
Polusi udara sebagai akibat kerusakan lingkungan.
Solusi Islam Atasi Kerusakan Lingkungan
12/09/2023 | TamaimPolusi udara di sejumlah kota besar di Indonesia seperti Jakarta, menjadi isu yang tidak terbatas pada soal kerusakan lingkungan. Tapi merembet pada isu-isu yang langsung menyentuh kepentingan warga. Seperti kesehatan, ekonomi, hingga keamanan dan kenyamanan.
Sejak pertengahan tahun 2023, udara di sejumlah kota, termasuk Jakarta, terus memburuk dan mulai mengganggu aktivitas warga. Berbagai kebijakan dikeluarkan pemerintah untuk mengurangi polusi, seperti anjuran bekerja dari rumah (Work from Home/WFH) bagi sebagian pegawai negara, pembatasan kendaraan pribadi, uji emisi, pengawasan kawasan industri dan lain sebagainya.
Namun, kebijakan-kebijakan tersebut belum mengubah situasi menjadi lebih baik. Polusi udara masih terasa mengganggu warga, ditambah musim kemarau yang diprediksi cukup panjang.
Polusi Udara
Kawasan industri dituding sebagai salah satu penyebab terjadinya polusi udara, selain kendaraan berbahan bakar fosil dengan emisi tinggi.
Dalam pandangan Islam polusi udara merupakan bagian dari kerusakan lingkungan. Betapa tidak, udara adalah karunia Allah yang seharusnya disyukuri dan dijaga dengan baik kualitasnya.
Pencemaran berbagai zat kimia, bahkan yang mengandung racun berbahaya, membuat komposisi udara memburuk. Akibatnya, menimbulkan dampak negatif bagi manusia dan bisa merusak kesehatan.
Bagaimana Islam menyikapi kerusakan lingkungan?
Kerusakan lingkungan dalam pandangan Islam adalah pasti disebabkan oleh perilaku manusia.
Allah SWT. berfirman dalam Alquran Surah Ar-Rum ayat 41, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Jadi jelas, penyebab utama kerusakan lingkungan adalah manusia sendiri dengan berbagai perbuatan dan perilakunya.
Oleh sebab itu, Islam juga memberikan solusi yang berangkat dari sisi manusianya. Sebagaimana dinukil Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir, sebagai berikut:
1. Iman dan Takwa
Allah SWT. berfirman dalam Surah Al-A'raf, ayat 96, "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Dalam Islam lingkungan adalah masalah yang tidak bisa dipisahkan dengan persoalan keimanan seorang manusia terhadap Tuhan.
Islam menyimpulkan bahwa perilaku manusia terhadap lingkungan adalah cermin tingkat keimanannya pada Tuhan.
Sebab pada prinsipnya iman akan membebaskan seseorang dari sifat hawa nafsu sehingga dia tidak akan berlebihan dalam bertindak, termasuk dalam mengeksploitasi alam atau lingkungan sehingga terjadi kerusakan.
Sementara, sifat takwa membuat kesadaran seseorang untuk bertanggung jawab pada perbuatannya. Orang yang bertakwa tidak akan melakukan perilaku semena-mena, kecerobohan, ketidakadilan, dan kesombongan terhadap apapun, termasuk lingkungan.
Ketakwaan yang baik dari penduduk suatu negeri atau kota akan menjadikan mereka bisa bekerja sama melakukan kebaikan dalam mengelola lingkungan sekaligus menikmatinya.
2. Kesadaran Lingkungan
Seorang ulama ahli tafsir yang terkenal dengan kitab tafsirnya Al-Mizan mengatakan, bahwa alam semesta ini bagaikan tubuh manusia yang satu sama lain memiliki keterkaitan.
Manusia dengan alam atau lingkungan juga sama, dua hal ini saling berkaitan bagaikan organ-organ tubuh yang saling bergantung. Jika alam atau lingkungan rusak, manusia juga akan merasakan dampak kerusakannya.
Dengan kesadaran seperti itulah sejatinya manusia bisa mengendalikan hawa nafsu untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan mengorbanlkan lingkungan.
3. Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan
Untuk memenuhi hajat hidup, manusia diperbolehkan mengelola bumi beserta isinya tapi harus dengan cara yang bertanggung jawab.
Tidak diperkenankan memanfaatkan sumber daya alam hanya untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri sementara hak banyak orang terabaikan.
Pengelolaan lingkungan dengan cara yang baik dan benar merupakan salah satu tugas manusia di bumi sebagai khalifah. Karena dia diciptakan dengan akal pikiran dan hati.
Allah SWT. berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 30, "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di Bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Islam Melarang Berbuat Kerusakan terhadap Lingkungan
Kerusakan lingkungan akan berdampak luas dan multidimensi. Karena itu, Islam sangat melarang perbuatan ini.
Kerusakan lingkungan tidak hanya berdampak pada lingkungan itu sendiri, tapi juga makhluk hidup yang ada di dalamnya, termasuk manusia.
Islam mengajarkan agar manusia hormat terhadap alam, melarang berbuat kerusakan padanya.
Allah SWT. berfirman dalam Alquran Surah Al-A'raf ayat 56, “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Melalui ayat ini, sangat jelas bahwa ajaran Islam tidak memperkenankan sedikit pun perbuatan merusak lingkungan yang bisa berdampak buruk bagi kehidupan.
Islam juga menekankan agar seorang muslim juga tidak berbuat kerusakan terkait dengan akidahnya. Sebab kerusakan akidah bisa menyebabkan kerusakan mental dan moral, penyebab awal dari terjadinya kerusakan fisik seperti lingkungan.
Sumber:
- Kusdwiratri Setiono, dkk., "Manusia Kesehatan Dan Lingkungan: Kualitas Hidup Dalam Perspektif Perubahan Lingkungan Global" Bandung: PT Alumni, 2007.
- M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
