
Arti Bulan Safar untuk Pernikahan Menurut Pandangan Islam
Arti Bulan Safar untuk Pernikahan Menurut Pandangan Islam
04/08/2025 | Humas BAZNASSebagian masyarakat masih mempertanyakan arti Bulan Safar untuk pernikahan dalam kehidupan umat Islam. Bulan Safar sering dikaitkan dengan mitos-mitos kesialan, bencana, atau ketidakberkahan, sehingga beberapa orang menghindari melangsungkan akad nikah atau acara pernikahan di bulan ini. Namun benarkah demikian dalam pandangan Islam?
Dalam sejarah dan budaya masyarakat Nusantara, Bulan Safar kerap dianggap bulan yang membawa petaka. Keyakinan ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan, salah satunya dalam urusan rumah tangga, termasuk pernikahan. Arti Bulan Safar untuk pernikahan pun menjadi topik yang perlu ditinjau secara lebih dalam dan ilmiah sesuai ajaran Islam yang murni.
Islam sebagai agama yang membawa cahaya kebenaran mengajarkan umatnya untuk tidak terjebak dalam takhayul atau keyakinan yang tidak berdasar. Oleh sebab itu, penting bagi umat Muslim untuk mengetahui arti Bulan Safar untuk pernikahan menurut Al-Qur’an, hadits Nabi SAW, serta penjelasan para ulama.
Melalui artikel ini, kita akan membahas secara lengkap arti Bulan Safar untuk pernikahan, mulai dari latar belakang keyakinan masyarakat, pandangan syariat Islam, hingga nasihat-nasihat para ulama agar umat tidak terjerumus pada keyakinan yang menyimpang.
Asal Usul Keyakinan tentang Bulan Safar dan Kaitannya dengan Pernikahan
Sebelum membahas lebih dalam mengenai arti Bulan Safar untuk pernikahan, kita perlu mengetahui asal usul keyakinan masyarakat terhadap bulan ini. Dalam tradisi sebagian orang, Bulan Safar sering dikaitkan dengan turunnya berbagai macam penyakit, malapetaka, atau hal-hal buruk lainnya.
Kepercayaan ini sudah ada bahkan sebelum datangnya Islam. Pada masa jahiliyah, masyarakat Arab menganggap Bulan Safar sebagai bulan yang tidak baik untuk melakukan kegiatan besar, termasuk menikah. Maka tidak heran jika hingga hari ini masih ada anggapan bahwa arti Bulan Safar untuk pernikahan adalah sesuatu yang buruk atau kurang membawa berkah.
Namun, Islam datang untuk menghapus praktik jahiliyah dan menggantikannya dengan akidah yang bersih dari syirik dan takhayul. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada penularan penyakit (tanpa izin Allah), tidak ada thiyarah (anggapan sial karena suatu hal), tidak ada hamah, dan tidak ada Safar." (HR. Bukhari-Muslim). Hadits ini secara tegas membantah keyakinan bahwa arti Bulan Safar untuk pernikahan adalah negatif atau membawa celaka.
Keyakinan bahwa Bulan Safar adalah bulan sial bertentangan dengan prinsip tauhid. Dalam Islam, semua bulan adalah ciptaan Allah SWT dan memiliki nilai yang sama, kecuali jika Allah sendiri yang memberikan keutamaan seperti Bulan Ramadan. Oleh karena itu, arti Bulan Safar untuk pernikahan tidak boleh dikaitkan dengan mitos atau ramalan buruk.
Umat Islam seharusnya memahami bahwa menikah adalah ibadah yang sangat dianjurkan, dan tidak tergantung pada waktu tertentu. Memilih hari atau bulan tertentu semata-mata karena alasan mitos merupakan tindakan yang tidak dibenarkan dalam Islam. Maka dari itu, penting untuk meluruskan pemahaman keliru mengenai arti Bulan Safar untuk pernikahan.
Pandangan Islam terhadap Arti Bulan Safar untuk Pernikahan
Islam memberikan pandangan yang sangat tegas dan jelas terhadap segala bentuk takhayul yang menyangkut waktu dan kejadian, termasuk dalam hal arti Bulan Safar untuk pernikahan. Dalam ajaran agama ini, tidak ada bulan yang membawa sial atau keberuntungan, semua terjadi atas kehendak Allah SWT semata.
Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa izin dari Allah. Hal ini termasuk pernikahan yang berlangsung pada Bulan Safar. Maka, arti Bulan Safar untuk pernikahan dalam Islam bukanlah kesialan, melainkan tetap bernilai ibadah dan mendapatkan pahala jika dilakukan dengan niat yang benar.
Beberapa ulama seperti Imam Nawawi dalam kitab Syarh Muslim menjelaskan bahwa hadits mengenai "tidak ada Safar" adalah bentuk penolakan terhadap keyakinan masyarakat Arab jahiliyah. Oleh karena itu, umat Islam masa kini tidak boleh mewarisi keyakinan yang sama, termasuk dalam menilai arti Bulan Safar untuk pernikahan.
Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa menikah di Bulan Safar justru bisa menjadi bentuk perlawanan terhadap kebiasaan yang keliru. Dengan menikah di bulan ini, seseorang menunjukkan keyakinan kepada qada dan qadar Allah, bukan pada mitos atau tahayul. Maka, pemaknaan arti Bulan Safar untuk pernikahan seharusnya berubah menjadi simbol keberanian dan keimanan.
Kesimpulannya, Islam sangat menolak segala bentuk anggapan bahwa Bulan Safar membawa nasib buruk, apalagi jika dikaitkan dengan pernikahan. Setiap waktu adalah baik jika digunakan untuk berbuat kebaikan, termasuk menikah. Arti Bulan Safar untuk pernikahan dalam Islam tetap positif selama diniatkan untuk ibadah dan membentuk keluarga sakinah.
Kisah dan Teladan Menikah di Bulan Safar dalam Sejarah Islam
Untuk lebih meyakinkan tentang arti Bulan Safar untuk pernikahan, mari kita lihat teladan dari sejarah Islam. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW sendiri menikahkan salah satu putrinya, Fatimah az-Zahra RA dengan Ali bin Abi Thalib RA pada bulan-bulan yang tidak disebutkan sebagai "bulan baik" secara khusus, termasuk di luar bulan-bulan haram.
Meskipun tidak ada keterangan tegas bahwa pernikahan Fatimah dan Ali terjadi pada Bulan Safar, tetapi faktanya Rasulullah SAW tidak pernah melarang pernikahan pada bulan tersebut. Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, arti Bulan Safar untuk pernikahan tidak pernah dikaitkan dengan keberuntungan atau kemalangan.
Selain itu, banyak ulama dan tokoh Islam yang menikah di bulan ini dan rumah tangganya tetap harmonis dan penuh berkah. Mereka tidak pernah mengaitkan pernikahan dengan waktu yang dianggap sial atau keramat, tetapi menyerahkan segalanya kepada kehendak Allah SWT. Ini mempertegas bahwa arti Bulan Safar untuk pernikahan adalah sah dan tidak terlarang.
Kisah-kisah ini memberikan pelajaran penting bahwa keberhasilan rumah tangga bukan ditentukan oleh waktu pelaksanaan akad, tetapi oleh ketakwaan, komunikasi, dan kerja sama pasangan suami istri. Dengan demikian, arti Bulan Safar untuk pernikahan tidak perlu ditakuti, melainkan dimaknai sebagai momentum memulai ibadah panjang dalam bentuk pernikahan.
Menjadikan bulan apa pun sebagai waktu menikah seharusnya tidak menjadi masalah selama tidak bertentangan dengan syariat. Selama niat menikah karena Allah dan dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Nabi SAW, maka keberkahannya akan tetap diraih, termasuk jika itu terjadi di Bulan Safar. Maka jangan ragu memahami dan menerima arti Bulan Safar untuk pernikahan secara positif.
Meluruskan Mitos dan Menyambut Pernikahan dengan Penuh Keimanan
Umat Islam perlu diberikan edukasi yang benar tentang arti Bulan Safar untuk pernikahan agar tidak terjebak dalam mitos yang menyesatkan. Banyak pasangan muda yang menunda pernikahan karena takut menikah di Bulan Safar, padahal tidak ada dasar agama yang menguatkan ketakutan tersebut.
Pernikahan adalah bagian dari sunnah Rasulullah SAW, dan tidak ada waktu khusus yang ditetapkan sebagai waktu terbaik atau terburuk untuk menikah. Maka, arti Bulan Safar untuk pernikahan harus dimaknai dengan semangat ibadah, bukan dengan kekhawatiran akan kesialan.
Para dai, ulama, dan tokoh agama perlu terus mengingatkan masyarakat untuk menjauh dari pemahaman yang keliru. Ini penting agar umat tidak terjerumus dalam syirik khafi, yaitu bentuk kesyirikan yang tersembunyi karena mempercayai sesuatu selain Allah dalam menentukan takdir. Termasuk dalam hal ini adalah mempercayai bahwa arti Bulan Safar untuk pernikahan adalah pertanda buruk.
Dengan pemahaman yang benar, umat Islam akan lebih percaya diri melangsungkan pernikahan kapan pun, tanpa rasa takut. Bahkan menikah di Bulan Safar bisa menjadi bentuk penguatan iman dan pembebasan diri dari belenggu tradisi yang tidak sesuai syariat.
Akhirnya, mari kita luruskan pemahaman dan yakinkan diri bahwa arti Bulan Safar untuk pernikahan dalam Islam adalah baik, sama seperti bulan lainnya. Jangan jadikan mitos sebagai penghalang untuk meraih ibadah dan keberkahan hidup berkeluarga.
Arti Bulan Safar untuk Pernikahan adalah Momentum, Bukan Musibah
Sebagai penutup, penting untuk kita sadari bahwa arti Bulan Safar untuk pernikahan menurut Islam bukanlah sebuah kesialan. Justru Islam mengajarkan agar kita tidak percaya pada waktu-waktu tertentu yang dianggap membawa celaka. Semua bulan dalam Islam adalah baik dan memiliki nilai yang sama di sisi Allah SWT.
Umat Islam didorong untuk meninggalkan kepercayaan jahiliyah dan takhayul, serta menjadikan setiap momentum sebagai peluang ibadah, termasuk menikah. Tidak ada larangan syariat yang menyebut Bulan Safar sebagai bulan yang tidak baik untuk pernikahan.
Oleh karena itu, jika ada pasangan yang berniat menikah di Bulan Safar, jangan ragu. Luruskan niat, mohon restu Allah SWT, dan jalani dengan penuh keimanan. Sebab sejatinya, arti Bulan Safar untuk pernikahan adalah sebuah pengingat bahwa keberkahan datang dari Allah, bukan dari waktu atau mitos yang tidak berdasar.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
