
Kisah Haru Wafatnya Ruqayyah binti Muhammad: 3 Pelajaran Hidup dari Putri Nabi
Kisah Haru Wafatnya Ruqayyah binti Muhammad: 3 Pelajaran Hidup dari Putri Nabi
06/08/2025 | Humas BAZNASPeristiwa wafatnya Ruqayyah binti Muhammad merupakan salah satu episode paling menyentuh dalam kehidupan Rasulullah SAW. Di tengah gemuruh dakwah Islam yang tengah berkembang, Rasulullah SAW harus menelan pil pahit kehilangan putri tercinta, Ruqayyah. Kejadian ini bukan sekadar kisah duka, melainkan juga sarat akan hikmah dan pelajaran berharga bagi umat Islam hingga hari ini.
Wafatnya Ruqayyah binti Muhammad terjadi pada tahun kedua Hijriyah, bertepatan dengan kemenangan kaum Muslimin dalam Perang Badar. Ketika kabar gembira kemenangan perang disampaikan, justru di saat yang sama kabar duka datang dari rumah Rasulullah SAW karena putri beliau, Ruqayyah, menghembuskan napas terakhir. Betapa pahitnya momen itu bagi sang Nabi, yang harus menyeimbangkan antara kesedihan pribadi dan tanggung jawab sebagai pemimpin umat.
Dalam tulisan ini, kita akan menggali lebih dalam tentang wafatnya Ruqayyah binti Muhammad melalui kisah hidupnya yang mulia, momen kepergiannya yang mengharukan, serta tiga pelajaran hidup yang bisa kita petik dari peristiwa tersebut. Semoga tulisan ini memperkuat keimanan dan keteguhan hati kita dalam menghadapi ujian kehidupan.
1. Kisah Hidup Ruqayyah: Putri Nabi yang Lembut dan Tangguh
Wafatnya Ruqayyah binti Muhammad tentu tidak bisa dilepaskan dari kisah hidupnya yang sarat perjuangan dan ketabahan. Ruqayyah adalah putri kedua Rasulullah SAW dari Khadijah RA. Ia tumbuh dalam rumah tangga yang penuh kasih sayang, keimanan, dan nilai-nilai Islam. Sejak kecil, Ruqayyah dikenal sebagai pribadi yang lembut, taat, dan penyayang.
Ruqayyah pertama kali dinikahkan dengan Utbah bin Abu Lahab. Namun, ketika ayahnya diangkat sebagai Nabi, keluarga Abu Lahab menolak keras Islam. Pernikahan itu pun dibatalkan secara sepihak atas perintah Abu Lahab, sebagai bentuk permusuhan terhadap Rasulullah SAW. Inilah awal dari ujian berat yang harus dihadapi Ruqayyah dalam kehidupannya.
Setelah pernikahan itu berakhir, Allah SWT memberikan pengganti yang jauh lebih baik: Utsman bin Affan RA, salah satu sahabat utama Rasulullah SAW. Pasangan ini dikenal sangat harmonis dan penuh cinta. Namun, dakwah Islam yang mereka jalani tidak berjalan mudah. Mereka harus ikut hijrah ke Habasyah (Ethiopia) karena tekanan dari kaum Quraisy, jauh dari keluarga dan tanah air.
Pengorbanan ini menunjukkan betapa besar keteguhan hati Ruqayyah dalam memperjuangkan Islam. Namun sayang, di puncak usianya yang muda, beliau jatuh sakit. Ketika kaum Muslimin berangkat ke Perang Badar, Utsman harus tinggal di Madinah untuk merawat istrinya. Tak lama setelah perang berakhir dengan kemenangan, wafatnya Ruqayyah binti Muhammad menjadi luka mendalam di tengah kegembiraan.
Dengan mengenang kisah hidupnya, kita semakin memahami betapa mulianya pribadi Ruqayyah. Meski hanya sebentar hidup di dunia, perjuangannya membela agama Allah sangat luar biasa. Oleh karena itu, wafatnya Ruqayyah binti Muhammad bukan sekadar kehilangan seorang anak, tetapi juga seorang pejuang yang luar biasa.
2. Duka Nabi dan Pelajaran Kesabaran dari Wafatnya Ruqayyah binti Muhammad
Wafatnya Ruqayyah binti Muhammad bukan hanya menjadi duka bagi keluarga Nabi, tetapi juga menjadi pelajaran penting bagi umat Islam dalam memahami arti sabar, ridha, dan kepasrahan terhadap takdir Allah. Rasulullah SAW adalah manusia paling mulia, namun ia tidak luput dari ujian berat berupa kehilangan orang-orang yang dicintainya.
Saat para sahabat merayakan kemenangan di Perang Badar, Rasulullah SAW justru menangis karena wafatnya Ruqayyah binti Muhammad. Beliau mengajarkan kepada kita bahwa kebahagiaan duniawi tidak akan pernah menghapus rasa duka atas kehilangan orang tercinta. Namun, Rasulullah SAW tetap tegar. Ia tidak menyalahkan takdir, tidak larut dalam kesedihan, tetapi menjadikan momen itu sebagai bahan renungan dan kekuatan.
Kesabaran Rasulullah SAW menjadi teladan agung bagi kita. Beliau tidak mengeluh, tidak protes, tetapi menerima ketentuan Allah dengan lapang dada. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW datang ke makam Ruqayyah, memanjatkan doa, dan meneteskan air mata. Hati seorang ayah tetap rapuh ketika kehilangan anaknya, bahkan jika ia adalah seorang Nabi.
Wafatnya Ruqayyah binti Muhammad juga menunjukkan bahwa tidak ada manusia yang luput dari ujian, bahkan keluarga Nabi sekalipun. Ujian itu datang sebagai pengingat bahwa dunia ini fana. Harta, jabatan, dan keluarga bisa hilang kapan saja. Namun, sikap kita dalam menyikapi ujian itulah yang akan dihisab oleh Allah SWT.
Oleh karena itu, ketika kita dihadapkan pada kehilangan, sakit, atau kesedihan, ingatlah kembali kisah wafatnya Ruqayyah binti Muhammad. Jika Rasulullah SAW saja diuji dengan kehilangan anaknya, lalu mengapa kita merasa bahwa hidup harus selalu mulus? Sungguh, di balik setiap ujian, ada pahala yang besar jika kita mampu bersabar dan bertawakal.
3. Tiga Pelajaran Hidup dari Wafatnya Ruqayyah binti Muhammad
Dari peristiwa wafatnya Ruqayyah binti Muhammad, umat Islam dapat memetik sejumlah pelajaran berharga. Tidak hanya tentang duka dan kesabaran, tetapi juga tentang nilai-nilai hidup Islami yang relevan dalam kehidupan kita sehari-hari.
a. Keutamaan Kesabaran dalam Ujian Kehidupan
Pelajaran pertama dari wafatnya Ruqayyah binti Muhammad adalah pentingnya bersabar dalam menghadapi ujian. Ruqayyah dan suaminya telah menjalani kehidupan yang berat sejak awal pernikahan. Namun, mereka tetap teguh menjalani jalan Islam. Hingga akhirnya, saat ajal menjemput, ia tetap dalam kondisi beriman dan dirawat dengan penuh kasih oleh suaminya. Ini menjadi teladan sabar dalam menghadapi takdir Allah.
b. Keteladanan dalam Keluarga Muslim
Kisah wafatnya Ruqayyah binti Muhammad juga mengajarkan tentang pentingnya keluarga yang saling mendukung dalam kebaikan. Ruqayyah dan Utsman adalah contoh keluarga yang saling menguatkan dalam dakwah. Dukungan suami terhadap istri yang sakit, dan perjuangan bersama dalam hijrah, menjadi pelajaran penting dalam membangun keluarga Islami yang kokoh.
c. Dunia Hanya Sementara, Akhirat Tujuan Utama
Pelajaran ketiga dari wafatnya Ruqayyah binti Muhammad adalah pengingat bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Ruqayyah wafat di usia muda, namun ia telah meraih kemuliaan karena keimanannya. Ini menjadi pengingat bagi kita agar tidak terlena dengan dunia, melainkan mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi di akhirat.
d. Berduka Bukan Berarti Lemah Iman
Kisah duka Rasulullah SAW atas wafatnya Ruqayyah binti Muhammad menunjukkan bahwa meneteskan air mata dan merasakan kehilangan adalah bagian dari fitrah manusia. Islam tidak melarang kita bersedih, selama tidak berlebihan dan tetap dalam batas syariat.
e. Meneladani Akhlak Ruqayyah dalam Kehidupan Sehari-hari
Ruqayyah adalah sosok yang penuh kasih, taat kepada orang tua, dan sabar dalam ujian. Wafatnya Ruqayyah binti Muhammad mestinya menjadi motivasi bagi kita untuk meneladani sifat-sifat mulia tersebut dalam kehidupan kita.
Penutup: Refleksi Umat atas Wafatnya Ruqayyah binti Muhammad
Kisah wafatnya Ruqayyah binti Muhammad bukan sekadar catatan sejarah, tetapi sebuah cermin bagi kita untuk merenungkan makna hidup, kematian, dan perjuangan di jalan Allah. Ia adalah putri seorang Nabi, istri dari sahabat yang dijamin surga, namun tetap menjalani kehidupan penuh ujian dan akhirnya meninggal dalam usia muda.
Dari wafatnya Ruqayyah binti Muhammad, kita belajar untuk tetap teguh dalam iman meskipun hidup penuh cobaan. Kita juga belajar untuk membangun keluarga yang saling menguatkan dalam kebaikan, serta memahami bahwa hidup di dunia hanyalah perjalanan sementara menuju akhirat.
Semoga kita semua mampu mengambil hikmah dari wafatnya Ruqayyah binti Muhammad, dan menjadikan kisah ini sebagai pengingat agar kita senantiasa istiqamah, bersabar, dan berprasangka baik kepada Allah dalam setiap takdir yang menimpa.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
