.jpg)
Istri Nabi Ibrahim yang Setia: Kisah Siti Hajar dan Sarah dalam Perjuangan Iman
Istri Nabi Ibrahim yang Setia: Kisah Siti Hajar dan Sarah dalam Perjuangan Iman
24/06/2025 | Humas BAZNASSebagai umat Islam, kita mengenal Nabi Ibrahim sebagai bapak tauhid yang penuh dengan ujian dalam menegakkan keimanan kepada Allah. Namun, di balik perjuangan besar beliau, ada dua wanita mulia yang menjadi pendamping setia, yaitu istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Sarah. Kisah mereka bukan hanya tentang kesetiaan sebagai istri, tetapi juga tentang keimanan, pengorbanan, dan keteguhan hati dalam menghadapi cobaan. Artikel ini mengulas secara mendalam peran Siti Hajar dan Sarah sebagai istri Nabi Ibrahim, serta hikmah yang dapat kita petik dari kehidupan mereka sebagai teladan bagi umat Islam.
Siapa Siti Hajar dan Sarah, Istri Nabi Ibrahim?
Istri Nabi Ibrahim, Sarah, adalah wanita pertama yang menjadi pendamping setia Nabi Ibrahim. Sarah dikenal sebagai wanita yang sabar dan penuh keimanan, yang mendampingi Nabi Ibrahim sejak awal perjuangannya melawan penyembahan berhala di masyarakat Babilonia. Kesabaran Sarah terlihat dari keteguhannya menghadapi ujian kemandulan selama bertahun-tahun.
Istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar, adalah wanita kedua yang hadir dalam kehidupan Nabi Ibrahim. Menurut riwayat, Siti Hajar awalnya adalah seorang hamba yang diberikan oleh Raja Mesir kepada Sarah. Namun, dengan izin Sarah, Siti Hajar dinikahi oleh Nabi Ibrahim dan menjadi ibu dari Nabi Ismail. Kisah Siti Hajar penuh dengan pelajaran tentang tawakal dan pengorbanan.
Kedua istri Nabi Ibrahim, Sarah dan Siti Hajar, memiliki peran penting dalam perjalanan keimanan Nabi Ibrahim. Sarah adalah simbol kesabaran dalam menghadapi ujian hidup, sementara Siti Hajar adalah teladan tawakal dan ketaatan kepada perintah Allah. Keduanya menunjukkan bahwa peran seorang istri tidak hanya sebagai pendamping, tetapi juga sebagai mitra dalam menegakkan keimanan.
Dalam Al-Qur’an, meskipun nama istri Nabi Ibrahim tidak disebutkan secara eksplisit, kisah mereka tersirat dalam beberapa ayat, seperti Surah Hud ayat 71-73 yang menceritakan tentang Sarah yang mendapat kabar gembira akan kelahiran Nabi Ishaq. Sementara itu, kisah Siti Hajar terkait erat dengan peristiwa sa’i dan munculnya air Zamzam, yang menjadi bagian dari ibadah haji.
Istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Sarah, adalah wanita-wanita mulia yang keimanannya diakui oleh Allah. Kisah mereka menjadi inspirasi bahwa seorang wanita Muslimah dapat memiliki peran besar dalam menyebarkan nilai-nilai tauhid, meskipun dalam situasi yang penuh tantangan.
Ujian Keimanan Siti Hajar sebagai Istri Nabi Ibrahim
Istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar, menghadapi ujian besar ketika ia dan anaknya, Nabi Ismail, ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim di lembah tandus Mekah atas perintah Allah. Tanpa air, makanan, atau tempat berteduh, Siti Hajar menunjukkan tawakal yang luar biasa. Ia tidak mengeluh, melainkan berusaha mencari air dengan berlari antara bukit Safa dan Marwah, yang kini dikenal sebagai ibadah sa’i.
Ujian yang dihadapi istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar, mencerminkan kekuatan iman seorang ibu dan istri. Meskipun ditinggalkan di tempat yang tampak tidak mungkin untuk bertahan hidup, Siti Hajar mempercayai bahwa Allah tidak akan meninggalkannya. Keyakinan ini terbukti ketika Allah memunculkan air Zamzam di dekat Nabi Ismail, menjadikan lembah Mekah sebagai tempat yang hidup.
Istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar, juga menunjukkan ketaatan kepada suami yang menjalankan perintah Allah. Ketika Nabi Ibrahim meninggalkannya, Siti Hajar hanya bertanya, “Apakah ini perintah Allah?” Setelah mendapat jawaban bahwa ini adalah kehendak Allah, ia dengan penuh kepasrahan menerima takdirnya. Sikap ini adalah pelajaran berharga tentang pentingnya ketaatan kepada Allah dan suami dalam kerangka syariat.
Kisah istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar, juga mengajarkan bahwa setiap ujian memiliki hikmah. Perjuangannya di lembah Mekah tidak hanya menyelamatkan dirinya dan Nabi Ismail, tetapi juga menjadi cikal bakal berdirinya kota Mekah sebagai pusat ibadah umat Islam. Air Zamzam yang muncul menjadi berkah yang dirasakan hingga kini.
Istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar, adalah teladan bagi setiap Muslimah dalam menghadapi kesulitan hidup. Tawakal, usaha, dan doanya mengajarkan bahwa Allah selalu menyediakan jalan keluar bagi hamba-Nya yang sabar dan bertakwa. Kisah Siti Hajar abadi dalam ibadah haji, menginspirasi jutaan umat Islam setiap tahun.
Kesabaran Sarah sebagai Istri Nabi Ibrahim
Istri Nabi Ibrahim, Sarah, menghadapi ujian yang tidak kalah berat, yaitu kemandulan selama puluhan tahun. Di tengah masyarakat yang menganggap keturunan sebagai tanda kehormatan, Sarah tetap setia mendampingi Nabi Ibrahim tanpa keluh kesah. Kesabarannya adalah bukti keimanan yang mendalam kepada Allah.
Dalam Surah Hud ayat 71-73, istri Nabi Ibrahim, Sarah, mendapat kabar gembira dari para malaikat bahwa ia akan melahirkan Nabi Ishaq meskipun usianya sudah lanjut. Sarah sempat tertawa karena kaget dan tidak percaya, tetapi kabar itu menjadi bukti bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kelahiran Nabi Ishaq adalah anugerah besar bagi Sarah setelah bertahun-tahun menanti.
Istri Nabi Ibrahim, Sarah, juga menunjukkan sifat mulia ketika ia mengizinkan Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar agar memiliki keturunan. Keputusan ini bukanlah hal mudah, tetapi Sarah melakukannya dengan ikhlas demi kebahagiaan suaminya dan kelanjutan dakwah tauhid. Sikap ini mencerminkan kebesaran hati seorang istri yang beriman.
Kisah istri Nabi Ibrahim, Sarah, mengajarkan bahwa kesabaran dalam menghadapi ujian akan selalu membuahkan hasil. Allah tidak pernah melupakan hamba-Nya yang sabar, sebagaimana Ia mengabulkan doa Sarah dengan kelahiran Nabi Ishaq, yang kelak menjadi ayah dari Nabi Ya’qub dan keturunan para nabi Bani Israil.
Istri Nabi Ibrahim, Sarah, adalah teladan bagi Muslimah dalam menjalani peran sebagai istri dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan keimanan. Kisahnya mengingatkan kita bahwa ujian hidup, seperti kemandulan atau kesulitan lain, adalah bagian dari rencana Allah yang penuh hikmah.
Hikmah dari Kisah Istri Nabi Ibrahim bagi Umat Islam
Kisah istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Sarah, memberikan pelajaran berharga tentang keimanan dan peran seorang istri dalam keluarga Muslim. Pertama, mereka mengajarkan bahwa keimanan kepada Allah adalah fondasi utama dalam menghadapi setiap ujian hidup, baik itu kesulitan material seperti yang dialami Siti Hajar maupun ujian emosional seperti yang dihadapi Sarah.
Kedua, istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Sarah, menunjukkan bahwa peran seorang istri tidak hanya terbatas pada urusan rumah tangga, tetapi juga mencakup mendukung misi dakwah suami. Siti Hajar membantu mewujudkan perintah Allah di Mekah, sementara Sarah setia mendampingi Nabi Ibrahim dalam perjuangan tauhid di berbagai negeri.
Ketiga, kisah istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Sarah, mengajarkan pentingnya tawakal dan sabar dalam menjalani kehidupan. Siti Hajar menunjukkan tawakal dengan berusaha dan berdoa di lembah tandus, sementara Sarah menunjukkan kesabaran dengan menanti anugerah keturunan selama puluhan tahun. Kedua sikap ini adalah kunci keberhasilan seorang Muslimah.
Keempat, istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Sarah, menjadi teladan dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Meskipun Sarah mengizinkan Siti Hajar menjadi istri kedua Nabi Ibrahim, tidak ada riwayat yang menunjukkan konflik antara mereka. Ini mengajarkan pentingnya keikhlasan dan kerja sama dalam poligami yang dilakukan sesuai syariat.
Terakhir, kisah istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Sarah, mengingatkan kita bahwa setiap Muslimah memiliki potensi untuk meninggalkan warisan kebaikan. Siti Hajar mewariskan air Zamzam dan ibadah sa’i, sementara Sarah menjadi ibu dari keturunan para nabi. Peran mereka menginspirasi umat Islam untuk berkontribusi bagi kebaikan umat.
Kisah istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Sarah, adalah cerminan keimanan, kesabaran, dan pengorbanan seorang Muslimah dalam mendampingi suami dan menjalani perintah Allah. Siti Hajar dengan tawakalnya di lembah Mekah dan Sarah dengan kesabarannya menanti keturunan menjadi teladan abadi bagi umat Islam. Bagi setiap Muslimah, kisah mereka adalah pengingat bahwa ujian hidup adalah jalan menuju kedekatan dengan Allah, dan peran seorang istri dapat menjadi sarana untuk meraih keberkahan abadi. Mari kita teladani Siti Hajar dan Sarah dalam menjalani kehidupan dengan penuh iman, sabar, dan tawakal kepada Allah.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
