Perjuangan Sa’adatul dan Nasi Cokot, Raih Omzet Ratusan Ribu Per Hari dengan Dukungan BAZNAS
Perjuangan Sa’adatul dan Nasi Cokot, Raih Omzet Ratusan Ribu Per Hari dengan Dukungan BAZNAS
02/07/2025 | Humas BAZNASDi balik kepulan uap nasi hangat dan aroma lauk menggoda di pagi hari, terselip kisah inspiratif seorang perempuan tangguh dari Desa Sukowiyono, Kecamatan Karangrejo, Tulungagung. Dialah Sa’adatul Hanifah (38), pelaku UMKM sekaligus ibu rumah tangga yang sukses mengembangkan usaha kulinernya, “Yoiki Nasi Cokot Tulungagung”, berkat kegigihan dan sentuhan bantuan dari BAZNAS.
Sejak 2022, Sa’adatul bersama sang suami membuka lapak sarapan sederhana di Desa Simo, Kecamatan Kedungwaru. Lokasinya cukup strategis—dekat pondok pesantren, puskesmas, dan sekolah—membuat gerobak nasi cokotnya cepat menjadi favorit warga sekitar. Lapak mereka sudah buka sejak pukul 05.30 pagi dan biasanya habis terjual sebelum pukul 10.00 WIB.
Meski hanya berjualan dalam waktu singkat, omzet yang diraih tak bisa diremehkan: Rp400 ribu hingga Rp500 ribu per hari, dengan margin bersih sekitar 40%–50%. Bukan hanya konsumen langsung, tetapi juga para pedagang keliling yang membeli dalam jumlah besar untuk dijual kembali.
Variasi Menu dan Sentuhan Rasa Rumah
Keunikan Yoiki Nasi Cokot terletak pada ragam pilihan lauknya. Mulai dari teri terong, ayam kemangi, ayam lodho khas Tulungagung, hingga olahan laut seperti cumi dan tuna—semuanya dikemas dalam porsi ekonomis seharga Rp6.000 saja. Total ada 12 varian menu yang berganti-ganti setiap harinya, menghadirkan sensasi baru di setiap suapan.
Pelanggan setia datang dari berbagai kalangan—pelajar, mahasiswa, tenaga kesehatan, hingga warga sekitar. Tak jarang, pesanan dalam jumlah besar masuk melalui WhatsApp, apalagi saat momen Ramadan dan Lebaran.
Peran BAZNAS: Membuka Akses, Menumbuhkan Harapan
Perjalanan Sa’adatul tidak lepas dari peran BAZNAS Microfinance Desa (BMD) Tulungagung, yang hadir memberikan akses pembiayaan pada Februari 2025. Bantuan sebesar Rp1,8 juta digunakannya untuk membeli bahan baku, memperbaiki peralatan dapur, serta memenuhi pesanan kue lebaran yang turut menopang penghasilan.
Tak berhenti sampai di situ, pada Juni 2025, BAZNAS Kabupaten Tulungagung kembali memberikan dukungan berupa banner usaha baru. Hal ini menjadi penting karena tampilan usaha juga menentukan daya tarik pembeli. Banner yang lebih menarik kini menghiasi stand jualannya, memberi kesan profesional dan meyakinkan.
Namun tantangan belum selesai. Saat ini, Sa’adatul belum memiliki sertifikasi halal—suatu hal penting untuk meningkatkan daya saing di pasar yang lebih luas. Menyadari hal itu, BAZNAS melalui Divisi OPPM BAZNAS RI pun turun tangan, memfasilitasi proses sertifikasi halal agar produk Nasi Cokot bisa naik kelas dan lebih siap bersaing.
“Alhamdulillah, saya berharap usaha ini bisa berkembang lebih besar lagi, semoga ke depan bisa buka cabang baru dan mempekerjakan karyawan,” ujar Sa’adatul dengan semangat.
Dari Satu Gerobak Menuju Kemandirian Ekonomi
Sebelumnya, Sa’adatul sempat mencoba membuka cabang kedua di dekat RSUD dr. Iskak Tulungagung, namun harus ditutup karena keterbatasan tenaga dan logistik. Namun itu tak menyurutkan semangatnya. Dengan bimbingan dari pendamping BAZNAS dan bekal pengalaman yang semakin matang, ia terus memperbaiki strategi usahanya.
Pendekatan digital juga mulai ia lakukan. Promosi lewat media sosial dan layanan antar melalui platform daring turut memperluas jangkauan pelanggan. Semangat inovatif inilah yang sejalan dengan misi BAZNAS dalam mengangkat ekonomi umat, terutama dari sektor UMKM berbasis keluarga.
BAZNAS dan Wajah Baru Pemberdayaan Ekonomi Umat
Kisah Sa’adatul adalah contoh nyata bagaimana intervensi kecil yang tepat sasaran dari BAZNAS bisa menjadi titik balik kehidupan seorang mustahik. Tak sekadar memberi bantuan, tetapi mendampingi secara aktif, memfasilitasi sertifikasi, hingga memperkuat branding usaha.
Program BAZNAS Microfinance Desa tidak hanya menyediakan modal, tetapi juga mengedepankan pendekatan pemberdayaan, membangun kemandirian, serta mendorong pelaku usaha kecil agar naik kelas. Dalam konteks ini, Sa’adatul menjadi salah satu figur perubahan—bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk lingkungannya.
Kini, nasi cokot bukan sekadar makanan pagi yang mengenyangkan. Ia menjadi simbol perjuangan dan kebangkitan ekonomi lokal. Di balik tiap porsi yang terjual, ada semangat, ada harapan, dan ada peran nyata BAZNAS yang terus mendorong ekonomi umat agar berdiri di atas kaki sendiri.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
