Dari Warung Sederhana Menjadi Usaha Mandiri, Kisah Darwin Bangkit Bersama BAZNAS
Dari Warung Sederhana Menjadi Usaha Mandiri, Kisah Darwin Bangkit Bersama BAZNAS
19/05/2025 | Humas BAZNASDi sebuah sudut desa Tajur Pamegarsari, Parung, Bogor, tepat di depan kantor desa, berdiri sebuah warung sembako yang tampak tak pernah sepi pengunjung. Warung itu milik Darwin (45), seorang pria sederhana yang kini menjadi simbol perubahan dan ketekunan berkat pendampingan yang konsisten dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Delapan belas tahun lalu, Darwin memulai usahanya dari nol. Hanya dengan etalase kecil dan beberapa rak berisi bahan kebutuhan pokok, ia mencoba peruntungan untuk menghidupi keluarganya. Warung sembakonya awalnya tak banyak dikenal. Persaingan ketat dan keterbatasan modal membuat usaha Darwin berjalan terseok-seok. Namun, keadaan itu perlahan berubah ketika BAZNAS hadir memberikan pendampingan dan bantuan permodalan.
"Dulu, warung sembako saya belum banyak stoknya dan belum berkembang. Tapi sejak dapat pendampingan dari BAZNAS, saya belajar strategi pemasaran yang lebih terarah," ujar Darwin.
Darwin menceritakan bahwa melalui pelatihan dan bimbingan rutin dari BAZNAS, ia mulai memahami pentingnya membaca kebutuhan pasar. Ia juga dibimbing untuk menentukan segmen konsumen dan cara menyusun harga yang bersaing namun tetap menguntungkan.
Program yang dijalankan BAZNAS tak sekadar memberikan bantuan dana, tetapi menyentuh langsung pada akar permasalahan pelaku usaha mikro seperti Darwin. Pendampingan yang diberikan meliputi pelatihan manajemen usaha, pengelolaan keuangan, hingga teknik pemasaran yang sesuai dengan kondisi lokal.
Kini, warung sembako Darwin menjelma menjadi pusat belanja warga sekitar. Barang-barang yang dijual lengkap, mulai dari kebutuhan dapur seperti beras dan minyak, hingga air mineral, makanan ringan, gas elpiji, dan perlengkapan rumah tangga lainnya. Semuanya dijual dengan harga kompetitif, namun tetap mengedepankan kualitas.
“Saya sekarang fokus ke kalangan menengah dan memastikan bahan sembako yang saya jual berkualitas. Itu yang membuat pelanggan percaya dan kembali belanja ke sini,” katanya dengan mata berbinar.
Dalam sehari, Darwin mampu mencatat omzet rata-rata Rp500 ribu. Angka yang cukup menggembirakan bagi usaha rumahan di wilayah perdesaan. Ia mengelola warung itu bersama sang istri, membagi peran agar usaha berjalan efektif.
Apa yang dialami Darwin adalah cerminan nyata dari visi besar BAZNAS dalam memberdayakan mustahik (penerima zakat) agar suatu hari kelak menjadi muzaki (pembayar zakat). Melalui program dana bergulir non-profit dan sistem pendampingan intensif, BAZNAS berupaya menjadikan zakat lebih dari sekadar bantuan konsumtif.
Pendekatan ini mendorong para pelaku usaha kecil untuk bangkit dengan tangannya sendiri, namun tetap dalam pelukan dukungan sistem yang terstruktur dan berkelanjutan.
“Kami berharap para mitra seperti Darwin bisa naik kelas. Tidak hanya keluar dari garis kemiskinan, tapi juga bisa mandiri dan pada akhirnya menjadi muzaki yang membantu orang lain,” ujar salah satu pendamping dari BAZNAS Microfinance Desa.
Upaya ini tidak hanya berdampak pada satu keluarga. Dengan berkembangnya warung milik Darwin, warga sekitar pun ikut merasakan manfaatnya. Mereka mendapatkan akses kebutuhan pokok dengan mudah dan harga terjangkau tanpa harus pergi jauh ke pasar.
Kisah Darwin menjadi inspirasi bahwa keterbatasan bukan akhir dari segalanya. Dengan ketekunan, kejujuran, dan dukungan yang tepat, pelaku usaha kecil bisa tumbuh dan bertahan, bahkan menjadi tonggak ekonomi lokal.
BAZNAS, sebagai lembaga pengelola zakat, infak, dan sedekah (ZIS), memainkan peran strategis dalam transformasi ini. Tak hanya menyalurkan dana, tetapi juga mendampingi, memberdayakan, dan merangkul para mustahik untuk berjalan bersama menuju kemandirian.
Melalui program seperti BAZNAS Microfinance Desa (BMD), lembaga ini menjawab tantangan zaman—membawa zakat ke level yang lebih strategis, sebagai motor penggerak ekonomi umat.
Kini, Darwin tak hanya menjadi seorang pedagang. Ia adalah agen perubahan di desanya. Dari warung kecil yang ia kelola, lahir harapan dan semangat baru bagi banyak orang. Ia membuktikan bahwa zakat, jika dikelola dengan amanah dan profesional seperti yang dilakukan BAZNAS, mampu mengangkat harkat hidup manusia dan membebaskannya dari kemiskinan.
Kisah ini adalah satu dari ribuan kisah sukses hasil pendayagunaan dana ZIS yang dikelola BAZNAS. Dan semoga, seperti harapan besar lembaga ini, makin banyak Darwin lainnya yang suatu hari kelak bukan lagi menerima zakat, tapi menjadi bagian dari mereka yang menyalurkannya.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
