Rina dan Lapak Berkah di Pesantren, Saat Dagang Menjadi Ladang Amal
Rina dan Lapak Berkah di Pesantren, Saat Dagang Menjadi Ladang Amal
04/06/2025 | Humas BAZNASDi halaman sebuah pesantren putri di Sampang, Jawa Timur, aroma gurih bakso dan sempol menyeruak di antara celoteh para santri yang baru keluar kelas. Di sudut itulah, sosok Rina Sufianti dengan senyum ramah menyambut setiap pembeli muda dengan sapaan hangat dan porsi yang tak pelit. Tapi, bukan hanya rasa dagangannya yang membuat lapaknya istimewa—melainkan juga semangat berbagi yang ia tanamkan dalam setiap transaksinya.
“Santri Itu Seperti Anak Sendiri”
Rina, perempuan kelahiran 1995 yang tinggal di Jalan Pemuda Baru, Rong Tengah, Sampang, tidak hanya sekadar berjualan. Ia menyebut usahanya sebagai cara untuk mencari berkah, bukan semata cuan.
"Biasanya santri wati yang membeli saya kasih bonus seribu rupiah. Mereka juga boleh nambah sendiri sesuai selera. Kalau belum punya uang, boleh bayar belakangan. Namanya juga santri," tuturnya ringan.
Ia menyadari betul bahwa keberkahan rezeki bukan datang dari nominal, melainkan dari niat dan niat baik. “Semakin dibagi, semakin bertambah,” katanya. Itulah prinsip yang ia pegang teguh sejak mulai berjualan di area pesantren tersebut.
Ketika Berbagi Menjadi Gaya Hidup
Bagi Rina, berbagi bukan hanya soal kebaikan, tapi juga bentuk syukur. Dalam setiap keuntungan yang ia peroleh, ia percaya ada hak orang lain yang harus ditunaikan. Dari santri yang diberi bonus hingga pelanggan tetap yang kadang bayar belakangan, semua ia sambut dengan lapang dada.
Namun, di balik keramahan dan ketulusan itu, ada perjuangan yang tak ringan. Sebelum mendapat bantuan, Rina harus pintar-pintar mengatur modal dan stok jualan. Kadang, ia hanya bisa berjualan dengan menu terbatas. Tapi hidupnya berubah setelah menjadi mitra binaan BAZNAS Microfinance Desa (BMD) Sampang.
BAZNAS dan Modal Perubahan
Melalui program pemberdayaan usaha mikro, BAZNAS hadir di titik kritis perjuangan Rina. Dengan bantuan modal usaha, ia mampu menambah jenis dagangan, memperbesar stok, dan memperluas jangkauan.
"Dulu untung bersih saya sekitar Rp 200 ribu per hari. Tapi setelah dibantu BAZNAS, sekarang bisa tembus Rp 350 sampai Rp 400 ribu per hari," jelas ibu satu anak ini dengan nada penuh syukur. Kini, selain bakso dan sempol, ia juga menjual cimol dan gorengan—menu tambahan yang disukai para santri.
Peran BAZNAS tidak hanya soal dana. Pendampingan dan motivasi dari tim BMD membuat Rina semakin mantap melangkah. Ia merasa tidak sendiri dalam merintis dan mengembangkan usahanya. Di sinilah letak kekuatan program pemberdayaan BAZNAS—mengangkat pelaku usaha kecil bukan hanya lewat bantuan, tapi lewat kepercayaan dan pendampingan berkelanjutan.
Usaha yang Berkah, Hidup yang Lebih Bermakna
Kini, Rina tidak hanya melihat dirinya sebagai pedagang. Ia merasa punya misi sosial—menebar keberkahan di lingkungan pesantren lewat usaha kecilnya. Ia ingin menjadi contoh bahwa rezeki tak selalu datang dari banyaknya modal, tapi dari ketulusan hati dan dukungan yang tepat.
"Belajar dari BAZNAS, saya ingin terus istiqomah berbagi. Karena saya yakin, semakin kita memberi, hidup kita akan semakin berarti," pungkasnya.
BAZNAS, Jembatan Kebaikan
Kisah Rina adalah satu dari banyak cerita mitra binaan yang berhasil bangkit dan berkembang bersama BAZNAS. Melalui program Microfinance Desa, BAZNAS membuktikan bahwa dengan intervensi yang tepat dan niat yang tulus, usaha kecil bisa tumbuh besar, dan yang lebih penting—bisa menjadi sumber kebaikan bagi sekitar.
Karena sejatinya, setiap dagangan yang diberkahi bukan hanya menyejahterakan pemiliknya, tapi juga menjadi jembatan amal bagi banyak orang. Dan di sanalah peran BAZNAS terus hadir, menguatkan langkah mereka yang ingin maju sambil tetap menebar manfaat.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
