
Hadits Puasa Asyura: Keutamaan dan Hukum Pelaksanaannya
Hadits Puasa Asyura: Keutamaan dan Hukum Pelaksanaannya
10/07/2025 | Humas BAZNASPuasa Asyura merupakan salah satu amalan sunnah yang memiliki banyak keutamaan dalam ajaran Islam. Pelaksanaan puasa ini tidak hanya dianjurkan oleh Rasulullah SAW, tetapi juga dikuatkan dengan berbagai riwayat dan dalil dari hadits-hadits shahih. Dalam artikel ini, kita akan mengulas secara mendalam tentang hadits Puasa Asyura, bagaimana hukum pelaksanaannya, serta keutamaan yang terkandung di dalamnya menurut pandangan para ulama.
Pengertian Puasa Asyura dalam Hadits-Hadits Nabi
Puasa Asyura adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram dalam kalender Hijriyah. Tanggal ini memiliki nilai sejarah yang penting dalam Islam, dan banyak riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk berpuasa pada hari tersebut. Dalam konteks ini, hadits Puasa Asyura menjadi sumber utama yang menjelaskan landasan ibadah tersebut.
Salah satu hadits Puasa Asyura yang paling dikenal adalah riwayat dari Abu Qatadah, di mana Rasulullah SAW bersabda: “Puasa pada hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar puasa itu menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim). Hadits ini menunjukkan betapa besar keutamaan puasa tersebut dalam kehidupan seorang Muslim.
Tidak hanya satu, banyak hadits Puasa Asyura lain yang menjelaskan bagaimana Rasulullah SAW menjadikan hari Asyura sebagai momentum istimewa. Bahkan sebelum diwajibkannya puasa Ramadan, puasa Asyura telah dikenal dan dipraktikkan oleh umat Islam sebagai ibadah yang utama.
Banyak ulama klasik dan kontemporer merujuk pada hadits Puasa Asyura ketika menjelaskan amalan-amalan sunnah yang sangat dianjurkan. Mereka menyebutkan bahwa keutamaan yang terkandung dalam puasa ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang ingin bertaubat dan menghapus dosa-dosa kecil mereka.
Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hadits Puasa Asyura tidak hanya memberikan motivasi spiritual, tetapi juga membentuk pemahaman umat terhadap pentingnya merawat warisan Nabi dalam bentuk amal ibadah.
Keutamaan yang Disebutkan dalam Hadits Puasa Asyura
Keutamaan puasa pada hari Asyura sangat besar, sebagaimana yang tercantum dalam berbagai riwayat. Hadits Puasa Asyura secara eksplisit menyebutkan bahwa puasa ini menjadi sebab penghapusan dosa-dosa setahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah ini tidak boleh diremehkan, meskipun hukumnya sunnah.
Dalam salah satu hadits Puasa Asyura, Rasulullah SAW bersabda: "Puasa Asyura menghapus dosa-dosa tahun yang lalu." (HR. Muslim). Pernyataan ini memberikan harapan besar kepada umat Islam bahwa mereka bisa memperbaiki kesalahan masa lalu melalui ibadah yang sederhana namun bernilai tinggi ini.
Selain penghapusan dosa, hadits Puasa Asyura juga menggambarkan bahwa hari Asyura adalah hari yang dimuliakan oleh umat terdahulu. Kaum Yahudi di Madinah juga melakukan puasa pada hari tersebut sebagai bentuk rasa syukur atas keselamatan Nabi Musa AS dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Maka Rasulullah SAW pun turut berpuasa dan memerintahkan umat Islam untuk berpuasa pula, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai hadits Puasa Asyura.
Keutamaan lain dari hadits Puasa Asyura adalah motivasi untuk meneladani para nabi dan rasul terdahulu. Hari Asyura merupakan momen sejarah di mana banyak peristiwa besar terjadi, seperti diselamatkannya Nabi Nuh dari banjir besar dan Nabi Musa dari Firaun. Ini menjadi dasar spiritual yang mendalam bagi umat Islam untuk turut memperingatinya dengan amal shaleh seperti berpuasa.
Secara keseluruhan, hadits Puasa Asyura tidak hanya menjelaskan keutamaan secara spiritual, tetapi juga menghubungkan umat Islam dengan sejarah kenabian dan nilai-nilai tauhid yang diwariskan sejak zaman para rasul.
Hukum Pelaksanaan Berdasarkan Hadits Puasa Asyura
Secara hukum, pelaksanaan puasa Asyura tidak bersifat wajib, tetapi sangat dianjurkan atau sunnah muakkadah. Banyak ulama sepakat bahwa hadits Puasa Asyura menjadi dasar kuat dalam menetapkan anjuran tersebut. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa ibadah sunnah tetap memiliki tempat penting dalam penyempurnaan amalan seorang Muslim.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa hadits Puasa Asyura menunjukkan bahwa awalnya puasa ini diwajibkan sebelum datangnya kewajiban puasa Ramadan. Setelah turunnya perintah puasa Ramadan, status puasa Asyura menjadi sunnah, namun tetap dijalankan oleh Rasulullah SAW hingga akhir hayatnya.
Lebih lanjut, beberapa hadits Puasa Asyura menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah berpuasa di hari Asyura dan juga menyuruh para sahabat untuk ikut melaksanakannya. Namun, beliau tidak mencela siapa pun yang tidak berpuasa, yang menandakan bahwa hukum pelaksanaannya bukanlah wajib.
Para fuqaha dari mazhab Syafi'i, Maliki, Hanbali, dan Hanafi merujuk pada hadits Puasa Asyura dalam penjelasan mereka mengenai hukum ini. Mereka menekankan pentingnya mengikuti sunnah Rasulullah SAW sebagai bentuk cinta dan kepatuhan terhadap ajaran Islam.
Meskipun bukan kewajiban, hadits Puasa Asyura tetap menjadi pengingat penting bagi setiap Muslim untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan dalam memperbanyak amal ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Pelaksanaan Puasa Asyura Sesuai Sunnah dalam Hadits
Pelaksanaan puasa Asyura yang paling utama adalah dengan menambahkan satu hari sebelum atau sesudahnya, yaitu tanggal 9 dan 11 Muharram. Hal ini dijelaskan dalam hadits Puasa Asyura yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA, di mana Rasulullah SAW bersabda: "Jika aku masih hidup hingga tahun depan, aku akan berpuasa pada hari kesembilan juga." (HR. Muslim).
Tujuan dari penambahan hari puasa tersebut adalah agar umat Islam tidak menyerupai amalan orang Yahudi yang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja. Oleh karena itu, banyak ulama menganjurkan puasa pada 9-10 atau 10-11 Muharram berdasarkan hadits Puasa Asyura yang telah disebutkan.
Beberapa umat Islam juga melaksanakan puasa tiga hari berturut-turut (9, 10, dan 11 Muharram) sebagai bentuk kehati-hatian dan pelaksanaan sunnah yang lebih lengkap. Semua praktik ini merujuk pada pemahaman atas hadits Puasa Asyura yang menganjurkan perbedaan dari kaum Yahudi dan bentuk penguatan ibadah di bulan mulia ini.
Pelaksanaan puasa ini dapat dilakukan tanpa syarat khusus seperti niat malam sebelumnya, selama niat puasa dilakukan sebelum zawal (tergelincir matahari). Ini sesuai dengan penjelasan dalam hadits Puasa Asyura dan praktik puasa sunnah secara umum.
Dengan mengikuti petunjuk dalam hadits Puasa Asyura, umat Islam dapat melaksanakan ibadah ini dengan keyakinan dan semangat yang tinggi. Karena di balik amalan yang tampak sederhana, terdapat pahala besar dan keberkahan yang luar biasa dari Allah SWT.
Memaknai Hadits Puasa Asyura sebagai Motivasi Ibadah
Menelaah hadits Puasa Asyura membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang semangat ibadah dalam Islam. Rasulullah SAW tidak hanya memberikan teladan dengan menjalankan puasa ini, tetapi juga menanamkan nilai-nilai spiritual, sejarah, dan kecintaan terhadap amal shaleh.
Puasa Asyura bukan sekadar rutinitas tahunan. Melalui hadits Puasa Asyura, umat Islam diajak untuk menjadikan hari tersebut sebagai momentum introspeksi, taubat, dan peningkatan kualitas keimanan. Terlebih, keutamaan puasa ini menjadi peluang besar dalam menghapus dosa-dosa setahun yang lalu, sebagaimana disebutkan dalam banyak riwayat shahih.
Pelaksanaan puasa ini menjadi lebih berarti ketika disertai dengan niat ikhlas, pemahaman mendalam, dan semangat mengikuti sunnah. Dengan demikian, hadits Puasa Asyura bukan hanya menjadi wacana, tetapi juga menjadi panduan praktis dalam kehidupan spiritual umat Islam.
Semoga kita semua dimudahkan oleh Allah SWT untuk mengamalkan sunnah ini, memahami makna yang terkandung dalam hadits Puasa Asyura, serta meraih keberkahan dan pengampunan dari-Nya di setiap langkah ibadah kita.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
