Dari Beasiswa BAZNAS ke Kutub Selatan, Kisah Gerry Ilmuwan Indonesia Pertama di Misi Antarktika Rusia

Dari Beasiswa BAZNAS ke Kutub Selatan, Kisah Gerry Ilmuwan Indonesia Pertama di Misi Antarktika Rusia

12/04/2025 | Humas BAZNAS

Di balik hamparan es putih tak berujung dan suhu ekstrem yang menggigit hingga -40 derajat Celcius, seorang anak bangsa menorehkan sejarah baru. Namanya Gerry Utama, mahasiswa magister Quaternary Paleogeography di Saint Petersburg State University, Rusia. Ia bukan hanya ilmuwan, tapi simbol mimpi besar yang berhasil menembus batas kutub.

Gerry adalah orang Indonesia dan ASEAN pertama yang bergabung dalam ekspedisi ilmiah Antarktika bersama pemerintah Rusia. Ia turut serta dalam misi penelitian Antarktika ke-69, menggunakan kapal riset legendaris Icebreaker Akademik Tyroshnikov milik Arctic Antarctic Research Institute (AARI). Selama lima bulan penuh—dari Maret hingga Juli 2024, Gerry menjelajah perairan beku dan daratan Antarktika, menjalankan tugas-tugas ilmiah di salah satu tempat paling misterius dan menantang di muka bumi.

Langkah Panjang dari Beasiswa ke Penelitian Dunia

Kesempatan luar biasa ini tidak datang begitu saja. Gerry adalah penerima Beasiswa Cendekia BAZNAS—program pendidikan unggulan dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang mendukung generasi muda untuk menempuh studi hingga ke luar negeri. Lewat beasiswa ini, Gerry melanjutkan studi S2-nya di Rusia dan mulai menekuni bidang paleogeografi kuarter—ilmu yang mempelajari perubahan bentuk bumi sejak jutaan tahun lalu.

Ketekunannya membuahkan hasil luar biasa: kesempatan bergabung dalam ekspedisi Antarktika yang langka dan bergengsi. Tidak banyak ilmuwan dunia yang bisa menapakkan kaki di Antarktika, apalagi terlibat langsung dalam riset yang dilakukan bersama pemerintah Rusia.

Membaca Sejarah dari Peta Es

Dalam misinya, Gerry bertugas menyusun dan memperbarui peta geomorfologi Pulau King George, salah satu pulau utama di kawasan Antarktika. Peta ini menjadi bagian penting dari revisi Atlas Geomorfologi Antarktika yang selama ini dikembangkan Rusia.

Kerja ilmiah ini tidak hanya berdampak pada ranah akademik, tetapi juga menyentuh diplomasi. Keterlibatan Gerry dalam ekspedisi ini bertepatan dengan 74 tahun hubungan persahabatan Indonesia–Rusia, memperkuat kerja sama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi antara kedua negara.

Ekspedisi Ekstrem: Hidup dalam Perjuangan

Tak semua orang mampu bertahan dalam kondisi Antarktika. Bagi Gerry, ekspedisi ini bukan hanya uji kemampuan ilmiah, tetapi juga ketahanan fisik dan mental. Bayangkan: suhu bisa menembus -40°C, matahari nyaris tak terlihat, dan waktu siang-malam menjadi relatif karena pergerakan kapal mengikuti jalur ekspedisi.

Selain harus menyesuaikan diri dengan ritme kapal yang terus bergerak, ia juga dihadapkan pada penggunaan alat-alat riset khusus yang hanya digunakan di iklim ekstrem. Dari pemetaan digital hingga eksplorasi lapangan, semua dilakukan dengan kehati-hatian tinggi.

Namun, semua kesulitan itu dijalani Gerry dengan semangat. Baginya, ini adalah panggilan ilmu, sekaligus pembuktian bahwa anak Indonesia mampu bersaing di panggung ilmiah internasional.

Harapan untuk Indonesia dan Masa Depan Antarktika

Keterlibatan Gerry menjadi titik awal yang menggugah semangat baru. Ini adalah sinyal bahwa SDM Indonesia memiliki kualitas dan kompetensi untuk ikut serta dalam riset global, termasuk di kawasan strategis seperti Antarktika.

Lebih dari itu, ekspedisi ini juga menegaskan pentingnya keterlibatan Indonesia dalam ratifikasi Traktat Antarktika. Sebagai negara kepulauan dengan potensi besar dalam bidang kelautan dan sains, Indonesia perlu hadir secara aktif dalam riset Antarktika, baik dari sisi eksplorasi, teknologi, maupun kebijakan.

Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.

Follow us

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ