Bulan Safar Menurut Islam: Keyakinan, Tradisi, dan Amalan

Bulan Safar Menurut Islam: Keyakinan, Tradisi, dan Amalan

Bulan Safar Menurut Islam: Keyakinan, Tradisi, dan Amalan

19/08/2024 | Humas BAZNAS

Bulan Safar menurut Islam adalah bulan kedua dalam kalender Hijriyah, setelah bulan Muharram yang tentu memiliki keutamaan seperti bulan-bulan dalam kalender Islam lainnya. Dalam sejarah Islam, bulan ini memiliki makna dan kepercayaan yang beragam di berbagai kalangan umat Muslim.

Sejarah awal Islam, zaman "jahiliyah" mengacu pada periode sebelum datangnya Islam di Arab. Pada masa tersebut, masyarakat Arab hidup dalam berbagai bentuk kepercayaan, khurafat, dan praktik-praktik yang tidak memiliki dasar yang kuat atau ilmiah. Ketika Islam datang, salah satu tujuannya adalah untuk membersihkan masyarakat dari praktik-praktik kebatilan dan membimbing mereka menuju kebenaran.

Beberapa orang juga mengaitkan bulan Safar dengan keyakinan akan datangnya kesialan atau musibah, meskipun dalam ajaran Islam, tidak ada bulan yang secara khusus dianggap membawa kesialan. Nabi Muhammad SAW sendiri menegaskan bahwa keyakinan semacam ini termasuk dalam khurafat yang harus dihindari oleh umat Islam.

Bulan ini sering kali dikaitkan dengan berbagai keyakinan dan tradisi yang berkembang dalam masyarakat, termasuk dalam tradisi Islam. Salah satu yang populer adanya pemahaman bahwa bulan ini mengandung kesialan.  

Seiring berjalannya waktu, berbagai tradisi dan budaya lokal berkembang dalam masyarakat Muslim terkait bulan Safar. Di beberapa daerah, bulan ini sering dianggap sebagai waktu yang kurang baik untuk melangsungkan pernikahan atau memulai usaha baru.

Ada pula yang justru melaksanakan berbagai ritual dan doa khusus untuk meminta perlindungan dan keberkahan dari Allah SWT selama bulan ini. Ritual seperti "Rabu Wekasan" di Jawa misalnya, merupakan tradisi yang berkembang dalam masyarakat dan dianggap memiliki makna tersendiri.

Meskipun dalam Islam, tidak ada keistimewaan khusus yang melekat pada bulan Safar. Tidak ada ibadah wajib atau sunnah yang hanya dilakukan pada bulan ini. Namun Islam mengajarkan bahwa setiap waktu adalah kesempatan untuk beramal shalih dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bulan Safar tidak terkecuali.

Islam menekankan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, baik kesialan maupun keberuntungan, adalah hasil dari kehendak Allah. Oleh karena itu, tidak tepat untuk mengaitkan segala masalah yang mungkin terjadi dalam bulan Safar dengan bulan itu sendiri.

Islam mendasarkan ajarannya pada tauhid (keyakinan kepada satu Tuhan yang Maha Esa) dan mengajarkan kebenaran serta akhlak yang baik. Islam menekankan pentingnya ilmu pengetahuan, pemahaman yang benar, dan akal sehat dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu, Islam mendorong umatnya untuk menjauhi khurafat, tahayul, dan kepercayaan tanpa dasar yang dapat menyesatkan. Termasuk kepercayaan bahwa bulan Safar adalah bulan yang sial.

Terlepas dari hal itu, bulan Safar juga dikenal sebagai bulan untuk melakukan amalan-amalan tertentu. Sebagian umat Islam memilih untuk memperbanyak ibadah, berpuasa sunnah, serta berdoa untuk memohon perlindungan dari segala bentuk bahaya dan musibah. Meskipun tidak ada dalil yang secara khusus mengaitkan amalan tertentu dengan bulan Safar, namun tindakan ini dimaksudkan sebagai bentuk penguatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Dengan demikian, bulan Safar menurut Islam merupakan waktu yang penuh dengan berbagai keyakinan, tradisi, dan amalan yang bervariasi di kalangan umat Muslim. Meskipun terdapat keyakinan tentang kesialan, ajaran Islam mengajarkan untuk tidak terjebak dalam khurafat dan senantiasa memperkuat iman melalui amalan-amalan baik, sehingga bulan Safar dapat diisi dengan kegiatan yang bermanfaat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.

Follow us

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ