Asal-usul Nama Safar: Menguak 4 Rahasia Sejarah yang Menakjubkan

Asal-usul Nama Safar: Menguak 4 Rahasia Sejarah yang Menakjubkan

Asal-usul Nama Safar: Menguak 4 Rahasia Sejarah yang Menakjubkan

15/09/2025 | Humas BAZNAS

Bulan Safar adalah salah satu bulan dalam kalender Hijriah yang sering menimbulkan pertanyaan di kalangan umat Islam: dari mana sebenarnya asal-usul nama Safar itu? Dalam sejarah Islam, bulan ini memiliki makna penting sekaligus mitos yang beredar di masyarakat. Banyak orang dahulu mengaitkan bulan Safar dengan kesialan, padahal dalam Islam tidak ada bulan yang dianggap sial. Oleh karena itu, memahami asal-usul nama Safar menjadi hal penting agar kita bisa menyingkap sejarahnya secara lebih jelas dan menghilangkan anggapan-anggapan keliru.

Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai asal-usul nama Safar, dilihat dari perspektif sejarah, budaya Arab pra-Islam, ajaran Islam, hingga hikmah yang bisa kita ambil. Ada empat rahasia sejarah yang menakjubkan di balik nama bulan ini yang patut kita pahami sebagai umat Islam.


1. Asal-usul Nama Safar dari Segi Bahasa dan Linguistik

Dalam bahasa Arab, kata Safar berasal dari akar kata s-f-r yang memiliki beberapa makna. Salah satunya adalah “kosong” atau “hampa”. Inilah yang menjadi salah satu petunjuk tentang asal-usul nama Safar, karena masyarakat Arab kuno menggunakan istilah ini untuk menggambarkan kondisi perkampungan mereka yang kosong saat bulan Safar tiba.

Masyarakat Arab pada masa jahiliyah biasanya meninggalkan rumah untuk berperang atau melakukan perjalanan jauh pada bulan ini. Karena itulah, rumah-rumah dan perkampungan mereka terlihat kosong. Makna “kosong” inilah yang kemudian sangat erat dikaitkan dengan asal-usul nama Safar.

Selain itu, kata “Safar” juga bisa berarti “kuning pucat” atau “berwarna kekuningan”. Dalam tradisi Arab, warna kuning sering dikaitkan dengan penyakit atau kelemahan fisik. Hal ini menunjukkan bahwa asal-usul nama Safar juga bisa berhubungan dengan kondisi masyarakat pada masa itu yang rawan sakit atau mengalami kesulitan hidup.

Seiring perkembangan waktu, makna linguistik ini melekat pada nama bulan Safar, sehingga menambah pemahaman kita bahwa asal-usul nama Safar tidak terlepas dari bahasa dan kehidupan masyarakat Arab jahiliyah. Hal ini juga menunjukkan bahwa kalender Hijriah banyak mengambil penamaan dari fenomena sosial dan alam yang terjadi pada masa itu.

Dengan demikian, rahasia pertama yang menakjubkan adalah bahwa asal-usul nama Safar lahir dari makna bahasa Arab yang menggambarkan kekosongan dan kondisi sosial masyarakat pra-Islam.


2. Asal-usul Nama Safar dalam Budaya Arab Pra-Islam

Rahasia kedua dari asal-usul nama Safar berkaitan dengan tradisi budaya Arab sebelum datangnya Islam. Pada masa jahiliyah, orang Arab memiliki banyak keyakinan yang keliru, termasuk anggapan bahwa bulan Safar adalah bulan yang membawa kesialan.

Masyarakat Arab pra-Islam percaya bahwa bepergian, menikah, atau memulai usaha pada bulan Safar akan membawa celaka. Keyakinan ini membuat asal-usul nama Safar sering dikaitkan dengan hal-hal negatif. Bahkan, sebagian di antara mereka menunda acara penting hingga bulan lain karena takut akan bala.

Selain itu, perang dan perampokan kerap terjadi pada bulan ini. Sebab itulah, orang Arab memberi makna “kosong” pada bulan Safar, karena banyak rumah dan kampung ditinggalkan untuk berperang. Hal ini menjadi salah satu kunci memahami asal-usul nama Safar dalam sejarah sosial Arab jahiliyah.

Kepercayaan terhadap kesialan Safar juga muncul karena masyarakat kala itu banyak terpengaruh takhayul. Mereka menganggap bulan Safar sebagai masa ketika jin dan roh jahat berkeliaran. Maka, asal-usul nama Safar semakin dilekatkan dengan gambaran buruk di kalangan masyarakat jahiliyah.

Namun, ajaran Islam kemudian datang untuk meluruskan hal tersebut. Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa bulan Safar sama saja dengan bulan lainnya, tidak ada yang membawa kesialan. Dengan demikian, asal-usul nama Safar dalam budaya pra-Islam lebih bersifat mitos dan takhayul yang sudah dikoreksi dalam Islam.


3. Asal-usul Nama Safar Menurut Pandangan Islam

Rahasia ketiga dari asal-usul nama Safar terletak pada pandangan Islam yang jelas dan tegas. Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada penularan penyakit tanpa izin Allah, tidak ada kesialan dalam burung hantu, tidak ada kesialan dalam bulan Safar, dan tidak ada juga pengaruh bintang.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits ini secara langsung membatalkan keyakinan jahiliyah mengenai kesialan bulan Safar. Artinya, meskipun asal-usul nama Safar lahir dari kebiasaan masyarakat Arab jahiliyah, Islam menegaskan bahwa tidak ada bulan yang membawa sial atau keberuntungan secara khusus. Semua bulan sama-sama ciptaan Allah.

Dalam pandangan Islam, bulan Safar justru menjadi momentum untuk meneguhkan tauhid. Ketika orang Arab jahiliyah takut akan Safar, Rasulullah SAW mengajarkan untuk tetap beraktivitas seperti biasa. Hal ini menunjukkan bahwa asal-usul nama Safar sebenarnya bukanlah alasan untuk menghindari aktivitas penting.

Islam juga mengajarkan agar umatnya menjadikan bulan Safar sebagai waktu untuk memperbanyak doa, amal shalih, dan berserah diri kepada Allah. Dengan begitu, mitos yang melekat pada asal-usul nama Safar dapat terkikis dan berganti dengan keyakinan yang benar.

Pandangan Islam ini menjadi rahasia menakjubkan, karena meskipun asal-usul nama Safar berasal dari budaya jahiliyah, Islam mengubahnya menjadi sarana penguatan iman. Hal ini menunjukkan betapa ajaran Islam mampu membersihkan umatnya dari takhayul dan mengarahkan pada tauhid.


4. Hikmah Memahami Asal-usul Nama Safar

Rahasia keempat adalah hikmah yang bisa kita ambil setelah mengetahui asal-usul nama Safar. Dengan memahami sejarah dan pandangan Islam, kita bisa mengambil pelajaran bahwa umat Islam harus menjauhi takhayul dan tetap berpegang pada ajaran tauhid.

Pertama, mengetahui asal-usul nama Safar membuat kita paham bahwa tidak ada waktu atau bulan yang mendatangkan kesialan. Semua bulan adalah milik Allah dan bisa menjadi berkah jika kita isi dengan kebaikan.

Kedua, mempelajari asal-usul nama Safar menegaskan bahwa budaya manusia sering kali dipengaruhi mitos. Namun, Islam hadir untuk meluruskan pemahaman yang salah tersebut. Ini menjadi pelajaran penting agar kita selalu memfilter keyakinan yang berkembang di masyarakat dengan ajaran Islam.

Ketiga, asal-usul nama Safar mengingatkan kita bahwa setiap bulan adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tidak ada alasan untuk takut memulai sesuatu di bulan Safar, justru kita dianjurkan untuk terus beramal.

Keempat, dengan memahami asal-usul nama Safar, kita bisa menjadikannya sebagai sarana dakwah kepada masyarakat yang masih percaya mitos. Umat Islam bisa mencontoh Rasulullah SAW dalam meluruskan kesalahpahaman yang terjadi di tengah umat.

Dengan demikian, hikmah dari asal-usul nama Safar adalah penguatan akidah, penolakan takhayul, serta dorongan untuk terus beramal shalih tanpa terikat mitos kesialan.


Dari pembahasan di atas, jelas bahwa asal-usul nama Safar memiliki empat rahasia sejarah yang menakjubkan. Pertama, asal-usulnya terkait makna bahasa Arab yang berarti “kosong”. Kedua, asal-usulnya berkaitan dengan budaya jahiliyah yang penuh takhayul. Ketiga, Islam meluruskan kesalahpahaman tersebut dan menegaskan tidak ada kesialan pada bulan Safar. Keempat, kita bisa mengambil hikmah bahwa semua bulan adalah milik Allah dan tidak ada yang membawa celaka.

Dengan memahami asal-usul nama Safar, kita semakin yakin bahwa Islam mengajarkan tauhid dan melarang keyakinan yang berdasarkan mitos. Semoga artikel ini bermanfaat dan menjadi pengingat bahwa kebenaran hanya datang dari Allah, sementara mitos harus diluruskan dengan ilmu.

 

Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.

Follow us

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ