
Keutamaan 10 Muharram Menyantuni Anak Yatim: Amalan Spesial Penuh Keutamaan
Keutamaan 10 Muharram Menyantuni Anak Yatim: Amalan Spesial Penuh Keutamaan
02/07/2025 | Humas BAZNASBulan Muharram adalah salah satu bulan mulia dalam Islam yang memiliki makna spiritual mendalam bagi umat Muslim. Tanggal 10 Muharram, yang dikenal sebagai Hari Asyura, menjadi momen istimewa yang sarat dengan keutamaan, terutama dalam amalan menyantuni anak yatim. Tradisi ini, yang dikenal sebagai "Lebaran Anak Yatim" di Indonesia, mencerminkan nilai-nilai kasih sayang dan kepedulian sosial yang diajarkan Islam. Keutamaan 10 Muharram dalam menyantuni anak yatim tidak hanya memberikan manfaat duniawi, tetapi juga menjanjikan pahala besar di akhirat. Artikel ini akan mengulas secara mendalam mengapa Hari Asyura menjadi waktu yang istimewa untuk berbuat kebaikan, khususnya kepada anak yatim, dari perspektif keimanan Muslim.
Makna Spiritual Hari Asyura dan Keutamaan 10 Muharram
Keutamaan 10 Muharram berakar dari sejarah Islam yang kaya akan peristiwa-peristiwa besar. Hari Asyura diperingati sebagai hari ketika Nabi Musa AS diselamatkan oleh Allah SWT dari kejaran Firaun, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, Surah Asy-Syarh ayat 8. Umat Islam diajak untuk mensyukuri nikmat Allah dengan berpuasa pada hari ini, sebagaimana dianjurkan Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Muslim, yang menyebutkan bahwa puasa Asyura dapat menghapus dosa setahun sebelumnya.
Selain puasa, keutamaan 10 Muharram juga terkait dengan amalan kebaikan lainnya, seperti menyantuni anak yatim. Dalam Islam, anak yatim memiliki kedudukan istimewa, sebagaimana disebutkan dalam Surah Ad-Dhuha ayat 9, yang memerintahkan umat Islam untuk tidak menelantarkan anak yatim. Rasulullah SAW sendiri menunjukkan teladan dengan menyayangi anak yatim, sehingga Hari Asyura menjadi momen untuk meneladani akhlak mulia beliau.
Keutamaan 10 Muharram semakin terasa dalam tradisi menyantuni anak yatim karena amalan ini mencerminkan kasih sayang dan solidaritas sosial. Dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda bahwa orang yang merawat anak yatim akan berada dekat dengannya di surga. Tradisi ini menjadi pengingat bahwa Hari Asyura adalah waktu untuk memperbanyak amal saleh, termasuk memberikan perhatian khusus kepada anak yatim.
Di Indonesia, keutamaan 10 Muharram diwujudkan melalui kegiatan santunan anak yatim, yang sering disebut sebagai Idul Yatama. Masyarakat mengadakan acara di masjid atau panti asuhan, memberikan bingkisan, makanan, atau dukungan moral kepada anak yatim. Tradisi ini memperkuat ikatan sosial dan menunjukkan bahwa Islam mengajarkan kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan.
Keutamaan 10 Muharram juga terletak pada nilai pendidikan yang ditanamkan melalui tradisi ini. Dengan melibatkan anak-anak dan remaja dalam kegiatan santunan, umat Islam diajarkan untuk memiliki hati yang lembut dan peduli terhadap sesama. Tradisi ini menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini, sekaligus memperkuat keimanan melalui amalan nyata.
Amalan Menyantuni Anak Yatim pada 10 Muharram
Keutamaan 10 Muharram dalam menyantuni anak yatim tidak lepas dari ajaran Rasulullah SAW yang menekankan pentingnya kasih sayang kepada anak yatim. Dalam hadis riwayat Thabrani, Rasulullah bersabda, "Barang siapa yang mengusap kepala anak yatim karena Allah, maka setiap rambut yang disentuhnya akan menjadi kebaikan baginya." Meskipun hadis ini dianggap dhaif oleh sebagian ulama, pesan moralnya tetap relevan dan mendorong umat Islam untuk berbuat baik pada Hari Asyura.
Tradisi menyantuni anak yatim pada 10 Muharram di Indonesia biasanya dilakukan dengan memberikan santunan berupa uang, pakaian, atau makanan. Keutamaan 10 Muharram terletak pada keikhlasan dalam berbagi, yang diyakini dapat mendatangkan keberkahan dan kelembutan hati. Acara santunan sering diiringi dengan pembacaan sholawat, doa, dan tausiyah untuk memperkuat nilai spiritual.
Keutamaan 10 Muharram juga tercermin dalam dampak sosial dari tradisi ini. Dengan memberikan perhatian kepada anak yatim, masyarakat membangun solidaritas dan kebersamaan. Di banyak daerah, seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur, masjid-masjid mengadakan acara santunan yang dihadiri oleh ratusan anak yatim, menciptakan suasana penuh kehangatan dan kebahagiaan.
Selain santunan materi, keutamaan 10 Muharram juga terlihat dari dukungan emosional yang diberikan kepada anak yatim. Kegiatan seperti mengusap kepala anak yatim atau mengajak mereka bermain bersama memiliki makna mendalam, karena membuat mereka merasa dihargai dan dicintai. Tradisi ini mengajarkan bahwa kasih sayang adalah inti dari ajaran Islam.
Keutamaan 10 Muharram dalam menyantuni anak yatim juga menjadi pengingat bahwa amalan ini tidak terbatas pada Hari Asyura saja. Meskipun 10 Muharram dianggap istimewa, umat Islam diajak untuk terus peduli terhadap anak yatim sepanjang waktu. Tradisi ini menjadi momentum untuk memperbarui komitmen dalam menjalankan ajaran Rasulullah SAW.
Tradisi Lebaran Anak Yatim di Indonesia
Keutamaan 10 Muharram sangat terasa dalam tradisi Lebaran Anak Yatim yang telah mengakar di Indonesia. Di berbagai daerah, masyarakat mengadakan acara santunan anak yatim pada Hari Asyura, yang sering diisi dengan kegiatan keagamaan seperti pembacaan doa Asyura dan sholawat. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai Islam yang menekankan pentingnya berbagi kebahagiaan dengan mereka yang membutuhkan.
Di Jawa, misalnya, banyak komunitas mengadakan acara santunan di masjid atau panti asuhan, memberikan bingkisan berupa pakaian, buku, atau makanan kepada anak yatim. Keutamaan 10 Muharram terletak pada semangat kebersamaan yang tercipta melalui kegiatan ini, di mana anak yatim merasa menjadi bagian dari komunitas yang peduli terhadap mereka.
Keutamaan 10 Muharram juga tercermin dalam upaya masyarakat untuk menghibur anak yatim. Banyak acara santunan diisi dengan kegiatan hiburan, seperti permainan tradisional atau pentas seni Islami, yang membuat anak-anak merasa gembira. Tradisi ini tidak hanya memberikan manfaat materi, tetapi juga dukungan emosional yang sangat berarti.
Organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU) sering mendorong umat Islam untuk memanfaatkan 10 Muharram sebagai momen berbagi. Namun, organisasi seperti Muhammadiyah mengingatkan bahwa amalan ini tidak boleh terpaku pada dalil-dalil dhaif, melainkan berdasarkan niat ikhlas untuk berbuat baik. Keutamaan 10 Muharram tetap terjaga karena tradisi ini sejalan dengan ajaran Islam tentang kepedulian sosial.
Keutamaan 10 Muharram dalam tradisi Lebaran Anak Yatim juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan sosial dalam masyarakat. Dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, dari anak-anak hingga orang dewasa, tradisi ini mengajarkan pentingnya solidaritas dan kasih sayang, yang menjadi inti dari ajaran Islam.
Mengapa Menyantuni Anak Yatim pada 10 Muharram Harus Dilestarikan?
Keutamaan 10 Muharram dalam menyantuni anak yatim harus dilestarikan karena amalan ini memiliki dampak spiritual dan sosial yang besar. Dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah SAW menjanjikan kedekatan di surga bagi mereka yang merawat anak yatim. Tradisi ini menjadi wujud nyata dari ajaran Islam yang mengajarkan kasih sayang dan keadilan sosial.
Amalan menyantuni anak yatim pada 10 Muharram juga membantu anak yatim merasa dihargai dan dicintai. Keutamaan 10 Muharram terletak pada kemampuan tradisi ini untuk memberikan harapan dan kebahagiaan kepada anak-anak yang kehilangan orang tua, sehingga mereka dapat tumbuh dengan rasa percaya diri dan optimisme.
Keutamaan 10 Muharram juga terlihat dari nilai pendidikan yang ditanamkan melalui tradisi ini. Dengan melibatkan generasi muda dalam kegiatan santunan, nilai-nilai seperti empati, keikhlasan, dan kepedulian sosial dapat ditanamkan sejak dini. Tradisi ini menjadi sarana untuk membentuk karakter mulia yang sesuai dengan ajaran Islam.
Dari sisi spiritual, keutamaan 10 Muharram dalam menyantuni anak yatim adalah wujud ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Amalan ini mencerminkan akhlak Rasulullah SAW, yang selalu menunjukkan kasih sayang kepada anak yatim. Tradisi ini mengingatkan umat Islam untuk terus berbuat baik, tidak hanya pada Hari Asyura, tetapi sepanjang waktu.
Keutamaan 10 Muharram dalam menyantuni anak yatim adalah cerminan dari nilai-nilai Islam yang luhur, yaitu kasih sayang, kebersamaan, dan kepedulian sosial. Tradisi Lebaran Anak Yatim pada Hari Asyura telah menjadi bagian dari budaya keagamaan di Indonesia yang kaya akan makna. Dengan melestarikan tradisi ini, umat Islam tidak hanya meneladani Rasulullah SAW, tetapi juga memperkuat solidaritas sosial dan memberikan harapan bagi anak yatim. Mari jadikan 10 Muharram sebagai momen untuk memperbanyak amal saleh, khususnya dengan menyantuni anak yatim, dan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai pedoman hidup sehari-hari.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
