Pedagang gorengan seringkali dipandang sebelah mata karena dianggap memiliki penghasilan yang rendah, namun Erah Suwirah salah seorang mustahik penerima manfaat dari BAZNAS menepis anggapan tersebut, dengan berhasil meraih omzet hingga puluhan juta dari berdagang gorengan. 

Pada tahun 2015, berbekal gerobak gorengan miliknya, Erah bersama suami mengawali usaha miliknya dengan berkeliling jalanan ibu kota dan daerah sekitarnya untuk menjajakan dagangan. 

Siapa sangka di tahun 2020, dengan keterlibatannya menjadi jemaah pengajian membawanya bertemu dengan DKM Attaubah di Desa Pondok Udik, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, ia bertemu dengan BAZNAS yang membantunya dalam mengembangkan usahanya. Selain itu, BAZNAS juga memfasilitasi tempat berjualan secara tetap/mangkal samping musala

“Sebelum mangkal, saya sempat menjadi tukang gorengan keliling pada 2015 di Jakarta dan Bogor. Tahun 2020 alhamdulillah pengurus musala memfasilitasi saya untuk berjualan secara tetap dan modal usaha di bantu BAZNAS,” ucap Erah.

Lokasi yang cukup strategis menjadi salah satu alasan usaha yang dikelolanya sukses.  Berlokasi di samping musala dan berdekatan dengan minimarket, membuat tempat jualnya mudah dijangkau oleh konsumen dan menjadi pusat lalu-lalang manusia. Maka tidak heran, banyak orang yang membeli dagangannya. 

Sempat dianggap pekerjaan yang remeh, nyatanya penghasilan dari berdagang gorengan bisa mencapai puluhan jutaan rupiah dalam sebulan. Seperti halnya Erah yang kini mampu menghasilkan omzet hingga Rp10.400.000 per bulan.

Sejak diberikan bantuan BAZNAS dan berjualan secara tetap, usaha miliknya kian berkembang. Dalam sehari, Erah mampu menghabiskan 5 box tahu sumedang isi 100 pcs. Selain itu, Erah juga berinovasi pada menu dagangannya dengan menambahkan menu tahu pedas dan tahu gejrot sebagai varian jualannya. 

Erah Suwirah merupakan mustahik mitra BAZNAS yang bekerja sama dengan DKM Attaubah, ia memperoleh pembiayaan usaha pinjaman dan bergulir nonprofit.