Bersedekah dengan Ikhlas: 7 Adab agar Sedekah Bernilai Pahala Besar

Bersedekah dengan Ikhlas: 7 Adab agar Sedekah Bernilai Pahala Besar

Bersedekah dengan Ikhlas: 7 Adab agar Sedekah Bernilai Pahala Besar

14/11/2025 | Humas BAZNAS

Sedekah adalah salah satu amal yang sangat dicintai Allah SWT. Dalam Islam, bersedekah bukan sekadar memberikan sebagian harta kepada yang membutuhkan, tetapi juga bentuk nyata dari keimanan dan ketulusan hati. Namun, nilai sedekah tidak hanya diukur dari jumlah yang diberikan, melainkan dari niat yang mendasarinya. Bersedekah dengan ikhlas menjadi kunci utama agar amal ini diterima dan bernilai pahala besar di sisi Allah. Tanpa keikhlasan, sedekah bisa kehilangan makna spiritualnya dan berubah menjadi sekadar tindakan sosial yang tidak berpahala.

Bersedekah dengan ikhlas berarti memberi semata-mata karena mengharap ridha Allah, bukan karena ingin dipuji, disanjung, atau mendapatkan balasan duniawi. Rasulullah SAW bersabda, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah,” (HR. Bukhari dan Muslim), menunjukkan bahwa memberi adalah perbuatan mulia. Namun, kemuliaan itu hanya bernilai ketika dilakukan dengan hati yang ikhlas. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: 

“Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah dengan ikhlas adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap bulir seratus biji.” (QS. Al-Baqarah <2>: 261).

Agar amal kita benar-benar diterima dan berbuah pahala berlipat, ada beberapa adab yang perlu dijaga. Berikut ini tujuh adab penting dalam bersedekah dengan ikhlas yang bisa diamalkan oleh setiap muslim.

1. Niatkan Sedekah Hanya karena Allah

Adab pertama dan paling utama dalam bersedekah dengan ikhlas adalah meluruskan niat. Semua amal bergantung pada niat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketika seseorang bersedekah dengan ikhlas, ia memberikan hartanya bukan karena ingin dilihat orang lain, tetapi semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Ia sadar bahwa sedekahnya tidak akan diterima bila disertai niat pamer atau mencari pujian. Dalam hati, ia meyakini bahwa segala yang ia keluarkan akan kembali dengan balasan yang jauh lebih baik di sisi Allah.

Bersedekah dengan ikhlas juga berarti menyingkirkan segala keinginan untuk dikenal sebagai “dermawan”. Orang yang benar-benar ikhlas tidak merasa kehilangan ketika memberi, karena ia tahu bahwa hakikatnya ia sedang menanam amal untuk akhiratnya. Allah SWT menjanjikan bahwa siapa yang bersedekah dengan hati yang tulus, akan mendapatkan pahala berlipat ganda.

Selain itu, niat yang lurus dalam bersedekah dengan ikhlas akan membuat seseorang merasa ringan dalam memberi. Ia tidak akan menimbang-nimbang apakah orang yang menerima layak atau tidak, karena yang ia cari hanyalah ridha Allah.

Maka, sebelum bersedekah, penting bagi setiap muslim untuk berhenti sejenak dan bertanya kepada diri sendiri: “Apakah aku memberi ini karena Allah, atau karena ingin dipuji?” Pertanyaan sederhana ini akan menjaga hati tetap dalam jalur keikhlasan.

2. Bersedekah dari Harta yang Halal

Adab kedua dalam bersedekah dengan ikhlas adalah memastikan bahwa harta yang disedekahkan berasal dari sumber yang halal. Allah SWT tidak menerima sedekah dari sesuatu yang kotor atau haram. Dalam hadis disebutkan, “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.” (HR. Muslim).

Bersedekah dengan ikhlas tidak hanya soal niat, tapi juga kejujuran dalam sumber rezeki. Orang yang ikhlas akan berhati-hati terhadap setiap penghasilannya, karena ia tahu bahwa Allah Maha Mengetahui dari mana harta itu diperoleh.

Jika seseorang bersedekah dengan harta haram, maka amalnya tidak akan bernilai di sisi Allah. Justru ia akan dimintai pertanggungjawaban atas harta yang diperoleh dengan cara tidak benar. Oleh karena itu, bersedekah dengan ikhlas harus diiringi dengan kesadaran untuk menjaga kehalalan rezeki.

Selain itu, bersedekah dengan harta halal membawa keberkahan dalam kehidupan. Harta yang dikeluarkan tidak akan membuat miskin, bahkan Allah akan menggantinya dengan rezeki yang lebih luas. Seperti dalam firman-Nya, “Apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya, dan Dia-lah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Saba’ <34>: 39).

Dengan demikian, menjaga kehalalan harta bukan hanya syarat agar sedekah diterima, tetapi juga bukti nyata bahwa seseorang benar-benar bersedekah dengan ikhlas.

3. Tidak Mengungkit dan Tidak Menyakiti Penerima

Adab ketiga dalam bersedekah dengan ikhlas adalah tidak mengungkit-ungkit pemberian dan tidak menyakiti perasaan orang yang menerima. Allah SWT memperingatkan dalam firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (QS. Al-Baqarah <2>: 264).

Orang yang bersedekah dengan ikhlas memahami bahwa amalnya bukan untuk membanggakan diri, melainkan sebagai bentuk rasa syukur. Ia tidak akan mengingatkan penerima bahwa ia telah menolong, apalagi mempermalukannya. Ia tahu bahwa keikhlasan bisa rusak hanya karena satu ucapan yang melukai hati.

Bersedekah dengan ikhlas juga berarti menjaga adab ketika memberi. Memberikan sedekah dengan senyuman dan kata-kata yang lembut lebih baik daripada memberi dengan nada tinggi atau sikap sombong. Rasulullah SAW bersabda: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi sesuatu yang menyakitkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Selain itu, orang yang bersedekah dengan ikhlas tidak peduli apakah penerimanya berterima kasih atau tidak. Ia tidak mencari penghargaan manusia, karena yang ia harapkan hanya balasan dari Allah. Sikap inilah yang membuat amalnya tetap murni dan bernilai pahala besar.

4. Menyembunyikan Sedekah

Adab keempat dari bersedekah dengan ikhlas adalah berusaha menyembunyikan amal sedekah dari pandangan orang lain. Allah memuji orang-orang yang bersedekah secara diam-diam, sebagaimana firman-Nya: “Jika kamu menampakkan sedekahmu maka itu baik, tetapi jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah <2>: 271).

Bersedekah dengan ikhlas berarti tidak membutuhkan sorotan. Orang yang tulus akan berusaha agar hanya Allah yang tahu amalnya. Ia takut riya, karena ia tahu bahwa riya bisa menghapus pahala yang telah dikumpulkan.

Menyembunyikan sedekah juga menjaga kehormatan penerima. Dengan demikian, amal menjadi lebih bermakna, karena selain membantu, juga menjaga martabat sesama muslim. Orang yang bersedekah dengan ikhlas akan merasa cukup bahagia karena Allah telah memberinya kesempatan untuk menolong.

Namun, jika sedekah diumumkan untuk tujuan memberi contoh dan menginspirasi orang lain, maka itu tetap diperbolehkan selama niatnya tetap karena Allah. Dalam hal ini, bersedekah dengan ikhlas tetap menjadi kunci agar amal tersebut tidak ternoda oleh keinginan pujian.

5. Memberi yang Terbaik

Adab kelima dalam bersedekah dengan ikhlas adalah memberikan sesuatu yang terbaik dari apa yang dimiliki. Allah berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran <3>: 92).

Bersedekah dengan ikhlas tidak berarti memberi seadanya, tetapi memberikan yang terbaik karena ingin mempersembahkan yang paling bernilai di sisi Allah. Orang yang ikhlas tidak merasa berat memberi yang ia cintai, karena ia yakin bahwa balasan dari Allah jauh lebih besar.

Ketika seseorang memberi barang terbaik, itu menjadi tanda bahwa ia bersedekah dengan ikhlas. Ia tidak memberi untuk pamer, tapi karena ingin menunjukkan rasa syukurnya atas nikmat yang diberikan Allah. Dengan memberi yang terbaik, ia sedang melatih dirinya untuk tidak terlalu mencintai dunia.

Selain itu, memberi yang terbaik juga bisa berupa memberi dengan cara terbaik—yakni dengan sopan, penuh kasih sayang, dan tanpa menyakiti. Semua itu termasuk dalam adab bersedekah dengan ikhlas.

6. Tidak Menunda Sedekah

Adab keenam dari bersedekah dengan ikhlas adalah tidak menunda-nunda kesempatan untuk memberi. Orang yang benar-benar ikhlas tidak menunggu saat lapang untuk bersedekah, karena ia tahu bahwa rezeki yang ia miliki hanyalah titipan Allah.

Bersedekah dengan ikhlas berarti tidak menunda kebaikan. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Bersegeralah bersedekah, karena bala tidak dapat mendahului sedekah.” (HR. Thabrani). Hadis ini menunjukkan bahwa sedekah yang dilakukan segera bisa menjadi pelindung dari berbagai kesulitan.

Menunda sedekah sering kali menandakan keraguan dalam hati. Orang yang ikhlas tidak menimbang-nimbang seberapa besar yang ia keluarkan, karena ia yakin bahwa memberi tidak akan membuatnya miskin. Justru, dengan bersedekah dengan ikhlas, pintu rezeki akan semakin terbuka.

Setiap detik adalah kesempatan untuk beramal. Oleh karena itu, jangan menunggu waktu tertentu atau kekayaan besar untuk bersedekah. Mulailah dari hal kecil dengan hati yang ikhlas, karena Allah tidak menilai jumlah, melainkan niat di baliknya.

7. Bersyukur Dapat Memberi

Adab terakhir dalam bersedekah dengan ikhlas adalah merasa bersyukur karena diberi kesempatan untuk memberi. Banyak orang ingin membantu sesama tetapi tidak memiliki kemampuan. Maka, ketika kita bisa bersedekah, itu sendiri adalah nikmat besar dari Allah SWT.

Bersedekah dengan ikhlas membuat seseorang memahami bahwa ia hanyalah perantara rezeki Allah. Ia tidak merasa sombong karena bisa memberi, melainkan bersyukur karena dipilih oleh Allah untuk menjadi jalan kebaikan.

Rasa syukur ini akan melahirkan ketenangan dan kebahagiaan. Ia tidak takut kekurangan, karena percaya bahwa Allah akan mengganti dengan balasan yang lebih baik. Seperti dalam QS. Al-Hadid <57>: 18, “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki maupun perempuan, dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka.”

Dengan bersyukur, seseorang akan semakin semangat dalam bersedekah dengan ikhlas. Ia tidak melihat sedekah sebagai beban, melainkan sebagai jalan menuju ridha Allah.

Bersedekah dengan ikhlas bukan sekadar memberi, melainkan menanam amal yang berbuah pahala abadi. Tujuh adab di atas—meluruskan niat, menjaga kehalalan harta, tidak mengungkit, menyembunyikan sedekah, memberi yang terbaik, tidak menunda, dan bersyukur—menjadi pedoman agar setiap sedekah bernilai di sisi Allah SWT.

Setiap muslim hendaknya selalu mengingat bahwa bersedekah dengan ikhlas bukan untuk menunggu balasan manusia, melainkan untuk mengharapkan keberkahan dan ampunan Allah. Karena pada akhirnya, bukan banyaknya yang kita beri yang menentukan pahala, melainkan seberapa tulus hati kita saat memberi.

Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.

Follow us

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ