Jumadil Awal atau Jumadil Ula Ini Perbedaannya dalam Islam

Jumadil Awal atau Jumadil Ula Ini Perbedaannya dalam Islam

Jumadil Awal atau Jumadil Ula Ini Perbedaannya dalam Islam

06/11/2024 | Humas BAZNAS

Saat ini, umat Islam telah memasuki bulan kelima dalam kalender Hijriah. Bulan ini sering disebut Jumadil Ula atau Jumadil Awal, dua nama yang kadang menimbulkan kebingungan karena keduanya merujuk pada bulan yang sama. Jadi, adakah perbedaan mendasar antara kedua nama ini, dan mana yang lebih dianggap benar dalam morfologi bahasa Arab? Artikel ini akan membahas perbedaan antara Jumadil Awal dan Jumadil Ula serta menjelaskan makna di balik kedua nama tersebut.

Makna "Awal" dan "Ula" dalam Bahasa Arab

Secara linguistik, "Jumadil Awal" berasal dari kata bahasa Arab jumada, yang berarti "beku" atau "keras," merujuk pada kondisi dingin musim dingin di Jazirah Arab saat air sering kali membeku. Kata "awal" berarti "pertama," sehingga Jumadil Awal berarti "bulan pertama Jumada," diikuti oleh bulan Jumadil Akhir (atau Jumadil Tsani).

Di sisi lain, istilah "Jumadil Ula" menggunakan kata ula, yang juga berarti "pertama" dalam bahasa Arab, tetapi dalam bentuk feminin yang dianggap lebih tepat dalam konteks tata bahasa Arab. Berdasarkan aturan bahasa Arab, istilah “Jumadil Ula” dianggap lebih akurat daripada “Jumadil Awal” karena kata jumada yang menunjukkan bulan ini bersifat feminin. Oleh karena itu, bentuk modifikator yang benar adalah ula, bukan awal. Namun, dalam maknanya, kedua istilah tersebut mengacu pada konsep yang sama dan dapat digunakan secara bergantian.

Latar Belakang Nama Jumadil Ula

Penamaan bulan-bulan dalam kalender Hijriah, termasuk Jumadil Ula, sudah ada sebelum Islam dan didasarkan pada kondisi musim saat itu. Menurut ahli bahasa seperti Ibn Manzur dalam Lisanul Arab, bulan Jumadil Ula dinamai berdasarkan cuaca yang sangat dingin di mana air sering kali membeku dan tanah mengeras. Nama ini diadopsi untuk menandai musim dingin yang dialami di Jazirah Arab. Berdasarkan latar belakang ini, istilah jumada, yang berarti "beku," menjadi simbol untuk menggambarkan kondisi lingkungan dan musim saat itu.

Perdebatan Penggunaan "Awal" dan "Ula"

Penggunaan kedua istilah ini terutama dipengaruhi oleh kebiasaan bahasa di berbagai wilayah. Beberapa sumber klasik lebih sering menggunakan istilah "Jumadil Ula," khususnya dalam literatur Arab yang menekankan aturan tata bahasa. Misalnya, menurut para ahli bahasa seperti Shalahuddin Khalil dalam Tashhih al-Tashif, pola kata seperti jumada seharusnya mengikuti modifikator feminin agar sesuai dengan aturan tata bahasa Arab.

Namun, dalam praktiknya, istilah "Jumadil Awal" lebih banyak digunakan di berbagai bagian dunia Muslim, baik dalam kalender resmi maupun kehidupan sehari-hari. Popularitas ini sebagian disebabkan oleh tradisi lisan dan pengaruh dialek regional yang bervariasi.
Nama Lain dari Masa Pra-Islam

Selain nama Jumadil Ula dan Jumadil Akhir, masyarakat pra-Islam di Jazirah Arab memiliki nama-nama lain untuk bulan ini, termasuk al-Hanin, Rubba, dan Syaiban. Selama era Jahiliyah (pra-Islam), bulan ini juga disebut dengan beberapa istilah yang menggambarkan musim dingin, seperti syaib, yang berarti "uban," dan milhan, yang berarti "garam," yang melambangkan keputihan salju yang menyerupai uban atau garam. Nama-nama ini mencerminkan kondisi musim dingin yang keras di Jazirah Arab pada saat salju atau embun beku merupakan fenomena yang umum pada bulan-bulan tersebut.

Hikmah di Balik Bulan Jumadil Ula

Bulan Jumadil Ula mengingatkan umat Islam akan kekuasaan Allah SWT atas pergantian musim, termasuk musim dingin. Penamaan bulan ini dengan makna seperti "beku" atau "keras" berfungsi sebagai pengingat bagi orang-orang beriman untuk tetap sabar dan bersyukur dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Sama seperti musim dingin yang bersifat sementara, masa-masa sulit juga akan berlalu.

Dalam sejarah Islam, banyak peristiwa penting terjadi pada bulan ini. Di antaranya, Nabi Muhammad SAW mengirimkan pasukan Zaid bin Haritsah ke wilayah al-Ish dan memimpin kampanye melawan Banu Sulaim. Beberapa ulama juga menyoroti bulan ini sebagai waktu yang baik untuk meningkatkan ibadah, melakukan amal baik, dan menunjukkan kebaikan kepada sesama.
Kesamaan Makna antara Jumadil Awal dan Jumadil Ula

Secara linguistik, istilah "Jumadil Ula" lebih tepat daripada "Jumadil Awal" menurut tata bahasa Arab. Namun, baik "Jumadil Awal" maupun "Jumadil Ula" memiliki makna yang sama, yaitu "bulan pertama Jumadil," dan ini tidak mengubah makna atau signifikansi bulan kelima dalam kalender Hijriah. Pilihan antara kedua istilah tersebut mungkin bergantung pada kebiasaan dan konteks budaya di berbagai wilayah atau teks tertentu.

Lebih dari sekadar istilah, bulan Jumadil Ula menawarkan kesempatan bagi umat Islam untuk merenungkan perubahan musim yang menunjukkan kebesaran Allah SWT. Dengan memahami asal-usul dan makna bulan ini, umat Islam dapat mengambil hikmah darinya, meningkatkan ibadah, serta melakukan amal kebaikan untuk memperkaya kehidupan mereka.

Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.

Follow us

Copyright © 2024 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ