Kopi di Hari Raya, Cerita Barista Bersepeda Listrik yang Membagi Rasa dan Harapan di Bali

Kopi di Hari Raya, Cerita Barista Bersepeda Listrik yang Membagi Rasa dan Harapan di Bali

09/06/2025 | Humas BAZNAS

Aroma sate kambing dan tawa anak-anak yang berlarian di halaman rumah, mewarnai hari warga Badung, Bali, saat Idul Adha. Bukan takbiran atau barisan hewan kurban, melainkan sekelompok barista muda yang menyusuri jalanan dengan sepeda listrik, membawa semangat berbagi dalam bentuk secangkir kopi hangat.

Merekalah Tim Kopi Demi Massa, barista-barista tangguh yang memilih menjadikan hari raya sebagai momen untuk menyebarkan rasa—secara harfiah dan spiritual.

Idul Adha di Bali memang tak seramai kota-kota besar di Jawa, tapi nuansa damainya justru menjadi ruang hangat bagi aksi kecil penuh makna. Sejak pagi, saat gema takbir perlahan reda dan warga baru saja pulang dari salat Id, tim barista ini sudah bersiap dengan perlengkapan kopi mereka di atas sepeda listrik.

"Kami keliling dari satu titik ke titik lain, berhenti di tempat-tempat ramai, seperti sekitar masjid, taman, dan perumahan," ujar Mustahik, salah satu barista yang juga penerima manfaat dari program pemberdayaan. "Ternyata banyak yang tetap ingin ngopi, apalagi sambil nunggu masakan kurban matang.”

Dari pagi hingga siang hari, mereka berhasil menjual 130 cup kopi—angka yang mungkin kecil di mata industri, tapi besar di hati mereka yang menjalankannya dengan keringat dan senyum.

Bagi sebagian orang, secangkir kopi di pagi hari adalah rutinitas. Tapi bagi para barista Kopi Demi Massa, setiap gelas adalah bentuk perjumpaan. Ada obrolan hangat, senyuman tulus, dan kadang candaan spontan dari warga yang terkejut melihat kedatangan mereka di depan rumah.

“Unik sekali, Idul Adha tapi ada kopi keliling mampir ke depan rumah. Apalagi baristanya ramah dan bawa semangat berbagi,” tutur Made, seorang warga lokal yang membeli dua cangkir kopi untuk dinikmati bersama keluarganya.

Tak hanya menyajikan kopi, tim ini juga menyampaikan pesan bahwa berkah bisa hadir dari hal sederhana: niat yang tulus, kerja yang jujur, dan keberanian untuk keluar dari zona nyaman, bahkan di hari yang biasanya dipakai untuk beristirahat atau berkumpul bersama keluarga.

Cerita di Balik Sepeda Listrik

Kopi Demi Massa bukan sekadar usaha jualan kopi keliling. Ia lahir dari semangat pemberdayaan mustahik—mereka yang dulunya penerima zakat dan kini bertransformasi menjadi pelaku ekonomi mandiri. Sepeda listrik yang mereka gunakan adalah simbol efisiensi dan keberlanjutan, tetapi juga simbol kebebasan: kebebasan untuk bermimpi dan bergerak maju.

Mereka tidak membuka kafe mewah di sudut kota. Mereka hadir langsung ke tengah masyarakat, menyapa dengan wajah cerah, dan menawarkan secangkir kopi yang penuh kehangatan.

Di hari raya yang identik dengan berbagi daging kurban, Tim Kopi Demi Massa membagikan rasa yang lain: rasa perjuangan, semangat, dan harapan. Di balik setiap cangkir, ada kisah hidup yang terus berjuang untuk lebih baik. Di balik setiap senyuman pelanggan, ada kepercayaan yang diperoleh dari kerja keras.

"Idul Adha bukan alasan untuk berhenti bekerja. Justru ini hari yang pas untuk berbagi dan menyapa lebih banyak orang," tutur Mustahik sambil menyeka keringat di dahinya.

Dalam aroma kopi yang mengepul dari gelas kertas, tergambar dengan jelas bahwa keberkahan tak selalu datang dalam bentuk besar. Kadang, ia hadir dalam bentuk roda sepeda listrik yang melaju pelan di pagi hari, membawa semangat yang tak pernah padam.

Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.

Follow us

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ