Dari Dapur Kecil ke Harapan Besar, Sri Wijayana dan Perjalanan Kripik Usus Bersama BAZNAS
Dari Dapur Kecil ke Harapan Besar, Sri Wijayana dan Perjalanan Kripik Usus Bersama BAZNAS
16/06/2025 | Humas BAZNASSebuah dapur sederhana di Kelurahan Botoran, Kecamatan Tulungagung, Jawa Timur, menjadi saksi aroma usus goreng yang gurih menyambut setiap pagi Sri Wijayana. Di tengah wajan dan tumpukan bumbu dapur, seorang ibu tiga anak ini sedang menata harapannya. Harapan yang renyah, gurih, dan penuh perjuangan—seperti kripik usus buatannya.
Awalnya, tak ada yang istimewa dari usaha rumahan yang Sri jalankan. Hanya titip-titip ke warung kecil, dengan pengemasan seadanya dan peralatan serba terbatas. Tapi semangat Sri tak pernah setengah. Ia tahu, dari dapur sempit inilah ia ingin menyokong pendidikan anak-anaknya, membantu ekonomi keluarga, dan membuktikan bahwa perempuan juga mampu menjadi tulang punggung.
Pada tahun 2023, ia memulai usaha kecil-kecilan memproduksi kripik usus. Tanpa modal besar, Sri mengandalkan ketekunan dan resep turun-temurun. Dalam sehari, ia bisa mengolah sekitar 3 kilogram usus ayam, yang dijadikan kripik dan dititipkan ke warung-warung sekitar. Lewat pesanan WhatsApp, ia pun menjangkau pelanggan tetap. Hasilnya? Rata-rata omzet mingguan mencapai Rp400.000–500.000, dengan keuntungan bersih sekitar Rp300.000.
Namun, Sri menyadari, untuk benar-benar naik kelas, ia butuh lebih dari sekadar semangat. Ia butuh alat yang memadai, proses produksi yang lebih efisien, dan pengemasan yang higienis. Di sinilah peran BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) hadir, membuka pintu baru bagi para pelaku UMKM kecil seperti Sri.
Pada Mei 2025, Sri mendapatkan angin segar: sebuah pinjaman modal dari Baznas Microfinance Desa (BMD) Tulungagung senilai Rp2 juta. Uang itu langsung digunakan untuk membeli spinner—alat pemutar minyak yang biasa digunakan dalam industri gorengan.
Mungkin bagi sebagian orang, spinner hanya alat sederhana. Tapi bagi Sri, spinner adalah jalan keluar dari masalah klasik: kripik berminyak, mudah tengik, dan cepat melempem. Kini, berkat spinner, kripik usus produksinya menjadi lebih kering, renyah, dan tahan lama. Kualitas meningkat, kepercayaan pembeli pun ikut naik.
“Sebelumnya, kripik saya cepat lembek dan warnanya kurang menarik. Sekarang, lebih kering dan bisa tahan beberapa minggu tanpa berubah rasa,” ujar Sri dengan mata berbinar. Investasi kecil ini bukan hanya memperpanjang usia simpan produk, tapi juga membuka peluang distribusi ke pasar yang lebih luas.
Tak berhenti pada peralatan, Sri juga tengah mengurus sertifikasi halal lewat OPPM (Optimalisasi Pemberdayaan dan Pendampingan Mustahik) BAZNAS RI. Sertifikasi ini sangat penting, terutama bagi konsumen Muslim yang kian sadar akan kehalalan produk yang dikonsumsi.
Dengan pendampingan dari BAZNAS, Sri kini mulai memahami pentingnya keamanan pangan, kebersihan produksi, dan tata kelola usaha kecil. "Awalnya saya bingung dengan dokumen dan prosedur, tapi alhamdulillah ada pendamping dari BAZNAS yang membimbing pelan-pelan," tuturnya.
Sertifikasi halal bukan hanya legalitas. Ia adalah bentuk penghargaan terhadap konsumen dan pembuka jalan untuk menembus toko-toko besar. Sri berharap, dengan adanya label halal, kripik ususnya bisa masuk minimarket atau bahkan toko oleh-oleh khas Tulungagung.
Di balik setiap lembar kripik yang Sri kemas, ada tangan yang bekerja dari subuh hingga malam. Sri tak hanya memproduksi sendiri, ia juga masih bekerja sebagai juru masak dan turut membantu suaminya yang menjadi pengemudi ojek online. Di antara waktu-waktu senggang, ia juga menyisihkan hasil penjualan untuk membiayai sekolah ketiga anaknya.
Kisah Sri adalah bukti nyata bahwa perempuan bisa menjadi penggerak ekonomi keluarga, bahkan dari dapur kecil sekalipun. Ia bukan sekadar pelaku UMKM, tapi juga pejuang nafkah, guru untuk anak-anaknya, dan inspirasi bagi banyak ibu rumah tangga lainnya.
BAZNAS, dalam perannya sebagai lembaga amil zakat nasional, memahami betul pentingnya mendukung potensi lokal seperti ini. Melalui program Baznas Microfinance Desa, BAZNAS tidak hanya menyalurkan dana zakat, tetapi juga memberdayakan mustahik menjadi muzaki, dari penerima menjadi pemberi.
Sri Wijayana bukan satu-satunya. Di berbagai penjuru Indonesia, BAZNAS hadir di garis depan pemberdayaan ekonomi umat, khususnya di sektor mikro. Mulai dari bantuan modal usaha, pelatihan manajemen bisnis, akses sertifikasi halal, hingga penguatan branding produk—semua dilakukan untuk mewujudkan keadilan ekonomi yang berkelanjutan.
Program seperti BAZNAS Microfinance Desa menjadi jembatan antara zakat dan kemandirian. Uang zakat yang disalurkan bukan habis dipakai konsumsi, melainkan diubah menjadi modal produktif yang mampu mengangkat harkat hidup mustahik.
Dalam konteks ini, BAZNAS telah meneladani semangat Nabi Ibrahim AS, yang dalam sejarahnya membangun Ka’bah bersama Ismail AS sebagai simbol peradaban dan tauhid. Seperti Nabi Ibrahim yang meninggalkan warisan peradaban, BAZNAS juga berupaya meninggalkan warisan sosial—dengan membantu umat bangkit dan mandiri.
Kini, Sri Wijayana tak lagi sendirian dalam usahanya. Ia punya spinner sebagai sahabat produksi, sertifikasi halal sebagai tiket ke pasar luas, dan BAZNAS sebagai mitra setia dalam setiap langkah kecil menuju perubahan besar.
Di tengah hiruk-pikuk ekonomi nasional, kisah seperti Sri adalah oase harapan. Ia mengingatkan kita bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal kecil—dari kemasan sederhana, dari gorengan di wajan, dari satu kilogram usus ayam.
Dan di balik itu semua, ada peran zakat yang dikelola dengan baik. Ada peran BAZNAS yang hadir bukan sekadar memberi, tetapi memberdayakan. Karena sesungguhnya, seperti yang diajarkan Nabi Ibrahim: pengorbanan yang ikhlas adalah awal dari lahirnya peradaban.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
