Muhammad Nasrudin: Dari Kampus ke Arena Internasional, Juara Jujitsu yang Tumbuh dari Beasiswa BAZNAS

Di tengah kesibukan dunia kampus dan tumpukan tugas perkuliahan, Muhammad Nasrudin—mahasiswa semester enam jurusan Akuntansi Syariah di STEI SEBI—menorehkan prestasi yang luar biasa. Pria yang akrab disapa Udin ini bukan hanya unggul dalam akademik dengan IPK 3,38, tapi juga membuktikan dirinya sebagai atlet tangguh dengan menyabet Juara 1 Jujitsu Jakarta Open 2025, sebuah kejuaraan berskala internasional.

Diselenggarakan oleh Pengurus Besar Ju-jitsu Indonesia (PBJI), ajang ini mempertemukan para petarung terbaik dari berbagai negara. Di kelas Newa-Za U21/-56Kg, Udin tampil memukau. Teknik, ketenangan, dan strategi yang ia bangun selama bertahun-tahun diuji habis-habisan di babak final. Dan ketika tangan wasit terangkat, mengumumkan namanya sebagai pemenang—semua jerih payah, pengorbanan, dan keringat pun terbayar lunas.

“Ini bukan sekadar medali. Ini bukti bahwa kerja keras dan disiplin bisa mengantarkan kita pada mimpi,” ujar Udin dengan mata berbinar.

Menjadi juara bukan hal instan bagi Udin. Di balik prestasi gemilangnya, ada cerita tentang latihan keras, pengorbanan waktu, dan perjuangan batin. Setiap harinya, ia menyisihkan waktu dari jadwal kuliah yang padat untuk berlatih. Ia tahu, untuk berdiri di podium tertinggi, dibutuhkan lebih dari sekadar semangat—dibutuhkan konsistensi dan pengorbanan nyata.

“Jujitsu bukan olahraga yang mudah,” aku Udin. “Aku berlatih hampir setiap hari, kadang harus mengorbankan waktu istirahat atau hang out dengan teman-teman.”

Namun ia tak sendiri. Orang tuanya selalu memberikan semangat yang tak pernah padam. Sang pelatih, Coach Latif dan Coach Hadi Purnomo, menjadi pilar penting yang membimbingnya, tak hanya secara fisik tapi juga mental dan strategi bertanding. Dukungan dari komunitas jujitsu kampus dan teman-teman terdekat turut menjadi bahan bakar semangatnya, terutama saat motivasi mulai redup.

Yang membuat Udin istimewa bukan hanya keberhasilannya, tetapi caranya memaknai perjuangan. Bagi Udin, kemenangan sejati tidak terletak pada podium, melainkan pada proses menuju ke sana—jatuh, bangkit, gagal, mencoba lagi, dan terus melangkah.

“Kemenangan bukan hanya soal menang atau kalah, tapi tentang seberapa keras kita berani berjuang,” katanya penuh semangat.

Tak jarang, ia mengalami masa-masa sulit, saat tubuh kelelahan, semangat menurun, dan keyakinan goyah. Tapi Udin punya prinsip yang kuat: bahwa Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan usaha hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Dalam doa dan latihan, ia temukan kekuatan untuk terus maju.

Sebagai penerima Beasiswa BAZNAS Angkatan 6 Tahun 2024, Udin merasa terbantu bukan hanya secara finansial, tetapi juga secara moral. Beasiswa ini memberinya ruang untuk fokus mengejar prestasi, baik di bangku kuliah maupun di arena pertandingan.

“Beasiswa BAZNAS membuka jalan bagiku, bukan hanya untuk belajar, tapi juga untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.”

Kisah Udin menjadi contoh nyata bagaimana sinergi antara semangat pribadi, dukungan keluarga, pelatih, dan lembaga seperti BAZNAS mampu menciptakan dampak besar bagi masa depan anak muda Indonesia. Ia berharap, prestasi yang diraihnya bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk tidak mudah menyerah.

Udin tak pelit membagikan motivasi. Kepada mereka yang tengah merasa lelah dalam mengejar mimpi, ia berpesan:

“Jangan takut gagal. Di balik setiap kegagalan, ada pelajaran berharga yang akan membuatmu lebih kuat. Selama kamu punya tekad dan yakin pada pertolongan Allah, jalan itu akan selalu terbuka.”

Udin tahu, ini bukan akhir perjalanan. Prestasi ini hanyalah satu dari banyak tangga menuju impian yang lebih besar. Ia ingin terus bertumbuh, belajar, dan memberi manfaat bagi sesama. Dan yang terpenting, ia ingin menjadi bukti hidup bahwa keterbatasan bukan halangan untuk meraih mimpi besar.