
Asyura: Arti, Sejarah, dan Hikmah Hari Ke-10 Bulan Muharram
Asyura: Arti, Sejarah, dan Hikmah Hari Ke-10 Bulan Muharram
04/07/2025 | Humas BAZNASHari Asyura adalah salah satu hari yang memiliki makna penting dalam kalender Islam. Tanggal 10 Muharram ini bukan sekadar hari biasa, melainkan hari yang menyimpan berbagai peristiwa bersejarah, nilai keimanan, serta hikmah yang dapat dipetik oleh umat Islam. Dari zaman Nabi Musa hingga Rasulullah Muhammad SAW, Asyura selalu menjadi momentum refleksi, ibadah, dan penguatan keimanan. Umat Islam di seluruh dunia memperingati Asyura dengan berbagai bentuk ibadah, terutama dengan berpuasa sebagai bentuk mengikuti sunnah Nabi.
Sebagai salah satu hari istimewa dalam bulan Muharram yang juga dikenal sebagai bulan Allah (Syahrullah), Asyura menjadi kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengingat perjuangan para nabi, serta memperbaiki diri. Artikel ini akan membahas arti, sejarah, dan hikmah dari hari ke-10 bulan Muharram, yaitu hari Asyura, sebagai panduan bagi umat Islam untuk memahami keutamaan dan mengamalkannya.
Arti dan Makna Asyura dalam Islam
Secara etimologi, Asyura berasal dari kata Arab "‘asyarah" yang berarti sepuluh. Maka, Asyura merujuk pada hari ke-10 dari bulan Muharram dalam kalender Hijriyah. Hari ini telah dikenal dan dimuliakan sejak zaman Nabi Musa AS dan terus dilestarikan dalam ajaran Nabi Muhammad SAW.
Dalam Islam, Asyura memiliki makna spiritual yang sangat tinggi. Hari ini menjadi pengingat akan pertolongan Allah terhadap hamba-Nya yang taat dan sabar dalam menghadapi ujian. Umat Islam diajak untuk menjadikan Asyura sebagai momentum introspeksi, penguatan iman, serta memperbanyak amal kebaikan.
Rasulullah SAW menjelaskan keutamaan puasa pada hari Asyura dalam sebuah hadits riwayat Muslim: "Aku berharap kepada Allah, puasa hari Asyura dapat menghapus dosa setahun yang lalu." Hadits ini menunjukkan bahwa Asyura adalah hari yang sangat dianjurkan untuk berpuasa karena nilai pahalanya yang besar.
Puasa pada hari Asyura juga menjadi bentuk rasa syukur umat Islam atas keselamatan Nabi Musa dan Bani Israil dari kejaran Fir’aun. Hal ini menjadikan Asyura bukan hanya sebagai ritual ibadah, tetapi juga sebagai bentuk penghargaan terhadap sejarah perjuangan para nabi dalam menegakkan kebenaran.
Dengan memahami arti Asyura, kita sebagai umat Islam akan lebih mudah mengambil pelajaran dan menjadikannya sebagai landasan untuk memperbaiki diri, memperbanyak amal, serta menumbuhkan empati kepada sesama.
Sejarah Penting di Balik Hari Asyura
Hari Asyura memiliki sejumlah peristiwa penting yang patut dikenang oleh umat Islam. Salah satu peristiwa paling monumental yang dikaitkan dengan hari Asyura adalah keselamatan Nabi Musa AS dan kaumnya dari kejaran Fir’aun. Dalam Al-Qur’an, kisah ini termuat dalam beberapa ayat yang menegaskan keajaiban dan pertolongan Allah kepada umat yang beriman.
Rasulullah SAW ketika hijrah ke Madinah mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura sebagai bentuk syukur atas kemenangan Nabi Musa. Nabi Muhammad SAW pun bersabda bahwa beliau lebih berhak terhadap Musa daripada mereka, sehingga beliau juga berpuasa pada hari itu dan menganjurkan umatnya untuk berpuasa.
Selain itu, dalam sejarah Islam, hari Asyura juga dikenal sebagai hari wafatnya cucu Rasulullah SAW, Husain bin Ali RA, dalam peristiwa tragis di Karbala. Peristiwa ini menorehkan luka mendalam dalam sejarah umat Islam dan menjadikan Asyura sebagai momen untuk mengenang pengorbanan dalam mempertahankan kebenaran.
Di beberapa riwayat lain, hari Asyura juga diyakini sebagai hari ketika Nabi Nuh AS turun dari bahtera setelah banjir besar, serta hari ketika Nabi Yunus AS dikeluarkan dari perut ikan. Semua peristiwa ini menunjukkan bahwa Asyura adalah hari penuh keajaiban dan pertolongan Allah bagi para nabi-Nya.
Dengan begitu banyaknya peristiwa penting yang terjadi pada hari Asyura, umat Islam diajak untuk merenungi makna di balik peristiwa tersebut. Hari ini bukan hanya tentang ritual puasa semata, tetapi juga tentang bagaimana kita menghargai perjuangan dan ketaatan para nabi kepada Allah SWT.
Keutamaan dan Amalan di Hari Asyura
Hari Asyura memiliki banyak keutamaan yang disebutkan dalam hadits-hadits shahih. Salah satu amalan utama pada hari ini adalah berpuasa. Puasa Asyura disyariatkan berdasarkan praktik Rasulullah SAW yang berpuasa pada hari itu dan menganjurkan umatnya untuk melakukannya juga.
Di antara keutamaan puasa Asyura adalah dihapusnya dosa setahun yang lalu. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah SWT yang memberikan kesempatan bagi hamba-Nya untuk bertaubat dan memperbaiki diri dengan melakukan amalan yang ringan namun berpahala besar.
Selain berpuasa, dianjurkan juga untuk memperbanyak amal kebaikan di hari Asyura, seperti bersedekah, mempererat silaturahmi, dan memperbanyak zikir serta doa. Hal ini sejalan dengan spirit Asyura sebagai hari ibadah dan kebaikan.
Amalan lain yang disunnahkan adalah memberi makanan kepada orang miskin, membantu sesama, serta mengajarkan anak-anak untuk turut serta dalam ibadah. Semua ini bertujuan agar semangat Asyura tertanam dalam kehidupan umat sejak dini.
Ulama juga menganjurkan agar puasa Asyura dilakukan bersama dengan hari sebelumnya (9 Muharram atau Tasu’a) atau hari sesudahnya (11 Muharram) sebagai bentuk pembeda dari kebiasaan kaum Yahudi. Ini menunjukkan bahwa dalam merayakan Asyura, umat Islam tetap menjaga identitas dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Hikmah dan Pelajaran dari Hari Asyura
Hari Asyura mengandung banyak hikmah yang dapat diambil oleh umat Islam. Pertama, Asyura mengajarkan pentingnya kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi ujian, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Musa dan Nabi Husain.
Kedua, Asyura menjadi momentum untuk meneladani para nabi dalam menjaga tauhid dan menegakkan kebenaran. Dalam kehidupan modern yang penuh tantangan, semangat Asyura dapat menjadi pengingat untuk tetap konsisten di jalan Allah.
Ketiga, Asyura menanamkan rasa empati dan kepedulian sosial. Banyak ulama menganjurkan untuk memperbanyak sedekah dan membantu fakir miskin di hari Asyura, sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama umat.
Keempat, Asyura adalah saat yang tepat untuk memperbarui niat dan komitmen dalam beribadah. Tahun baru Hijriyah baru saja dimulai, dan Asyura dapat menjadi titik tolak menuju kehidupan yang lebih baik secara spiritual.
Kelima, Asyura juga menyadarkan umat akan pentingnya mengambil pelajaran dari sejarah. Peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di hari ini bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk dijadikan inspirasi dalam membangun peradaban Islam yang lebih baik.
Menyambut Asyura dengan Hati yang Tulus
Memahami arti, sejarah, dan hikmah dari hari Asyura memberikan kita bekal untuk mengisi hari istimewa ini dengan amal shaleh. Asyura bukan sekadar peringatan tahunan, melainkan momen spiritual yang dapat memperkuat keimanan dan menjernihkan hati.
Di tengah kehidupan yang serba cepat dan modern, Asyura mengajak umat Islam untuk berhenti sejenak, merenung, dan kembali kepada nilai-nilai keislaman yang luhur. Ini adalah kesempatan untuk memperbanyak ibadah, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan memperbaiki hubungan dengan sesama.
Dengan menjadikan Asyura sebagai momentum kebaikan, kita dapat menghidupkan kembali semangat spiritual di tengah masyarakat. Mari kita sambut hari Asyura dengan puasa, doa, sedekah, dan keikhlasan agar hidup kita semakin diberkahi oleh Allah SWT.
Semoga Allah menerima amal kita di hari Asyura, mengampuni dosa-dosa kita, dan menjadikan kita hamba-hamba yang selalu bersyukur serta istiqamah di jalan-Nya.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
