Tata Cara Shalat Istisqa dan Doa Meminta Hujan

Shalat Istisqa

Tata Cara Shalat Istisqa dan Doa Meminta Hujan

13/09/2023 | Tamaim

Air merupakan kebutuhan dasar umat manusia. Tidak saja bagi pertanian atau perkebunan tapi juga untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Seperti mandi, mencuci dan untuk konsumsi.

Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan manusia tanpa air. Pertanian dan perkebunan bisa kering kerontang bahkan mati, sehingga menyebabkan gagal panen. Jika panen gagal, otomatis ketahanan pangan terancam, dan kelaparan ada di depan mata.

Ketika sumber-sumber air mulai terancam kering dan bisa menimbulkan bencana, Islam mengajarkan umatnya untuk memohon kepada Allah SWT. dengan melaksanakan shalat istisqa dan doa meminta hujan.

Pengertian Istisqa

Sesuai namanya, al-istisqa berarti meminta curahan air penghidupan atau dalam bahasa Arab, thalab al-saqaya. Para ulama fikih mengartikan shalat istisqa sebagai shalat sunnah muakkadah (yang sangat dianjurkan) untuk memohon kepada Allah agar menurunkan air hujan.

Praktik shalat istisqa sudah dilakukan di zaman Rasulullah SAW. sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., "Nabi Muhammad SAW. keluar rumah pada suatu hari untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau shalat dua rakaat bersama kita tanpa azan dan iqamat, kemudian beliau berdiri untuk khutbah dan memanjatkan doa kepada Allah, dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, dan membalikkan selendang sorbannya dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung sorbannya," (HR. Imam Ahmad).

Waktu Pelaksanaan Shalat Istisqa

Seperti namanya, shalat istisqa dilaksanakan pada saat terjadi kekeringan panjang, dan hujan lama tidak tercurah.

Adapun waktu pelaksanaan shalat istisqa adalah pada siang hari, sebagaimana hadis Nabi SAW. yang diriwayatkan Aisyah, istri Nabi, dalam sebuah hadits, diceritakan bahwa Rasulullah SAW. melaksanakan shalat istisqa setelah matahari terbit di atas permukaan bumi, seperti waktu dimulainya shalat idul fitri atau idul adha.

Sebagian ulama berpendapat bahwa shalat istisqa dapat dilaksanakan pada sore hari. Namun tidak pada waktu yang diharamkan melaksanakan shalat, yakni saat matahari tepat di atas kepala dan saat matahari terbenam.

Tata Cara Shalat Istisqa

Adapun tata cara shalat istisqa sebagai berikut:

1. Imam dan makmum berkumpul di tanah lapang untuk mengerjakan shalat berjamaah

2. Imam dan makmum, tanpa didahului azan dan iqamat, berniat membaca niat shalat istisqa yang berbunyi:

"Ushalli sunnat al-istisqai, rak'ataini mustaqbil al-qiblati (imaman/makmuman) lillahi taala"

3. Setelah takbiratul ihram, imam dan makmum melakukan takbir sebanyak 7 kali pada rakaat pertama dan 5 kali takbir pada rakaat kedua

4. Pada setiap rakaat, imam membaca surah al-Fatihah dan satu surah pendek secara jelas (jahr) yang dapat didengar oleh makmum.

5. Dilanjutkan dengan rukuk, dua sujud dan duduk di antara dua sujud

6. Pada rakaat kedua setelah sujud, imam dan makmum melakukan duduk tahiyat akhir serta membaca bacaan tahiyat, tasyahud dan shalawat seperti yang dibaca dalam shalat wajib

7. Diakhiri dengan bacaan salam dengan menolehkan wajah dan kepala ke kanan serta ke kiri

8. Imam menyampaikan khutbah istisqa di hadapan jemaah. Khutbah terdiri dari dua kali yang disampaikan dengan berdiri, dan sekali duduk di antara kedua khutbah.

Rukun dan tata cara khutbah dalam shalat istisqa sama dengan yang dilakukan pada shalat id. Yakni, membaca takbir 9 kali pada khutbah pertama dan takbir 7 kali pada khutbah kedua.

Dalam khutbah istisqa dianjurkan khatib mengajak jemaah untuk bertobat dan meminta ampun atas segala dosa. Memperbanyak istighfar, dengan harapan agar Allah mengabulkan yang menjadi kebutuhan mereka.

Tiap mengakhiri khutbah, baik pertama maupun kedua, khatib disunnahkan membaca doa, dengan cara membalikkan badan dan membelakangi jemaaah untuk menghadap kiblat. Kemudian menukar posisi selendang sorban di pundaknya, seraya mengangkat kedua tangan.

Bacaan Doa Istisqa

Berikut ini doa shalat istisqa yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi seperti Imam As-Syafii, Abu Dawud dan perawi lainnya:

Allaahummasqinaa ghaitsan mughiitsan hanii an marii an (riwayat lain, murii an) ghadaqan mujallalan thabaqan sahhan daa iman.

Artinya, "Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah, menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi."

Allaahummasqinaal ghaitsa, wa laa taj alnaa minal qaanithiin.

Artinya, "Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan. Jangan jadikan kami termasuk orang yang berputus harapan."

Allaahumma inna bil ibaadi wal bilaadi wal bahaa imi wal khalqi minal balaa i wal juhdi wad dhanki maa laa nasykuu illaa ilaika.

Artinya, "Ya Allah, sungguh banyak hamba, negeri, dan jenis hewan, dan segenap makhluk lainnya mengalami bencana, paceklik dan kesempitan di mana kami tidak mengadu selain kepada-Mu."

Allaahumma anbit lanaz zar a, wa adirra lanad dhar a, wasqinaa min barakaatis samaa i, wa anbit lanaa min barakaatil ardhi.

Artinya, "Ya Allah, tumbuhkan tanaman kami, deraskan air susu ternak kami, turunkan pada kami air hujan karena berkah langit-Mu, dan tumbuhkan tanaman kami dari berkah bumi-Mu."

Allaahummarfa annal jahda wal juu a wal uraa, waksyif annal balaa a maa laa yaksyifuhuu ghairuka.

Artinya, "Ya Allah, angkat dari bahu kami kesusahan paceklik, kelaparan, ketandusan. Hilangkan dari kami bencana yang hanya dapat diatasi oleh-Mu."

Allaahumma innaa nastaghfiruka, innaka kunta ghaffaaraa, fa arsilis samaa a alainaa midraaraa.

Artinya, "Ya Allah, sungguh kami memohon ampun kepada-Mu, karena Kau adalah maha pengampun. Maka turunkan pada kami hujan deras dari langit-Mu."

 

Sumber:

Syekh Said bin Muhammad Baasyin, Busyral Karim, Beirut, Darul Fikr: 2012.

Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.

Follow us

Copyright © 2024 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ