Dari Pinggir Jalan Menuju Harapan Cerah, Kisah Inspiratif Warung Soto Bening Pak Yon
Dari Pinggir Jalan Menuju Harapan Cerah, Kisah Inspiratif Warung Soto Bening Pak Yon
23/04/2025 | Humas BAZNASDi antara hiruk-pikuk kendaraan yang melintas di Jalan Panglima Sudirman, Kelurahan Kenayan, aroma kuah bening yang hangat dan menggoda menyeruak dari sebuah warung sederhana. Warung itu bukan sekadar tempat makan. Ia menyimpan cerita perjuangan, harapan, dan keteguhan hati dari seorang perempuan bernama Mudji Astutik (55).
Dikenal sebagai Ketua KMB 66, sekaligus pemilik warung Sop/Soto Ayam Bening Pak Yon, Ibu Mudji menjalankan usahanya bersama sang suami sejak tahun 2023. Meski hanya berjualan di pinggir jalan, warung ini telah menjadi favorit banyak kalangan—mulai dari warga sekitar, pegawai kantoran, hingga para guru dari SMP 3 Tulungagung, SMP 6, dan SD di lingkungan sekitar.
Dengan harga yang sangat ramah di kantong—hanya Rp8.000 untuk semangkuk sop soto bening, dan Rp3.000–Rp4.000 untuk minuman seperti es jeruk dan es teh—tak heran bila warung ini selalu ramai pembeli. Setiap harinya, Ibu Mudji mampu meraih omzet kotor hingga Rp550 ribu, dengan keuntungan bersih antara Rp200 ribu hingga Rp300 ribu.
“Kami memang mengutamakan perputaran kas yang cepat. Biar sedikit, yang penting lancar,” ujarnya sambil tersenyum hangat, memperlihatkan ketulusan yang menjadi resep rahasia selain kelezatan masakannya.
Meski hanya mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut, warung Pak Yon telah memiliki pelanggan setia. Bahkan, tak jarang Ibu Mudji menerima pesanan untuk acara-acara keluarga atau kegiatan di sekolah-sekolah sekitar. Kepercayaan pelanggan menjadi modal besar yang tak tergantikan.
Maret 2025 menjadi titik penting dalam perjalanan usahanya. Saat itu, Ibu Mudji mendapatkan suntikan dana sebesar Rp2 juta dari BAZNAS Microfinance Desa Tulungagung. Bantuan tersebut langsung dimanfaatkan untuk menambah stok bahan baku, demi menjaga konsistensi rasa dan kualitas dagangan.
Setiap pagi, belanja dilakukan di Pasar Induk Ngemplak Tulungagung. Dari pasar tradisional itulah bahan-bahan segar dibawa pulang dan diolah menjadi sajian hangat yang mengenyangkan sekaligus menghangatkan hati.
Meski warungnya hanya berupa rombong di pinggir jalan, harapan Ibu Mudji jauh lebih besar dari tempat ia berdiri saat ini. Ia tak pernah lelah bermimpi, dan salah satu mimpinya adalah menambah rombong baru yang dikhususkan untuk berjualan es. Baginya, usaha kecil pun bisa berkembang, selama ada kerja keras dan niat yang tulus.
“Saya ingin rombong khusus jualan es. Biar pelanggan makin nyaman dan pilihan makin banyak,” ucapnya penuh semangat.
Kisah Ibu Mudji bukan hanya soal menjual soto atau sop ayam bening. Lebih dari itu, ini adalah kisah tentang bagaimana ketekunan, kesederhanaan, dan semangat pantang menyerah bisa membawa perubahan. Ia adalah bukti nyata bahwa dari jalanan yang sederhana, harapan besar bisa tumbuh dan menyebar, memberi inspirasi bagi banyak orang.
Dari pinggir jalan Tulungagung, Ibu Mudji menunjukkan bahwa tidak ada mimpi yang terlalu tinggi selama kita mau berjuang dan tidak menyerah. Dan siapa sangka, di balik semangkuk soto bening yang tampak sederhana, tersembunyi cerita hidup yang begitu dalam dan menyentuh.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
