
Definisi Iman Menurut Para Ulama: Mulai dari Bahasa hingga Hakikat
Definisi Iman Menurut Para Ulama: Mulai dari Bahasa hingga Hakikat
04/09/2025 | Humas BAZNASDalam ajaran Islam, pembahasan tentang definisi iman menjadi salah satu topik terpenting karena iman merupakan pondasi dari agama. Tanpa pemahaman yang benar tentang iman, seorang muslim bisa saja salah dalam mengamalkan ajaran agamanya. Oleh sebab itu, para ulama sejak dahulu hingga sekarang banyak memberikan penjelasan mendalam tentang definisi iman, baik dari segi bahasa, istilah, maupun hakikatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Secara sederhana, definisi iman sering dipahami sebagai keyakinan dalam hati, ucapan dengan lisan, dan pembenaran dengan amal perbuatan. Namun, dalam perjalanannya, para ulama memiliki ragam pandangan yang memperkaya khazanah ilmu Islam. Artikel ini akan membahas secara rinci mengenai definisi iman menurut bahasa, istilah, pandangan para ulama, serta hakikat aplikasinya dalam kehidupan seorang muslim.
Definisi Iman dari Segi Bahasa
Para ulama bahasa Arab menjelaskan bahwa definisi iman berasal dari kata amana–yu’minu–imanan, yang berarti membenarkan, mempercayai, dan merasa aman. Dari sisi etimologi, definisi iman juga berkaitan erat dengan makna ketenangan hati yang timbul karena adanya keyakinan terhadap sesuatu.
Dalam literatur klasik, seperti karya Ibn Manzhur dalam Lisan al-‘Arab, definisi iman dijelaskan sebagai pembenaran hati terhadap sesuatu yang diyakini benar. Hal ini menunjukkan bahwa iman bukan sekadar ucapan, tetapi keyakinan yang bersemayam dalam hati seorang muslim.
Beberapa ulama juga menambahkan bahwa definisi iman dalam bahasa mencakup dua unsur, yaitu rasa percaya dan rasa aman. Artinya, ketika seseorang beriman kepada Allah, ia merasa yakin sepenuhnya kepada-Nya dan mendapatkan ketenangan jiwa. Dengan demikian, definisi iman dari sisi bahasa tidak hanya berhenti pada makna percaya, tetapi juga mencakup ketenteraman hati.
Al-Qur’an juga menyinggung definisi iman dari segi bahasa dalam QS. Al-Baqarah ayat 260, ketika Nabi Ibrahim meminta kepada Allah untuk memperlihatkan bagaimana Dia menghidupkan kembali orang mati. Ibrahim berkata bahwa ia sudah beriman, namun ingin menambah ketenangan hatinya. Ayat ini menjadi bukti bahwa definisi iman dari sisi bahasa memiliki keterkaitan erat dengan ketenangan jiwa.
Kesimpulannya, definisi iman dalam bahasa Arab adalah keyakinan yang menumbuhkan rasa aman dan ketenangan. Penjelasan ini menjadi pondasi awal untuk memahami makna iman yang lebih mendalam dalam istilah syariat Islam.
Definisi Iman Menurut Istilah Syariat
Jika dalam bahasa, definisi iman bermakna keyakinan hati yang menumbuhkan rasa aman, maka dalam istilah syariat, iman memiliki dimensi yang lebih luas. Para ulama menjelaskan bahwa definisi iman adalah keyakinan dalam hati, pengakuan dengan lisan, dan pengamalan dengan perbuatan.
Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya menjelaskan bahwa definisi iman mencakup ucapan dan perbuatan, bertambah dengan ketaatan, serta berkurang dengan kemaksiatan. Artinya, definisi iman bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dinamis sesuai dengan amal seorang muslim.
Sementara itu, Imam Abu Hanifah memberikan definisi iman sebagai pembenaran hati terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Bagi beliau, iman lebih menekankan pada aspek keyakinan dalam hati. Walaupun demikian, para ulama Hanafiyah tetap mengakui pentingnya amal sebagai penyempurna iman.
Imam Asy-Syafi’i menegaskan bahwa definisi iman tidak hanya berupa keyakinan, tetapi juga harus diwujudkan dalam amal perbuatan. Menurut beliau, seseorang yang mengaku beriman tetapi tidak melaksanakan syariat, maka imannya tidak sempurna.
Selain itu, Imam Ahmad bin Hanbal juga menegaskan bahwa definisi iman mencakup ucapan, keyakinan, dan amal. Beliau bahkan menekankan bahwa iman dapat bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat. Hal ini memperlihatkan betapa komprehensifnya definisi iman dalam pandangan ulama.
Dari berbagai penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa definisi iman menurut istilah syariat mencakup tiga unsur utama: keyakinan hati, ucapan lisan, dan perbuatan nyata. Tanpa ketiga unsur ini, iman tidak akan sempurna sebagaimana yang diajarkan dalam Islam.
Definisi Iman Menurut Para Ulama Ahlus Sunnah
Para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah memiliki pandangan yang jelas mengenai definisi iman. Mereka menegaskan bahwa iman bukan hanya sekadar percaya dalam hati, tetapi juga harus dibuktikan dengan ucapan dan amal perbuatan.
Imam Al-Ajurri dalam kitab Asy-Syari’ah menjelaskan bahwa definisi iman adalah perkataan, perbuatan, dan niat. Beliau menekankan bahwa iman dapat bertambah dengan amal ketaatan dan berkurang dengan maksiat. Ini menunjukkan bahwa definisi iman sangat erat hubungannya dengan perilaku sehari-hari seorang muslim.
Imam Ibn Taimiyah juga menjelaskan bahwa definisi iman adalah keyakinan hati, ucapan lisan, dan amal perbuatan anggota badan. Beliau menolak pandangan bahwa iman hanya cukup dengan hati, sebab syariat Islam menuntut keterpaduan antara hati, lisan, dan amal.
Menurut Imam Al-Ghazali, definisi iman harus dipahami sebagai sebuah kesatuan yang utuh. Beliau menyebut bahwa iman tidak cukup dengan hanya mengetahui, tetapi harus ada pembenaran dan pengamalan. Jika seseorang hanya mengetahui kebenaran tetapi tidak membenarkan dan mengamalkannya, maka belum bisa disebut beriman.
Sementara itu, Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menegaskan bahwa definisi iman mencakup seluruh amal kebaikan. Oleh karena itu, semua ibadah dan amal saleh yang dilakukan seorang muslim menjadi bukti keimanan yang nyata.
Kesepakatan para ulama Ahlus Sunnah ini menunjukkan bahwa definisi iman adalah perpaduan antara hati, ucapan, dan amal. Tanpa adanya salah satu dari ketiga unsur tersebut, iman seseorang dianggap tidak sempurna.
Hakikat dan Aplikasi Definisi Iman dalam Kehidupan
Setelah memahami definisi iman menurut bahasa, istilah, dan pandangan para ulama, penting juga melihat bagaimana iman diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat iman bukan hanya teori, tetapi harus diwujudkan dalam amal nyata.
Seorang muslim yang memahami definisi iman akan senantiasa berusaha menjaga hubungannya dengan Allah melalui ibadah seperti salat, puasa, zakat, dan haji. Semua ibadah ini menjadi bukti nyata dari keimanan yang tertanam di dalam hati.
Selain itu, definisi iman juga harus tercermin dalam akhlak kepada sesama manusia. Rasulullah SAW bersabda bahwa orang beriman adalah orang yang tidak membahayakan orang lain dengan lisannya maupun tangannya. Ini menunjukkan bahwa definisi iman tidak hanya terbatas pada ibadah ritual, tetapi juga pada etika sosial.
Dalam konteks kehidupan modern, definisi iman dapat diaplikasikan dengan cara menjaga integritas, berlaku jujur, bekerja keras, serta menebar kebaikan kepada masyarakat. Semua sikap ini adalah bagian dari manifestasi iman dalam kehidupan nyata.
Oleh karena itu, definisi iman yang benar akan membawa seorang muslim pada keseimbangan antara ibadah kepada Allah dan akhlak kepada manusia. Dengan begitu, iman tidak hanya menjadi teori dalam kitab, tetapi menjadi ruh dalam setiap aspek kehidupan.
Pembahasan tentang definisi iman menunjukkan betapa pentingnya pemahaman yang benar dalam kehidupan seorang muslim. Dari segi bahasa, definisi iman berarti keyakinan yang menumbuhkan rasa aman. Dari segi istilah syariat, definisi iman mencakup keyakinan hati, ucapan lisan, dan amal perbuatan. Para ulama Ahlus Sunnah menegaskan bahwa iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat.
Hakikatnya, definisi iman harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui ibadah kepada Allah dan akhlak mulia kepada sesama manusia. Dengan pemahaman yang benar, seorang muslim akan mampu menjalani hidup dengan tenang, penuh keyakinan, dan senantiasa dekat dengan Allah SWT.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
