan omzet penjualannya hingga berkisar Rp100 ribu-Rp200 ribu per harinya. Angka yang cukup besar kala itu.

 

Badai pun mulai datang. Ia kerap ditipu loper koran yang tak menyetorkan hasil penjualannya. Lalu puncaknya saat adanya kebijakan penertiban pedagang kaki lima di trotoar, yang mengharuskannya angkat kaki. Loper korannya pun hanya bertahan tiga tahun. 

 

Ia pun lantas mencoba usaha baru, yakni berjualan sate padang. Sebelumnya dia hanya membantu mertuanya yang telah terlebih dahulu berjualan. Namun seiring berjalannya waktu, dan setelah mengalami berbagai kegagalan dalam berusaha, Sarmi mantap untuk berjualan sate padang bermodalkan pengetahuan saat membantu mertuanya dulu.

 

Lapak pertama terletak di dekat Masjid Sunda Kelapa. Selain sate padang, Sarmi juga menjual camilan pelengkap seperti kerupuk kulit dan keripik. Namun ternyata, sate padang yang dijualnya kalah laku dibandingkan kerupuk kulit yang awalnya disajikan sebagai menu pelengkap. Dia pun berpikir untuk mencari tahu supplier bahan baku keripik kulit dan cara menggorengnya. Hingga akhirnya Sarmi menemukan pabrik bahan baku yang terletak di Cipinang, Jakarta Timur. 

 

Dengan tertawa, Sarmi menceritakan kisah lucunya saat mencoba menggoreng kerupuk kulit sendiri untuk pertama kalinya.

 

"Kerupuk yang digoreng ternyata bantet semua jadinya, tidak layak jual karena salah mengatur besarnya api kompor," kata Sarmi sembari tertawa mengingat momen itu.

 

Belajar dari pengalaman, Sarmi akhirnya berhasil membuat kerupuk kulit yang renyah dan gurih. Peminat pun berdatangan. Pada 2016 Sarmi fokus pada produksi dan penjualan kerupuk kulit.

 

Kendala datang saat dia ingin meningkatkan alat produksi dan pembelian bahan baku dalam jumlah besar. Dia awalnya ingin mengajukan kredit ke bank, namun sistem bunga dan tiadanya aset untuk jaminan membuatnya mundur dan menunda rencananya.

 

Rezeki pun hadir di saat yang tak terduga. Pada November 2019, Sarmi mendapat informasi soal kemitraan pelaku usaha mikro lewat BAZNAS Microfinance. Setelah melalui proses, Sarmi akhirnya mendapatkan pembiayaan tanpa bunga untuk meningkatkan produksi usahanya. Pembiayaan dari BAZNAS digunakannya untuk membeli kompor dua tungku dan bahan baku kerupuk kulit dalam jumlah besar.

 

Usaha Sarmi mengalami peningkatan pesat setelah bermitra dengan BAZNAS. Tercatat hingga kini ada lebih dari 50 warung yang menjadi mitranya dalam menjual kerupuk kulit. Sarmi juga telah memberikan merek produk kerupuk kulitnya, yakni Falafa.

 

Saat ini omzet penjualan harian yang didapat Sarmi berkisar antara Rp1 juta hingga Rp1.4 juta per hari. Pada bulan Mei 2020, saat masa pandemi, pendapatan Sarmi justru melonjak. Omzet penjualannya dalam sebulan mencapai Rp34 juta.

 

“Dalam bisnis, modal kepercayaan itu sangat penting,” ujar Sarmi menyampaikan rahasia kemajuan usahanya.

 

Meskipun pernah beberapa kali ditipu, Sarmi tak khawatir memberikan kepercayaan kepada reseller-nya untuk menjual produk kerupuk kulitnya dengan sistem konsinyasi. Baginya, reseller itu aset yang mesti dijaga.

 

“Semakin banyak reseller, semakin terbuka pintu rezeki yang ada,” kata Sarmi.

 

Atas rezeki yang diberikan Allah kepada-Nya, Sarmi tak lupa untuk berbagi dengan sesama. Ia rutin melaksanakan aksi Jumat Berkah dengan berbagi makanan kepada yang orang-orang membutuhkan. 

 

“Ada kebahagiaan tersendiri ketika bisa sedikit meringankan beban orang lain yang membutuhkan,” cerita Sarmi. 

 

Sarmi pun  turut menyampaikan terima kasihnya kepada BAZNAS yang telah mendorongnya untuk maju dan berkembang. Dengan pendampingan yang rutin diberikan BAZNAS, dia yakin akan makin banyak yang terbantu dan sejahtera.

Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.

Follow us

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ