
Tujuan Berkurban dalam Islam Bukan Sekadar Tradisi, Ini Esensinya
Tujuan Berkurban dalam Islam Bukan Sekadar Tradisi, Ini Esensinya
21/05/2025 | NOVSetiap bulan Dzulhijjah, umat Islam di seluruh dunia melaksanakan ibadah kurban sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Namun, sayangnya, tidak sedikit dari kita yang hanya menjadikan kurban sebagai rutinitas tahunan atau bahkan sekadar tradisi. Padahal, tujuan berkurban dalam Islam memiliki makna yang sangat dalam dan tidak bisa dipandang sebelah mata.
Tujuan berkurban bukan hanya menyembelih hewan dan membagikan daging kepada yang membutuhkan, melainkan lebih dari itu. Ibadah kurban merupakan simbol dari ketundukan total kepada Allah, meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim AS dan ketaatan Nabi Ismail AS. Melalui artikel ini, kita akan mengulas secara mendalam tentang tujuan berkurban dalam Islam agar ibadah yang kita jalankan tidak hanya sah secara syariat, tetapi juga bermakna secara spiritual.
Makna Spiritual di Balik Tujuan Berkurban
Ketika membahas tujuan berkurban, hal pertama yang perlu dipahami adalah dimensi spiritual dari ibadah ini. Kurban bukan hanya tentang menyembelih hewan dan membagikan daging, tetapi merupakan bentuk penyucian jiwa dan pengorbanan yang tulus karena Allah SWT.
Dalam Al-Qur'an Surah Al-Hajj ayat 37, Allah berfirman:
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamu-lah yang dapat mencapainya."
Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan berkurban bukan pada aspek fisik semata, melainkan pada ketakwaan dan keikhlasan niat seorang Muslim dalam menjalankan perintah Allah.
Ketika seseorang berkurban, ia sedang belajar untuk mendahulukan perintah Allah dibandingkan dengan keinginan duniawinya. Ini adalah bagian dari latihan ruhani yang mendalam. Dengan demikian, tujuan berkurban menjadi bentuk aktualisasi dari cinta dan ketaatan kepada Sang Pencipta.
Tujuan berkurban juga mengajarkan nilai-nilai pengendalian diri dan pengorbanan. Dalam kehidupan modern yang penuh dengan egoisme, kurban menjadi momen untuk menumbuhkan empati terhadap sesama. Kita belajar melepaskan sebagian harta yang kita cintai demi kebaikan bersama, semata-mata karena Allah.
Lebih dari itu, tujuan berkurban memberikan ruang untuk merenung akan hakikat hidup yang penuh ujian dan pengorbanan. Ibadah ini menyadarkan kita bahwa segala yang kita miliki hanyalah titipan, dan seharusnya digunakan di jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
Meneladani Keteladanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
Salah satu pilar penting dalam memahami tujuan berkurban adalah kisah agung antara Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Kisah ini bukan sekadar cerita sejarah, melainkan cerminan dari ketundukan mutlak kepada perintah Allah SWT.
Nabi Ibrahim AS diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS, sebagai bentuk ujian keimanan. Tanpa ragu dan penuh keyakinan, beliau siap menjalankan perintah tersebut. Nabi Ismail pun menerima keputusan ayahnya dengan penuh tawakal. Inilah puncak dari tujuan berkurban: ketundukan total kepada kehendak Allah, meski bertentangan dengan logika manusia.
Dari kisah ini, kita diajarkan bahwa tujuan berkurban bukanlah tentang mengorbankan nyawa atau harta semata, tetapi tentang menyerahkan diri secara total kepada kehendak Allah. Ini adalah pelajaran hidup yang sangat mendalam dan terus relevan sepanjang zaman.
Tujuan berkurban juga menjadi momentum untuk memperkuat iman dan keyakinan. Keteladanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menginspirasi umat Islam untuk tidak hanya beribadah secara lahiriah, tetapi juga secara batiniah dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
Kisah tersebut juga memperlihatkan bahwa Allah tidak membutuhkan pengorbanan fisik, tetapi ingin melihat ketulusan dan keikhlasan hati hambanya. Maka, dalam konteks ibadah kurban saat ini, tujuan berkurban adalah mewujudkan sikap penghambaan yang murni kepada Allah, bukan sekadar formalitas belaka.
Tujuan Berkurban sebagai Wujud Kepedulian Sosial
Selain aspek spiritual, tujuan berkurban juga memiliki dimensi sosial yang sangat penting. Melalui kurban, umat Islam diajak untuk peduli terhadap sesama, terutama kepada mereka yang kurang mampu. Ibadah ini menjadi sarana distribusi daging yang merata kepada masyarakat, terutama di daerah-daerah yang jarang menikmati daging.
Tujuan berkurban adalah untuk mempererat tali ukhuwah Islamiyah antara si kaya dan si miskin. Dalam momen Idul Adha, semua golongan masyarakat bisa merasakan kebahagiaan yang sama. Ini adalah bentuk nyata solidaritas sosial yang diajarkan dalam Islam.
Dengan melaksanakan kurban, seorang Muslim sedang menjalankan misi kemanusiaan yang sangat mulia. Maka, tidak heran jika dalam hadis riwayat Ahmad disebutkan bahwa kurban adalah amalan yang paling dicintai Allah pada hari Nahr (Idul Adha). Ini menunjukkan betapa besar nilai sosial dari tujuan berkurban dalam Islam.
Kurban juga dapat menjadi solusi bagi masyarakat dalam menghadapi masalah gizi dan pangan, terutama bagi anak-anak dan keluarga kurang mampu. Dengan membagikan daging kurban, kita membantu mereka mendapatkan asupan protein hewani yang berkualitas.
Oleh karena itu, tujuan berkurban adalah menghilangkan sekat antara kelas sosial, memperkuat persaudaraan, dan menciptakan keadilan distribusi sumber daya. Inilah nilai kemanusiaan yang terkandung dalam ibadah kurban.
Mengokohkan Ketakwaan dan Rasa Syukur Melalui Kurban
Salah satu nilai yang sangat ditekankan dalam tujuan berkurban adalah peningkatan takwa dan rasa syukur kepada Allah SWT. Ketika seseorang berkurban, ia sedang menunjukkan pengakuan bahwa seluruh rezeki berasal dari Allah, dan ia siap menggunakannya di jalan yang benar.
Takwa bukan hanya ucapan, tetapi pembuktian nyata dalam perbuatan. Menyembelih hewan kurban dengan niat yang tulus karena Allah adalah bagian dari pembuktian takwa tersebut. Karena itulah, tujuan berkurban sangat erat kaitannya dengan kualitas keimanan seseorang.
Dengan berkurban, kita juga belajar bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan. Kita sadar bahwa tidak semua orang mampu membeli hewan kurban, sehingga ketika kita diberi kesempatan, seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Tujuan berkurban adalah menyucikan jiwa dari sifat kikir dan egoisme. Saat kita mengeluarkan sebagian dari harta kita untuk kurban, kita sedang memutus keterikatan terhadap dunia dan memperkuat ikatan spiritual dengan Sang Pencipta.
Kurban juga menjadi momentum muhasabah bagi setiap Muslim, untuk mengukur sejauh mana keikhlasannya dalam beribadah. Apakah kita berkurban karena Allah semata atau karena ingin dipuji manusia? Jawaban dari pertanyaan inilah yang akan menentukan nilai dari tujuan berkurban yang kita lakukan.
Pada akhirnya, tujuan berkurban dalam Islam bukanlah ritual tahunan yang bersifat seremonial semata. Ibadah ini mengandung pelajaran iman, ketaatan, kepedulian sosial, hingga pembuktian syukur kepada Allah SWT. Semua ini harus dihayati secara mendalam oleh setiap Muslim yang ingin kurbannya diterima.
Dengan memahami tujuan berkurban secara utuh, maka pelaksanaan kurban akan lebih bermakna dan membekas dalam hati. Tidak hanya sebatas menyembelih hewan, tetapi juga menyembelih hawa nafsu, egoisme, dan keserakahan dalam diri.
Semoga setiap ibadah kurban yang kita lakukan selalu diniatkan karena Allah, dipenuhi rasa takwa, dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi umat. Mari jadikan tujuan berkurban sebagai jalan menuju ridha dan cinta Allah SWT.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
