Ibu Win, Kartini Masa Kini yang Tak Pernah Lelah Berjuang untuk Masa Depan Anak
Ibu Win, Kartini Masa Kini yang Tak Pernah Lelah Berjuang untuk Masa Depan Anak
08/05/2025 | Humas BAZNASSetiap pagi, saat sebagian orang masih bergelut dengan kantuk, Ibu Win (33) sudah berdiri di dapur rumahnya yang sederhana. Tangannya cekatan menyiapkan sarapan dan bekal untuk sang suami, Bapak Teguh (40), dan putri sulungnya, Sofi (10), yang duduk di bangku sekolah dasar. Pagi adalah awal dari rutinitas panjang yang penuh semangat, meski lelah tak pernah benar-benar pergi.
Ibu Win bukan tokoh pahlawan dalam buku sejarah. Ia bukan tokoh terkenal yang menghiasi layar kaca. Namun, dalam keseharian yang sederhana itu, tersimpan perjuangan besar seorang ibu—seorang Kartini masa kini—yang rela mengorbankan tenaga dan waktunya demi satu harapan: masa depan yang cerah bagi anak-anaknya.
Suami Ibu Win bekerja sebagai satpam dengan penghasilan yang pas-pasan, setara dengan upah minimum. Menyadari bahwa kebutuhan keluarga tak bisa hanya ditopang satu sumber penghasilan, Ibu Win memilih untuk ikut berjuang. Setiap hari, ia bekerja sebagai penjaga perpustakaan di sebuah Sekolah Dasar. Meski hanya berstatus pegawai honorer, ia menjalani pekerjaan itu dengan penuh tanggung jawab.
Namun perjuangan Ibu Win tak berhenti di sana. Setelah jam sekolah usai, ia berganti peran menjadi pedagang ayam crispy ZChicken—usaha kecil-kecilan yang ia jalankan dari rumah. Hanya satu hingga dua bungkus yang terjual dalam sehari, tapi semangatnya tak pernah mengecil. Ia tahu, dari langkah kecil itulah mimpi-mimpi besar bisa dirintis.
"Mau panas, hujan, tetap jualan. Yang penting halal, dan bisa bantu nabung buat sekolah anak-anak," ucapnya sambil menata kembali kotak-kotak dagangannya.
Ibu Win menyimpan satu mimpi besar: melihat kedua anaknya, Sofi dan Almira (4), tumbuh menjadi pribadi yang sukses dan berpendidikan. Ia ingin anak-anaknya memiliki kesempatan yang lebih baik, bisa meraih cita-cita tanpa harus terkekang oleh kesulitan ekonomi seperti yang pernah ia alami.
Sofi, putri sulungnya, sangat memahami perjuangan ibunya. Ia tumbuh menjadi anak yang rajin, tekun belajar, dan selalu berusaha memberikan hasil terbaik di sekolah. Tak jarang, Ibu Win menahan lelahnya hanya untuk mendampingi Sofi belajar di malam hari. Dukungan itu bukan sekadar kata-kata, melainkan bentuk kasih sayang yang diwujudkan lewat kerja keras tanpa henti.
Meski penghasilan dari jualan tak seberapa, Ibu Win tidak pernah mengeluh. Ia menyambut setiap hari dengan senyum, menyambut pembeli dengan ramah, dan menyimpan syukur dalam setiap langkah. Baginya, rezeki tak selalu soal jumlah, tapi soal keberkahan.
“Walaupun cuma bisa jual 1-2 bungkus, saya tetap senang. Berarti masih ada yang percaya dan mau beli,” ujarnya tulus.
Dalam dunia yang serba cepat dan individualistis, kisah Ibu Win mengingatkan kita bahwa pahlawan sejati masih ada. Mereka hadir dalam bentuk ibu rumah tangga yang tak kenal lelah, dalam wujud perempuan sederhana yang berjuang tanpa pamrih.
Ibu Win mungkin tidak pernah menyebut dirinya Kartini. Tapi semangat, keteguhan, dan cintanya pada keluarga menjadikannya sosok Kartini masa kini—yang mengajarkan bahwa menjadi kuat bukan soal seberapa keras suara kita didengar, tapi seberapa tulus kita bertahan demi orang-orang yang kita cintai.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
