Sadiah di warungnya (Foto: BAZNAS)

Berkah Ramadhan Sadiah, Usahanya Bangkit Bersama BAZNAS

17/03/2025 | Humas BAZNAS

Di bawah langit senja yang mulai memerah, aroma Ramadhan terasa kental di udara. Namun, di balik berkah bulan suci ini, Sadiah, seorang pedagang warung kecil, menatap hari-harinya dengan campuran harap dan resah. Warung sederhananya yang biasanya ramai kini terdiam sepi. Omzet yang dulu stabil di angka Rp150 ribu per hari kini merosot tajam, hanya menyisakan Rp100 ribu. “Pembeli siang hari sepi sekali sekarang,” keluhnya lirih, sambil menata dagangan dengan tangan yang tak pernah lelah.

Bulan suci memang membawa ujian tersendiri bagi Sadiah. Jumlah pembeli yang menurun drastis di siang hari membuatnya harus memutar otak. Tapi, semangatnya tak pernah padam. Dengan tekad kuat, ia memutuskan untuk memperpanjang napas warungnya hingga malam hari. Jika sebelumnya pintu warung sudah terkunci rapat pukul lima sore, kini ia bertahan hingga pukul sembilan malam. “Setelah tarawih, biasanya ada yang mampir,” katanya penuh harap. Langkah ini memang belum membuahkan hasil besar, tapi sedikit peningkatan mulai terasa—secuil asa di tengah perjuangan.

Di tengah keterbatasan, sebuah saran dari pendamping program menjadi titik terang. “Susu kaleng, gula, sirup—itu yang dicari orang jelang buka puasa,” begitu nasihatnya. Sadiah tak menyia-nyiakan waktu. Ia segera menambah stok barang-barang itu, berharap bisa menarik lebih banyak pembeli. Matanya berbinar membayangkan warungnya kembali ramai, meski ia tahu perjalanan ini tak akan mudah.

Namun, kisah Sadiah tak hanya tentang angka dan dagangan. Ada sisi lain yang membuatnya istimewa. Di sela kesibukan mengelola warung, ia menyisihkan waktu untuk mengabdi pada kebaikan. Setiap sore, menjelang azan Maghrib berkumandang, ia menutup warung sejenak. Bukan untuk istirahat, melainkan untuk bergegas ke masjid terdekat. Di sana, ia sibuk menyiapkan hidangan berbuka bagi jamaah. “Biasanya tutup jam setengah lima sore, karena saya bantu di masjid. Ini cara saya cari berkah,” ujarnya sederhana, senyum tipis menghias wajahnya yang penuh ketulusan.

Di balik manajemen keuangan warung yang ia jaga ketat, Sadiah bersyukur. “Alhamdulillah, keuangan warung masih aman. Kebutuhan keluarga banyak dibantu anak-anak, jadi uang warung bisa utuh,” tuturnya. Ada kelegaan dalam nada suaranya, meski beban tetap terasa di pundaknya.

Perjuangan Sadiah di bulan Ramadhan adalah cerminan jiwa yang tak kenal menyerah. Ia tak hanya berjuang untuk menghidupi warungnya, tetapi juga untuk menebar kebaikan. Di tengah sepinya pembeli dan teriknya siang, ia menemukan kekuatan dalam kerja keras dan kepedulian. Bulan suci ini baginya bukan sekadar soal bertahan, tapi juga tentang memberi makna—untuk dirinya, keluarganya, dan lingkungan di sekitarnya. Di setiap tetes keringatnya, ada cahaya harapan yang terus menyala.

 

Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.

Follow us

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ