Paikun saat melayani pembeli (Foto: BAZNAS)
Siomay Paikun Bertahan di Antara Pandemi dan Gempa Bumi dengan Bantuan BAZNAS
26/04/2021 | Markom BAZNASPandemi Covid-19 telah menghantam seluruh lini kehidupan, tak terkecuali untuk mereka yang berada wilayah di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Tidak berhenti di situ, Sigi bahkan dilanda gempa bumi pada September 2019. Bencana yang datang bertubi-tubi ini pun membuat banyak masyarakat kesusahan, termasuk Paikun, yang kini menjadi mustahik inspiratif dari BAZNAS Microfinance Desa (BMD) Sigi.
Pria paruh baya dengan kumis tebalnya ini berprofesi sebagai pedagang siomay keliling. Paikun biasa mangkal di dekat Jembatan Kasubi (Kalukubila-Sunja-Binangga). Jembatan yang menghabiskan biaya mencapai Rp14 miliar ini menjadi roda penggerak kehidupan ekonomi untuk masyarakat sekitar, termasuk untuk Paikun dan dagangan siomaynya.
Sebelum bergabung dalam program BAZNAS, Paikun bercerita usaha yang telah ditekuni selama 1,5 tahun itu mengalami hambatan, apalagi ketika gempa bumi menghantam Sigi. Beruntung bencana tidak merenggut nyawanya, namun berdampak pada usaha yang dijalananinya. Omzet menurun, Paikun pun kekurangan modal untuk dagangannya.
Keinginan untuk mencari pinjaman sempat menghampiri pikiran Paikun. Namun, keterbatasan yang dimiliki dalam memperoleh akses pinjaman di perbankan jadi hambatan. Pilihan lainnya yang melintas di pikiran Paiku adalah meminjam ke bank keliling (rentenir). Tapi pilihan itu tidak ia ambil karena melihat rekan-rekannya yang justru kelabakan membayar bunga dari pinjaman ke bank keliling.
Kesabaran Paikun berbuah manis pada April 2019. Kegelisahannya dalam mencari tambahan modal mendapat jawaban ketika BAZNAS Microfinance Desa (BMD) hadir di Kabupaten Sigi. Tidak ingin melewakan kesempatan, Paikun langsung ikut program BMD. Lewat program ini, BAZNAS memberi bantuan modal usaha tanpa bunga untuk Paikun.
Hal ini tentu saja menjadi angin segar bagi dirinya untuk menata kembali usahanya. Dari bantuan dana BAZNAS, Paikun menambah kapasitas produksi siomay yang ia jajakan setiap hari. Dari awalnya hanya 1-2 kg daging gilingan, saat ini sudah meningkat menjadi 3-4 kg. Dari 4 kg gilingan daging, dapat memproduksi siomay dan habis terjual sekitar 4 hari.
Namun pandemi yang masih berlangsung masih kerap membuat pendapatan Paikun menurun. Bahkan, modal bahan baku dan ongkos produksi, yaitu berkisar Rp300 ribu-Rp350 ribu per hari. Kendati demikian, di saat new normal, kondisi penjualan sudah mulai membaik dengan bahan baku 4 kg daging gilingan yang diproduksi menjadi siomay bisa terjual 1-2 hari dan pendapatan mengalami kenaikan diangka Rp400 ribu-Rp450 ribu per hari.
Paikun berharap ke depannya usaha siomay semakin maju dan berkembang. Kini, ia juga tengah merintis usaha kedai bakso di pekarangan rumahnya. Meskipun masih warung kecil, Paikun tetap bersemangat. Ia berprinsip, asal ada kemauan, kerja keras, dan doa, akan tiba masanya kesuksesan itu datang menghampiri hidupnya.
Bersama sang istri dan anak-anaknya, Paikun bekerja sama membangun usahanya. Paikun merasa beruntung keluarganya bisa selalu kompak dan mendukungnya untuk menjalankan usaha.
Dari Paikun kita belajar, bahwa di tengah keterbatasan ia tetap selalu bersabar dan bersyukur. Iman membentengi Paikun untuk tidak terjerat dalam riba.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.