Sutami Suparmin adalah alumnus Beasiswa Cendekia BAZNAS angkatan pertama (2018) asal Universitas Hasanudin

Kisah Sutami, Alumnus Beasiswa Cendekia BAZNAS yang Berkarier di Bidang Pertambangan

19/08/2024 | Humas BAZNAS

Sutami Suparmin adalah alumnus Beasiswa Cendekia BAZNAS angkatan pertama (2018) asal Universitas Hasanudin jurusan Teknik Lingkungan. Semenjak kuliah, Sutami aktif sebagai relawan di beberapa lembaga di bidang sosial, pendidikan, dan lingkungan. Beberapa aktivitas nasional dan internasional pun pernah diikutinya, seperti Young Leader for Indonesia (YLI), Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI), dan CYAL.

Melalui bantuan Beasiswa Cendekia BAZNAS, Sutami dapat menyelesaikan program pendidikan sarjananya pada tahun 2020. Lulus S-1, Sutami berkerja sebagai enviromental superintendent (pengawas lingkungan) di PT Wanatiara Persada, sebuah perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang bergerak di bidang pertambangan serta pengolahan dan pemurnian bijih nikel.

Sembari bekerja sebagai praktisi lingkungan pertambangan, Sutami melanjutkan program Pendidikan Profesi Insinyur di Universitas Hasanuddin pada 2022 dan meraih gelar Insinyur pada bulan Juni 2023 dengan Indeks Prestasi kumulatif (IPK) 3,81. Saat ini, Sutami juga bergabung ke dalam komunitas profesi terbesar kedua di Indonesia, yakni Persatuan Insinyur Indonesia (PII).

Sutami berasal dari keluarga yang sederhana. Rumahnya yang jauh dari kampus menyebabkan tingginya biaya operasional yang dibutuhkan selama kuliah.

Walaupun dalam keadaan terbatas, Sutami bukan sosok yang mudah menyerah. Sutami mempunyai prinsip,“Sesulit apa pun keadaan, jangan pernah berhenti berjuang. Insyaallah akan selalu ada jalan untuk setiap usaha. Percaya kepada diri sendiri, jangan memedulikan omongan negatif orang lain.”

Ia lahir di Palopo, Sulawesi Selatan pada tanggal 20 Januari 1996. Sang ayah memberinya nama Sutami Suparmin. Anakkedua dari empat bersaudara ini lahir dari seorang ayah pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan ibu rumah tangga.

Ada sebuah pepatah Arab yang berbunyi “al ismu duaa'un”, artinya nama adalah doa. Sewaktu sekolah dasar, ia sempat dirundung oleh guru karena Sutami seperti nama perempuan. Sutami pun bertanya kepada ayahnya yang memberi nama. Jawabannya mengagetkan “Nama kamu itu saya ambil dari salah satu tokoh hebat di masa kepemimpinan Presiden Soeharto. Ir. Sutami adalah Menteri Pekerjaan Umum (PU) sekaligus insinyur hebat pada masa itu,” tegasnya.

Alhasil, doa yang dilampirkan ayahnya lewat nama “Sutami” dikabulkan oleh Allah SWT. Sutami tumbuh menjadi sosok seperti yang didoakan ayahnya, yakni menjadi seorang insinyur, menjadi pekerja keras, dan sukses berkarier. Saat ini, Sutami sudah memiliki berbagai lisensi dan sertifikasi di bidang K3, lingkungan, dan pertambangan.

Sejak kelas 3 SD, Sutami sudah terbiasa mandiri. Kedua orang tuanya menitipkan Sutami di rumah nenek. Jarang bertemu orang tua dan lebih banyak beraktivitas bersama nenek dan tantenya menjadi hal yang sehari-hari dirasakan Sutami waktu itu. Orang tuanya sesekali menjenguk Sutami ketika pekerjaan sudah mulai senggang.

Sutami mulai belajar mandiri di rumah ini dari kelas 3 SD hingga SMP. Lulus SD, Sutami masuk SMP negeri ternama di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan, yakni SMP Negeri 3
Tanete Rilau. SMP ini memiliki asrama. Di sini,Sutami tidak hanya dididik untuk mandiri, tetapi juga disiplin dengan seluruh jadwal kegiatan akademik dan asramanya. Setiap hari, semua anak di asrama dibangunkan untuk salat Subuh. Setelah itu, mereka sarapan bersama-sama, lalu pergi ke sekolah. Pukul 12 siang, dan Sutami bersama teman-temannya makan siang, kemudian istirahat. Pukul 2, mereka kembali masuk sekolah untuk belajar hingga pukul 4 sore. Malamnya ada kegiatan yang wajib dilakukan lagi berupa salat berjamaah dan kajian. Sutami menjalani rutinitas tersebut dengan penuh keikhlasan dan harapan agar rukhiyah, kedisiplinan, serta kecerdasannya semakin kuat. Meskipun lelah, melalui usaha tersebut, Sutami menjadi anak berprestasi, salah satunya dengan meraih Juara 1 Lomba Biologi.

Kecintaannya terhadap ilmu-ilmu alam sudah muncul sedari SMP. Oleh karena itu, Sutami terus menggali potensinya dengan mengikuti berbagai perlombaan. Hal ini berlanjut hingga ke SMA.

Di SMA, potensi Sutami terhadap kemahirannya pada ilmu biologi semakin terekspos. Hal ini dikarenakan sewaktu SMP Sutami banyak mempelajari buku pelajaran SMA. Ia pun jadi lebih mudah memahami beberapa materi  yang diajarkan di SMA.

Menjadi pintar tidak melulu lewat buku, tetapi juga dari teman dan mentor. Sebelum mengikuti lomba, Sutami  fokus belajar, belajar, dan belajar. Setelah berkompetisi, ia mendapatkan teman-teman baru yang satu frekuensi. Ternyata teman-teman baru Sutami banyak yang lebih pintar daripada dirinya. Oleh karena itu, Sutami banyak belajar dari mereka. Koneksi mulai terbentuk dari hal tersebut.

Dari tempat satu ke tempat lain, dari kompetisi satu ke kompetisi lain. Selain belajar seperti anak SMA pada umumnya, Sutami sering mengajar les bimbingan belajar.

Ia melakukan ini karena ingin mendalami pelajaran, melatih keberanian, meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum, serta mendapatkan uang jajan tambahan. Upah yang ia dapatkan pun beragam. Awalnya, Sutami mendapat upah Rp 15.000 untuk satu jam mengajar.

Di lembaga bimbingan belajar itu, Sutami juga memperbanyak koneksi. Ia mulai mengenal orang-orang dari berbagai lembaga bimbingan ternama di Makassar. Upahnya pun naik menjadi sekitar Rp20.000 hingga Rp25.000 per jam.

Kita tidak pernah tahu berkah akan datang dari mana. Salah satunya mungkin dari hal yang kita tanam. Keuletan, kesabaran dan dedikasi Sutami mengajar membuahkan hasil. Barangkali, salah satu faktor yang membuatnya lulus ujian masuk jurusan teknik lingkungan Universitas Sultan Hasanuddin pada tahun 2015 karena dia membagikan ilmunya kepada orang lain. Sutami tetap mengajar hingga awal tahun pertama ia kuliah. Di masa itu, ia pernah mendapat upah tertinggi hingga Rp.60.000 per jam. Nilai materialnya mungkin tak besar. Namun, begitu banyak keberkahan dan kebaikan dari setiap proses dan hasil Sutami mengajar.

Tahun 2014-2015 menjadi masa-masa menegangkan bagi Sutami. Ia sudah berada pada tahun terakhirnya di sekolah menengah atas dan ingin berkuliah. Selain cemas apakah ia akan diterima berkuliah di universitas incarannya, ia juga memikirkan biaya yang harus dikeluarkan untuk berkuliah.

Namun, berkat kerja keras dan doa orang tua, serta rida Allah, Sutami lolos jalur SNMPTN di Universitas Hasanuddin Makassar Jurusan Teknik Lingkungan kampus Gowa. Saat penentuan Uang Kuliah Tunggal (UKT), Sutami mendapat golongan UKT yang cukup terjangkau, yakni golongan II dengan biaya Rp.750.000. Sedikit lebih tinggi daripada golongan I yang bernilai Rp.500.000. Hal ini salah satunya dikarenakan ayahnya sudah pensiun. Nilai ini lebih terjangkau dibandingkan dengan 10 kampus terbaik di Indonesia yang lain menurut Sutami.

Setelah orang tuanya pensiun, Sutami sudah memikirkan kemungkinan hambatan finansial. “Tidak masalah. Nanti cari beasiswa saja,” pikirnya. Semangat Sutami untuk mencari beasiswa pun tumbuh. Ia beruntung karena studinya juga didukung oleh kakaknya.

“Kakak sulung saya sudah bekerja di Jakarta pada 2016 ketika saya berkuliah. Ia tinggal di rumah sepupu, jadi bisa menyisihkan gajinya untuk ikut membiayai kuliah saya.”

Sutami berterima kasih kepada kakaknya karena dia sudah berani mengambil risiko untuk mendukung biaya kuliah Sutami tiap semester. Jadi, ia tinggal memikirkan bagaimana meringankan beban orang tua dan kakaknya, mengingat ia juga mempunyai 2 orang adik. Perjuangan kuliah Sutami setiap hari pun juga cukup menantang. Sutami kuliah di kampus Unhas di Kabupaten Gowa sementara rumahnya di Makassar. Jarak dari rumah dari ke kampus sekitar 60 km.

Hampir dua jam perjalanan ditempuh Sutami setiap hari untuk menuntut ilmu. Sutami memilih untuk tidak menyewa kamar kos karena biayanya jauh lebih tinggi daripada perjalanan bolak-balik dari kampus ke rumah setiap hari.

Ia menjalani perkuliahan seperti itu selama lima semester. Lelah tidak terlalu ia rasakan demi menggapai cita-cita. Pada semester lima, Sutami mendapatkan informasi bahwa BAZNAS membuka program Beasiswa Cendekia BAZNAS (BCB) angkatan pertama tahun 2018.

Ia yang sudah mencari informasi mengenai beasiswa sejak semester pertama pun langsung mengumpulkan dan melengkapi berbagai persyaratan yang dibutuhkan. Sutami sangat bersyukur ketika dinyatakan lolos sebagai penerima Beasiswa Cendekia BAZNAS (BCB) angkatan pertama 2018. “Menurut saya, beasiswa ini keren. Karena selain memberikan pembiayaan untuk mahasiswa mahasiswi yang kesulitan secara ekonomi, beasiswa ini juga memiliki berbagai pelatihan,” ungkap Sutami.

“Ada pelatihan kepemimpinan, pelatihan manajemen diri, pelatihan keterampilan, serta berbagai workshop tentang literasi zakat dan pengetahuan keislaman. Beasiswa ini juga memiliki mentor di setiap kampus sehingga dapat membantu pengembangan para awardee-nya agar lebih siap dalam menghadapi dunia setelah kuliah.”

Selama menjadi mahasiswa, Sutami bukan tipikal orang yang aktif di organisasi kampus struktural seperti BEM, DPM, UKM atau yang lainnya. Ia cenderung lebih aktif mengejar prestasi akademis dan persiapan karier setelah lulus kuliah. Sutami lebih banyak berkumpul dan menjalin koneksi dengan temanteman yang punya minat tinggi dalam hal-hal akademis seperti lomba, karya tulis, dan konferensi baik di dalam dan di luar negeri. Salah satunya dengan menjadi delegasi Sulawesi Selatan dalam Workshop Indonesian Youth Marine Debris Summit di Jakarta 2018 dan mewakili Indonesia (satu dari 8 delegasi) ke Malaysia pada acara CIMB Young Asean Leader 2018.

Beasiswa BAZNAS membuat Sutami tumbuh menjadi pribadi yang fokus pada prestasi akademis dan persiapan kariernya. Prestasi demi prestasi ditorehkannya selama kuliah. Ia melakukannya sebagai usaha agar kelak ia menjadi seseorang yang terbentuk karakter dan penjenamaan pribadinya.

Sutami lulus jenjang pendidikan S-1 pada pertengahan tahun 2020 dan menyandang gelar Sarjana Teknik (ST). Meniti Karier dan Mengukir Buih-Buih Mimpi Sutami mulai mempersiapkan karier sejak memasuki semester 7 kuliah. Ia magang di beberapa tempat hingga lulus S-1. Menurut Sutami, magang adalah cara terbaik untuk mempersiapkan diri sebelum memulai karier, karena memberikan pengalaman langsung dan membantu memahami apa yang diperlukan untuk sukses di bidangnya.

Ia ingin menjadi ahli dan memperoleh banyak pengalaman praktis di bidang teknik dan lingkungan. Oleh karena itu, ia Menyandang gelar Sarjana Teknik (ST) magang di beberapa perusahaan yang berkaitan dengan hal tersebut. Magang pertama Sutami yakni di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Yogyakarta. Selanjutnya, ia magang di PT Semen Tonasa, kemudian magang yang ketiga di PT Vale Indonesia sekaligus mengambil data untuk tugas akhir. Magang ini mampu memberikan manfaat yang besar bagi Sutami dalam persiapan kariernya menjadi profesional di bidang teknik lingkungan.

Melalui magang, Sutami dapat memperoleh pengalaman praktis dalam kelas, mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan, serta membangun jaringan profesional yang penting. Hal ini dapat membantu Sutami mempersiapkan diri dengan baik sebelum memulai karier praktisi lingkungan profesional. Sutami mengawali karier profesionalnya dengan menjadi Management Traine di perusahaan pertambangan PT Eternal Tsingshan Indonesia. Ia memilih untuk memulai karier pada sektor pertambangan dan pemurnian yang sedang ramai diperbincangkan publik, yaitu nikel.

Sutami memulai bekerja di pertengahan April 2021. Ia belajar banyak hal, melihat peluang dan tantangan sebagai salah satu karyawan program yang dikhususkan Sutami di tempat kerja Sutami di tempat kerjauntuk menjadi leader di perusahaan.

Setelah sekitar 5 bulan bekerja, Sutami dipercaya dalam pengelolaan lingkungan induk perusahaan holding yaitu PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS). Pada Oktober 2021, ia menjadi Person In Contact dalam program Sertifikasi Internasional ISO 14001. Ia harus memenuhi dokumen-dokumen persyaratan serta proses lainnya pada standar Sistem Manajemen Lingkungan.

Setelah melalui berbagai proses dan konsolidasi selama 3 bulan lebih, dan akhirnya, pada closing audit yang berlangsung tanggal 21 Desember 2021, PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel berhak direkomendasikan dan akan mendapatkan sertifikasi ISO 14001 dan ISO 45001 pada awal 2022. Sebuah pencapaian tim yang luar biasa dan Sutami bangga dapat membantu dalam beberapa bagian dari proses mencapainya.

Setelah hampir setahun bekerja di IMIP, Sutami berpindah perusahaan sebagai Environmental Superintendent di PT Wanatiara Persada. Di perusahaan ini, karier Sutami semakin baik. Pengalamannya meniti karier dari magang dan MT di perusahaan pertambangan sebelumnya membuat profil karier Sutami semakin jelas sebagai praktisi lingkungan pertambangan profesional. Puncaknya ketika ia menjabat sebagai ketua area Environmental di perusahaan ini.

Setiap pekerjaan memiliki risiko masing-masing, Mulai dari risiko fisik sampai psikis. Bagi Sutami, bekerja di wilayah terpencil dengan sistem roster memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah kita bisa mendapatkan waktu cuti yang lebih lama untuk berkumpul dengan keluarga tanpa harus terganggu dengan pekerjaan. Kekurangannya adalah jika sudah di atas 50 hari kerja di Site, sudah mulai terasa burnout dan fatigue—kelelahan emosional dan fisik.

Walaupun begitu, rasa syukurlah yang menjadi penawar dari semua keluh kesah yang dirasakan. Niatkan ibadah,  insyaallah lelahnya terhitung amal.

“Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua saya, Istri saya tercinta, para guru, kerabat serta mentor-mentor yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, juga Beasiswa BAZNAS yang begitu mendukung saya. Semoga melalui profesi ini, saya dapat membawa berkah bagi negara, bangsa, dan agama,” ujar Sutami.

Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.

Follow us

Copyright © 2024 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ