Dari Kuli Pabrik Menjadi Saudagar Zmart, Perjalanan Perempuan Tangguh Jepara Bersama BAZNAS
Dari Kuli Pabrik Menjadi Saudagar Zmart, Perjalanan Perempuan Tangguh Jepara Bersama BAZNAS
10/07/2025 | Humas BAZNASDi sebuah sudut rumah sederhana di Desa Rengging, Kecamatan Pecangaan, suara mesin jahit terdengar ritmis. Di sanalah Khoirun Nisa (27), ibu muda satu anak, menyulam harapan lewat benang dan kain. Tapi tidak hanya itu, ia juga tengah menenun masa depan yang lebih cerah melalui usahanya sebagai pemilik warung sembako — warung yang kini kian berkembang berkat dukungan dari BAZNAS.
Dulu, Nisa hanyalah seorang buruh pabrik garmen di perusahaan modal asing (PMA) di Jepara. Dua tahun ia menghabiskan waktunya di tengah deru mesin industri. Namun, titik balik hidupnya datang ketika ia hamil. Ia memilih mundur dari pekerjaannya dan menata ulang hidup dari rumah.
Berawal dari menjajakan sosis goreng dan es untuk anak-anak di sekitar rumah, Nisa perlahan membangun kepercayaan dan jaringan pelanggan. Modal pertama yang ia pegang berasal dari uang arisan. Dari sinilah warung kecilnya lahir — sebuah langkah awal menuju kemandirian ekonomi.
Saat pendamping dari BAZNAS datang di suatu siang, Nisa tampak sibuk menyelesaikan jahitan celana pendek pesanan dari salah satu pengrajin garmen di desa sebelah. Pengalamannya sebagai mantan karyawan pabrik tetap dimanfaatkannya sebagai sumber penghasilan tambahan.
"Alhamdulillah Mas, jahitannya dianter dan diambil langsung, jadi bisa tetap sambil jaga warung," ujarnya dengan senyum hangat.
Ia tak sekadar duduk menunggu pembeli. Ia bekerja, merawat impian, dan terus bergerak. Di sela mengatur dagangan — dari beras, minyak, telur, hingga gas elpiji — ia juga menjahit, menambah pemasukan demi masa depan keluarganya.
Langkah kecil Nisa mendapat pijakan kuat saat ia terpilih menjadi salah satu Saudagar Zmart — program pemberdayaan ekonomi dari BAZNAS RI yang menyasar pengusaha mikro agar naik kelas. Melalui Zmart, Nisa tidak hanya mendapatkan tambahan modal usaha, tapi juga pendampingan usaha, pelatihan manajemen keuangan, hingga cara mengelola etalase dan pelanggan.
Dampaknya pun nyata. Omzet warung yang sebelumnya stagnan di angka Rp300 ribu per hari, kini bisa melonjak drastis. Pada Minggu (6/7/2025) lalu, Nisa mencatat omzet harian tertinggi: Rp1,1 juta.
"Memang tidak menentu omzetnya, tapi sekarang ada peningkatan, terutama saat akhir pekan. Banyak pelanggan belanja untuk kebutuhan mingguan," kata Nisa semangat.
Ia berharap, peningkatan itu bisa terus terjadi — tidak hanya di akhir pekan, tapi setiap hari. Kepercayaan dirinya kini tumbuh seiring dukungan yang ia rasakan dari Zmart BAZNAS.
Program Zmart merupakan salah satu inisiatif unggulan dari BAZNAS RI dalam memberdayakan pelaku usaha mikro, khususnya warung-warung kecil milik masyarakat prasejahtera. Melalui pendekatan berbasis zakat produktif, Zmart tidak hanya memberikan dana, tapi juga pembinaan menyeluruh agar pelaku usaha mampu mandiri dan berdaya saing.
Khoirun Nisa adalah salah satu potret keberhasilan program ini. Ia bukan hanya sekadar pedagang, tapi kini menjadi Saudagar Zmart — simbol kemandirian dan semangat perubahan dari desa.
Dengan pendampingan yang berkelanjutan, BAZNAS membuktikan bahwa zakat dapat menjadi kekuatan sosial yang konkret. Warung kecil pun bisa menjadi motor ekonomi keluarga, bahkan lingkungan sekitar.
Kini, di bawah atap rumah yang sama tempat ia menjahit dan berjualan, Nisa tengah merancang masa depan. Untuk Ayra, putri kecilnya, dan untuk kehidupan yang lebih baik. Ia ingin suatu saat nanti warungnya lebih lengkap, lebih besar, dan mampu menyerap tenaga kerja di sekitarnya.
"Saya ingin warung ini terus berkembang. Siapa tahu nanti bisa buka cabang atau buka toko yang lebih besar," harapnya.
Di balik etalase berisi mi instan dan beras, ada semangat yang tak tergantikan. Semangat yang menyala karena uluran tangan yang tepat. Dan bagi Khoirun Nisa, BAZNAS bukan hanya lembaga, tapi mitra perubahan.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
