
Hadits Tentang Bulan Safar: Pelajaran dan Hikmah yang Terkandung
Hadits Tentang Bulan Safar: Pelajaran dan Hikmah yang Terkandung
20/08/2024 | Humas BAZNASBulan Safar sering kali dianggap sebagai bulan yang penuh dengan mitos dan keyakinan yang tidak berdasar dalam masyarakat. Namun hadits tentang bulan safar dari Rasullullah Saw menepis hal itu, sehingga pandangan ini sebenarnya tidak sejalan dengan ajaran Islam yang murni.
Salah satu hadits penting terkait bulan Safar adalah sabda Rasulullah SAW "Laa adwa', Wa Laa thiyarah, Wa Laa hammah, Wa Laa Shofar"
“Tidak ada wabah (menular dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak ada thiyarah (sial karena sesuatu), tidak ada kemalangan karena burung hantu, dan tidak ada kemalangan karena bulan Safar." (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini secara tegas menyatakan keyakinan bahwa bulan Safar membawa kesialan atau malapetaka. Rasulullah SAW menekankan bahwa segala sesuatu yang terjadi atas kehendak Allah SWT, bukan karena bulan atau tanda-tanda tertentu.
Hadits ini dengan tegas menolak kepercayaan masyarakat Jahiliyah yang menganggap bulan Safar sebagai bulan sial. Sebagai umat Islam, kita harus berpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadits, serta menjauhi segala bentuk khurafat dan mitos.
Pelajaran penting lainnya dari hadits tentang bulan Safar adalah pentingnya tawakkal, atau berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Keyakinan akan kesialan bulan Safar menunjukkan kurangnya keimanan dan tawakkal kepada Allah. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendak Allah, bukan karena pengaruh bulan atau hari tertentu.
Melalui hadits ini, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa tidak ada hari, bulan, atau waktu yang membawa sial. Semua yang terjadi dalam hidup manusia telah ditetapkan oleh Allah, dan kita hanya perlu berserah diri serta melakukan ikhtiar dengan sebaik-baiknya.
Hadits-hadits tentang bulan Safar juga mengajarkan kita untuk memperkuat keyakinan terhadap qadha dan qadar, yakni ketentuan dan takdir Allah SWT. Mitos yang mengatakan bahwa bulan Safar adalah bulan kesialan sebenarnya merupakan bentuk ketidakpercayaan terhadap takdir Allah.
Dengan memahami bahwa segala sesuatu sudah diatur oleh-Nya, umat Islam diajak untuk selalu berpikir positif dan optimis dalam menjalani kehidupan, termasuk di bulan Safar.
Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk selalu menegakkan tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam segala aspek kehidupan. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran ini, umat Islam dapat menjauhkan diri dari segala bentuk syirik dan memperkokoh iman.
Bulan Safar, seperti halnya bulan-bulan lainnya, adalah bagian dari ciptaan Allah SWT yang harus kita sikapi dengan bijaksana dan penuh keimanan. Hadits tentang bulan safar dari Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk meninggalkan segala bentuk kepercayaan tahayul dan kembali kepada ajaran Islam yang murni.
Dengan mengambil hikmah dari hadits tentang bulan safar, kita dapat meningkatkan kualitas iman dan amal, serta menjalani kehidupan dengan penuh optimisme dan tawakal kepada Allah SWT.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
