Bulan Safar dalam Islam: Penjelasan Lengkap dari Al-Qur’an dan Hadits

Bulan Safar dalam Islam: Penjelasan Lengkap dari Al-Qur’an dan Hadits

Bulan Safar dalam Islam: Penjelasan Lengkap dari Al-Qur’an dan Hadits

01/08/2025 | Humas BAZNAS

Bulan Safar dalam Islam sering kali disalahpahami oleh sebagian umat Islam karena berbagai mitos dan tradisi yang tidak memiliki dasar kuat dalam ajaran agama. Sebagai bulan kedua dalam kalender Hijriah, Safar memiliki makna dan sejarah penting yang perlu dipahami dengan benar melalui Al-Qur’an dan Hadits. Artikel ini akan menjelaskan secara lengkap tentang Bulan Safar dalam Islam, termasuk sejarah, pandangan syariat, serta amalan-amalan yang dianjurkan, sekaligus meluruskan berbagai kesalahpahaman. Dengan memahami Bulan Safar dalam Islam, umat Islam dapat menjalani bulan ini dengan penuh kesadaran dan keimanan. Penjelasan ini disusun dari sudut pandang Islam berdasarkan sumber-sumber autentik.

Sejarah dan Makna Bulan Safar dalam Islam

Bulan Safar dalam Islam memiliki makna historis yang berkaitan dengan tradisi masyarakat Arab pra-Islam dan perkembangan ajaran Islam. Nama “Safar” berasal dari kata Arab yang berarti “kosong” atau “sepi,” merujuk pada kebiasaan masyarakat Arab Jahiliah yang meninggalkan rumah mereka untuk berperang atau berdagang, sehingga rumah-rumah menjadi kosong. Dalam konteks Bulan Safar dalam Islam, bulan ini tidak memiliki status khusus seperti bulan-bulan suci (Asyhurul Hurum), tetapi tetap menjadi bagian dari kalender Hijriah yang disyariatkan.

Pada masa Jahiliah, Bulan Safar dalam Islam sering dikaitkan dengan berbagai mitos, seperti anggapan bahwa bulan ini membawa sial atau kesialan. Masyarakat pra-Islam mempercayai bahwa pernikahan, perjalanan, atau keputusan penting di bulan ini akan mendatangkan kemalangan. Namun, ajaran Islam datang untuk meluruskan pandangan ini. Rasulullah SAW menegaskan bahwa tidak ada dasar untuk mempercayai kesialan dalam Bulan Safar dalam Islam, sebagaimana sabdanya dalam hadits riwayat Bukhari: “Tidak ada (kebenaran) tentang kesialan pada bulan Safar.”

Bulan Safar dalam Islam juga memiliki peristiwa sejarah penting, seperti beberapa ekspedisi yang dilakukan Rasulullah SAW. Salah satunya adalah Perang Khaibar yang terjadi pada tahun 7 Hijriah, yang menunjukkan bahwa Bulan Safar dalam Islam tidak menghalangi umat Islam untuk melakukan aktivitas penting. Peristiwa ini memperlihatkan bahwa bulan ini sama seperti bulan lainnya, tidak membawa kesialan atau larangan tertentu.

Pandangan syariat tentang Bulan Safar dalam Islam menekankan pentingnya menjauhkan diri dari takhayul. Al-Qur’an dalam Surah Al-Isra ayat 13 menjelaskan bahwa nasib seseorang tidak ditentukan oleh waktu atau bulan tertentu, melainkan oleh perbuatan mereka sendiri. Oleh karena itu, Bulan Safar dalam Islam harus dipahami sebagai waktu untuk tetap beribadah dan berbuat kebaikan, tanpa mempercayai mitos yang tidak berdasar.

Secara keseluruhan, Bulan Safar dalam Islam mengajarkan umat Islam untuk mengedepankan tauhid dan menjauhkan diri dari syirik. Dengan memahami sejarah dan makna bulan ini, umat Islam dapat menjalani Bulan Safar dalam Islam dengan penuh keimanan dan keyakinan bahwa segala sesuatu berada di bawah kendali Allah SWT.

Mitos dan Fakta tentang Bulan Safar dalam Islam

Banyak mitos yang berkembang di masyarakat terkait Bulan Safar dalam Islam, salah satunya adalah anggapan bahwa bulan ini adalah bulan “sial.” Mitos ini berasal dari tradisi Jahiliah yang meyakini bahwa Bulan Safar dalam Islam membawa kemalangan, sehingga banyak aktivitas penting dihindari. Islam dengan tegas menolak keyakinan ini, sebagaimana ditegaskan dalam hadits riwayat Muslim: “Tidak ada penyakit menular (tanpa izin Allah), tidak ada ramalan buruk, dan tidak ada kesialan pada bulan Safar.”

Fakta tentang Bulan Safar dalam Islam adalah bahwa bulan ini tidak memiliki status khusus yang membedakannya dari bulan lain dalam hal ibadah atau larangan. Al-Qur’an dan Hadits tidak menyebutkan bahwa Bulan Safar dalam Islam memiliki keistimewaan atau pantangan tertentu. Sebaliknya, umat Islam dianjurkan untuk tetap menjalankan ibadah seperti biasa, seperti sholat, puasa sunnah, dan sedekah, tanpa mempedulikan mitos kesialan.

Salah satu mitos yang masih bertahan adalah larangan menikah pada Bulan Safar dalam Islam. Banyak masyarakat yang menunda pernikahan karena takut akan kegagalan atau musibah. Padahal, Bulan Safar dalam Islam tidak memiliki larangan syariat untuk menikah. Al-Qur’an dalam Surah Ar-Rum ayat 21 menjelaskan bahwa pernikahan adalah tanda kebesaran Allah, dan tidak ada dalil yang melarangnya pada bulan tertentu.

Bulan Safar dalam Islam juga sering dikaitkan dengan ritual-ritual tertentu untuk “menolak bala.” Beberapa masyarakat melakukan doa-doa khusus atau ritual tertentu yang tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam. Dalam hal ini, Bulan Safar dalam Islam mengajarkan umat Islam untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman, serta menjauhkan diri dari praktik yang tidak memiliki landasan syariat.

Dengan memahami fakta dan menjauhkan diri dari mitos, umat Islam dapat menjalani Bulan Safar dalam Islam dengan tenang dan penuh keimanan. Bulan ini adalah kesempatan untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, tanpa terpengaruh oleh keyakinan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Amalan yang Dianjurkan pada Bulan Safar dalam Islam

Meskipun Bulan Safar dalam Islam tidak memiliki amalan khusus yang ditetapkan dalam syariat, umat Islam tetap dianjurkan untuk melakukan ibadah-ibadah umum yang dapat dilakukan di setiap bulan. Salah satu amalan yang dianjurkan adalah memperbanyak doa, sebagaimana Rasulullah SAW mengajarkan doa untuk keselamatan dari segala musibah. Doa ini relevan untuk diamalkan pada Bulan Safar dalam Islam agar terhindar dari fitnah dan kesesatan.

Puasa sunnah juga menjadi amalan yang dianjurkan pada Bulan Safar dalam Islam. Rasulullah SAW menganjurkan puasa sunnah pada hari Senin dan Kamis, yang dapat dilakukan di bulan ini. Puasa ini tidak hanya mendatangkan pahala, tetapi juga membantu umat Islam menjaga keimanan mereka selama Bulan Safar dalam Islam.

Sedekah adalah amalan lain yang sangat dianjurkan pada Bulan Safar dalam Islam. Dalam hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda bahwa sedekah dapat memadamkan murka Allah dan menjauhkan dari musibah. Dengan bersedekah pada Bulan Safar dalam Islam, umat Islam dapat memperoleh keberkahan dan perlindungan dari Allah SWT.

Memperbanyak dzikir dan membaca Al-Qur’an juga merupakan amalan yang dianjurkan selama Bulan Safar dalam Islam. Dzikir seperti membaca “Subhanallah,” “Alhamdulillah,” dan “Allahu Akbar” dapat memperkuat hati seorang Muslim. Membaca Al-Qur’an, terutama surah-surah seperti Al-Fatihah dan Al-Ikhlas, juga dapat menjadi pelindung selama Bulan Safar dalam Islam.

Secara umum, Bulan Safar dalam Islam adalah waktu untuk terus beribadah dan berbuat kebaikan. Tidak ada larangan atau pantangan khusus, sehingga umat Islam dapat menjalani bulan ini dengan penuh semangat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan amalan-amalan ini, Bulan Safar dalam Islam menjadi kesempatan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

Pemahaman yang benar tentang Bulan Safar dalam Islam sangat penting untuk menjaga aqidah umat Islam. Banyaknya mitos dan takhayul yang berkembang di masyarakat sering kali membuat bulan ini dipandang dengan rasa takut atau kekhawatiran. Padahal, Bulan Safar dalam Islam adalah bagian dari waktu yang diciptakan Allah, dan setiap waktu adalah kesempatan untuk beribadah. Dengan memahami ajaran Al-Qur’an dan Hadits, umat Islam dapat menjalani Bulan Safar dalam Islam dengan penuh keyakinan bahwa hanya Allah yang menentukan segala sesuatu.

Bulan Safar dalam Islam bukanlah bulan yang harus ditakuti, melainkan waktu untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Dengan meluruskan pemahaman tentang Bulan Safar dalam Islam, umat Islam dapat terbebas dari mitos dan takhayul yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Melalui ibadah seperti doa, puasa, sedekah, dan dzikir, Bulan Safar dalam Islam menjadi momen untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mari jadikan bulan ini sebagai waktu untuk memperkuat aqidah dan menjalani hidup sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.

Follow us

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ