BAZNAS Fasilitasi Ridho Disabilitas Netra Tingkatkan Prestasi Bidang IT
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI melalui Program Pendidikan dan Dakwah memfasilitasi penyandang disabilitas netra di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong, Tangerang Selatan untuk meningkatkan prestasi pada bidang teknologi informasi (IT).
Fasilitas tersebut dalam bentuk bantuan peningkatan literasi digital melalui penyediaan perangkat komputer bicara.
Salah satu penerima manfaat program bantuan tersebut adalah Ridho Kurniawan, santri dan siswa kelas XI Pondok Pesantren Raudlatul Makfufin.
Remaja 16 tahun ini merupakan penyandang disabilitas netra yang memiliki sejumlah prestasi, antara lain sebagai Juara 2 kompetisi tingkat nasional Global IT Challenge (GITC) untuk kalangan disabilitas.
Saat ini, Ridho tengah mengikuti seleksi kompetisi yang sama untuk tingkat internasional.
Ridho sangat menyukai dunia teknologi dan informasi. Karena itu, fasilitas komputer bicara dimanfaatkannya, selain untuk menggali pelajaran sekolah juga untuk belajar programming.
"Cita-cita saya ingin menjadi programmer. Selain karena saya suka coding, pekerjaan sebagai programmer juga terbuka bagi orang yang memiliki keterbatasan seperti saya," ujar Ridho saat ditemui di Ponpes Raudlatul Makfufin Tangsel, Minggu (13/8/2023).
Remaja yang juga hobi menyanyi ini berharap nantinya bisa bekerja di bidang IT sebagai programmer.
"Komputer bicara sangat membantu saya mencari materi pelajaran ataupun belajar coding dari banyak sumber melalui internet," kata Ridho.
Ridho mengaku, dulu kerap kesulitan mencari informasi sebelum menguasai komputer bicara. Meskipun ada smartphone yang bisa membantu tapi sangat terbatas.
Prinsip kerja komputer bicara adalah memproses materi-materi pada komputer menjadi suara, sehingga informasi mudah diterima oleh penyandang disabilitas netra. Proses tersebut dilakukan menggunakan software khusus.
Namun untuk bisa menggunakan perangkat komputer bicara diperlukan pelatihan khusus, seperti teknik mengetik sepuluh jari dan teori-teori dasar komputer lainnya. Hingga program pembaca layar, Non Visual Desktop Access (NVDA) dan Job Access With Speech (Jaws).
Sebagian ilmu dasar komputer telah dikuasai Ridho, namun masih banyak yang akan dipelajari Ridho melalui komputer bicara untuk meningkatkan kompetensi dan prestasinya.
"Program komputer bicara masih perlu dikembangkan lagi. Misalnya dari sisi teknologi pengenalan gambar. Ini menurut saya masih agak kurang, karena ketika kita browsing di internet banyak gambar yang tidak memiliki keterangan," kata dia.
Menurutnya, sudah ada software yang sudah bisa memproses informasi gambar menjadi tulisan tapi masih berbayar.
Ridho berharap, teman-teman penyandang disabilitas netra lainnya juga bisa menikmati fasilitas komputer bicara. Sebab, kata dia, tunanetra akan banyak keterbatasan dalam memperoleh pengetahuan dan skil tanpa bantuan perangkat yang memadai.
Selepas pesantren, Ridho berencana melanjutkan kuliah di Jurusan IT di universitas pilihannya.
Sebagai penyandang disabilitas netra tentu Ridho juga ingin memiliki kesempatan yang sama dengan yang lain dalam meraih pendidikan dan pekerjaan.
"Inilah makna kemerdekaan bagi saya," ujar anak sulung dari dua bersaudara ini.
Ridho berasal dari sebuah keluarga penyandang disabilitas netra di kawasan Pondok Cabe, Pamulang. Ayahnya, Eko Hermawan, bekerja sebagai musisi yang kerap manggung di berbagai undangan. Sementara, ibunya telah lama tiada.
Ketua Umum Yayasan Raudlatul Makfufin Diah Rahmawati menjelaskan, program peningkatan literasi digital bertujuan agar para tuna netra bisa seperti orang pada umumnya.
Diah juga menyampaikan terima kasih kepada para muzaki, yang melalui BAZNAS telah membantu memfasilitasi program peningkatan literasi digital bagi disabilitas netra.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
