10 Muharram Anak Yatim: Momentum Terbaik Menebar Kasih dan Kepedulian

10 Muharram Anak Yatim: Momentum Terbaik Menebar Kasih dan Kepedulian

10 Muharram Anak Yatim: Momentum Terbaik Menebar Kasih dan Kepedulian

27/06/2025 | Humas BAZNAS

10 Muharram Anak Yatim adalah momen istimewa dalam kalender Islam yang sering disebut sebagai Hari Raya Anak Yatim atau Idul Yatama. Tanggal ini, yang jatuh pada 10 Muharram, menjadi waktu yang penuh makna bagi umat Islam untuk menunjukkan kasih sayang dan kepedulian kepada anak-anak yatim. Tradisi ini telah mengakar kuat di kalangan masyarakat Muslim, khususnya di Indonesia, sebagai wujud nyata dari ajaran Rasulullah SAW untuk memuliakan anak yatim. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi makna, keutamaan, sejarah, dan amalan yang dapat dilakukan pada 10 Muharram Anak Yatim untuk mempererat hubungan sosial dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Makna dan Keutamaan 10 Muharram Anak Yatim

10 Muharram Anak Yatim memiliki makna mendalam dalam tradisi Islam. Hari Asyura, yang jatuh pada tanggal 10 Muharram, dikenal sebagai hari penuh keberkahan. Dalam konteks anak yatim, hari ini menjadi momen untuk mengenang ajaran Rasulullah SAW yang sangat menekankan pentingnya menyantuni anak yatim. Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Saya dan orang yang mengurus anak yatim di surga seperti ini,” sambil menunjukkan dua jari yang dirapatkan. Hadits ini menegaskan bahwa 10 Muharram Anak Yatim adalah waktu untuk memperbanyak kebaikan kepada mereka yang kehilangan ayahnya.

Secara etimologi, kata “yatim” dalam bahasa Arab berarti seseorang yang kehilangan ayah sebelum mencapai usia baligh. Pada 10 Muharram Anak Yatim, umat Islam dianjurkan untuk memberikan perhatian khusus kepada anak-anak ini, baik melalui santunan, kasih sayang, maupun doa. Tradisi ini tidak hanya mencerminkan nilai kemanusiaan, tetapi juga menjadi sarana untuk mendapatkan keberkahan dan pahala dari Allah SWT. Menyantuni anak yatim pada hari ini dianggap sebagai salah satu amalan mulia yang mendatangkan keutamaan besar.

Keutamaan 10 Muharram Anak Yatim juga terkait dengan nilai-nilai syukur. Hari Asyura mengingatkan umat Islam pada peristiwa bersejarah, seperti keselamatan Nabi Musa AS dari kejaran Firaun. Dalam konteks ini, menyantuni anak yatim menjadi wujud syukur atas nikmat Allah SWT. Memberikan santunan pada 10 Muharram Anak Yatim bukan hanya membantu secara materi, tetapi juga memberikan kehangatan emosional kepada anak-anak yang kehilangan figur ayah dalam hidup mereka.

Selain itu, 10 Muharram Anak Yatim juga menjadi pengingat akan tanggung jawab sosial umat Islam. Anak yatim sering kali berada dalam kondisi rentan, baik secara ekonomi maupun emosional. Dengan memberikan perhatian pada hari ini, umat Islam dapat memperkuat solidaritas sosial dan menciptakan masyarakat yang penuh kasih sayang. Tradisi ini juga mengajarkan pentingnya berbagi kebahagiaan dengan mereka yang membutuhkan.

Menurut kitab Tanbihul Ghafilin karya Abu Laits As-Samarqandi, mengusap kepala anak yatim pada 10 Muharram Anak Yatim dapat mengangkat derajat seseorang di sisi Allah SWT. Setiap helai rambut yang diusap dianggap mendatangkan pahala yang besar. Oleh karena itu, momen ini menjadi kesempatan emas bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui amalan sederhana namun penuh makna.

Sejarah dan Tradisi 10 Muharram Anak Yatim

10 Muharram Anak Yatim memiliki akar sejarah yang erat kaitannya dengan peristiwa-peristiwa penting dalam Islam. Salah satu peristiwa yang sering dikaitkan dengan Hari Asyura adalah keselamatan Nabi Musa AS dan Bani Israil dari Firaun. Dalam riwayat Bukhari, Rasulullah SAW melihat orang Yahudi berpuasa pada 10 Muharram untuk mensyukuri keselamatan Nabi Musa. Rasulullah kemudian memerintahkan umatnya untuk berpuasa dan menjadikan 10 Muharram Anak Yatim sebagai momen untuk berbagi kebaikan, termasuk menyantuni anak yatim.

Di Indonesia, tradisi 10 Muharram Anak Yatim telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Muslim. Banyak komunitas, masjid, dan yayasan yang mengadakan acara santunan anak yatim pada hari ini. Acara ini biasanya melibatkan pemberian bantuan materi, seperti uang, pakaian, atau kebutuhan sekolah, serta kegiatan yang membawa kebahagiaan, seperti makan bersama atau mengusap kepala anak yatim. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai Islam yang menekankan pentingnya kasih sayang dan kebersamaan.

10 Muharram Anak Yatim juga dikenal sebagai Idul Yatama atau Lebaran Anak Yatim di beberapa daerah di Indonesia. Istilah ini mencerminkan semangat kegembiraan yang ingin dibagikan kepada anak yatim. Menurut KH Sholeh Darat dalam kitab Lathaifut Thaharah wa Asrarus Shalah, 10 Muharram Anak Yatim adalah hari untuk bergembira dengan sedekah, bukan hanya untuk anak yatim, tetapi juga untuk fakir miskin dan keluarga. Tradisi ini menunjukkan bahwa Muharram adalah bulan penuh keberkahan.

Peristiwa lain yang dikaitkan dengan 10 Muharram Anak Yatim adalah penerimaan taubat Nabi Adam AS, keselamatan Nabi Nuh AS, dan kembalinya kerajaan Nabi Sulaiman AS. Peristiwa-peristiwa ini memperkuat makna Hari Asyura sebagai waktu untuk bersyukur dan berbuat baik. Dalam konteks ini, menyantuni anak yatim menjadi salah satu cara untuk meneladani akhlak mulia para nabi.

Secara historis, 10 Muharram Anak Yatim juga menjadi momen untuk mempererat hubungan sosial. Rasulullah SAW sangat mencintai anak yatim dan sering menjamu mereka pada Hari Asyura. Tradisi ini diteruskan oleh para ulama dan masyarakat Muslim hingga saat ini, menjadikan 10 Muharram Anak Yatim sebagai simbol kepedulian dan kasih sayang.

Amalan yang Dianjurkan pada 10 Muharram Anak Yatim

Ada banyak amalan yang dapat dilakukan pada 10 Muharram Anak Yatim untuk mendapatkan keberkahan. Salah satu amalan yang paling dianjurkan adalah menyantuni anak yatim. Santunan ini bisa berupa bantuan materi, seperti memberikan uang saku, pakaian, atau kebutuhan sekolah. Selain itu, memberikan perhatian emosional, seperti mengusap kepala anak yatim, juga merupakan amalan yang sangat dianjurkan pada 10 Muharram Anak Yatim.

Mengusap kepala anak yatim pada 10 Muharram Anak Yatim memiliki keutamaan khusus. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW menganjurkan untuk mengusap kepala anak yatim dari arah belakang ke depan. Amalan ini melambangkan kasih sayang dan perhatian kepada mereka yang kehilangan ayahnya. Doa yang dianjurkan saat mengusap kepala anak yatim adalah, “Jabara Allahu yatmaka wa ja’alaka khalafan min abik,” yang berarti, “Semoga Allah menutupi kesedihanmu sebagai yatim dan menjadikanmu pengganti yang baik bagi ayahmu.”

Selain menyantuni anak yatim, umat Islam juga dianjurkan untuk berpuasa pada 10 Muharram Anak Yatim. Puasa Asyura memiliki keutamaan menghapus dosa setahun yang lalu, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih riwayat Muslim. Puasa ini juga menjadi wujud syukur atas nikmat Allah SWT, sekaligus menjadi pengingat akan pentingnya menjaga hubungan dengan anak yatim pada 10 Muharram Anak Yatim.

Amalan lain yang dapat dilakukan pada 10 Muharram Anak Yatim adalah memperbanyak sedekah dan silaturahmi. Menurut hadits riwayat At-Thabarani dan Al-Baihaqi, melapangkan nafkah kepada keluarga pada Hari Asyura dapat mendatangkan kelapangan rezeki sepanjang tahun. Dengan demikian, berbagi dengan anak yatim dan keluarga pada hari ini menjadi cara untuk mendapatkan keberkahan dunia dan akhirat.

Membaca Al-Qur’an, khususnya surah Al-Ikhlas sebanyak 1.000 kali, juga merupakan amalan yang dianjurkan pada 10 Muharram Anak Yatim. Amalan ini, sebagaimana disebutkan dalam beberapa referensi, dapat mendatangkan pahala besar dan menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, menjenguk orang sakit atau memotong kuku juga menjadi amalan sederhana yang dapat dilakukan untuk memperingati Hari Asyura.

Mengapa 10 Muharram Anak Yatim Penting bagi Umat Islam?

10 Muharram Anak Yatim adalah momen untuk meneladani akhlak mulia Rasulullah SAW. Beliau selalu menunjukkan kasih sayang kepada anak yatim, bahkan menganggap mereka sebagai bagian dari keluarganya. Dengan memperingati 10 Muharram Anak Yatim, umat Islam diajak untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Kepedulian terhadap anak yatim pada 10 Muharram Anak Yatim juga mencerminkan esensi ajaran Islam yang menekankan pentingnya berbagi. Dalam masyarakat yang penuh dengan tantangan ekonomi dan sosial, anak yatim sering kali membutuhkan dukungan ekstra. Memberikan santunan pada 10 Muharram Anak Yatim menjadi cara untuk meringankan beban mereka dan memberikan harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Selain itu, 10 Muharram Anak Yatim mengajarkan pentingnya bersyukur atas nikmat keluarga. Bagi mereka yang masih memiliki orang tua, momen ini menjadi pengingat untuk lebih menghargai kehadiran ayah dan ibu. Dengan membantu anak yatim pada 10 Muharram Anak Yatim, umat Islam diajak untuk merenungkan nikmat Allah dan berbagi kebahagiaan dengan mereka yang kurang beruntung.

Tradisi 10 Muharram Anak Yatim juga memperkuat ukhuwah Islamiyah. Acara santunan yang diadakan oleh masjid, yayasan, atau komunitas menjadi ajang untuk mempererat hubungan antarumat Islam. Dengan berpartisipasi dalam kegiatan ini, umat Islam dapat membangun komunitas yang saling mendukung dan peduli satu sama lain.

Sebagai penutup, 10 Muharram Anak Yatim adalah momentum terbaik untuk menebar kasih dan kepedulian. Dengan menyantuni anak yatim, berpuasa, bersedekah, dan melakukan amalan saleh lainnya, umat Islam dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT sekaligus memperkuat solidaritas sosial. Mari jadikan 10 Muharram Anak Yatim sebagai waktu untuk berbagi kebahagiaan dan membawa berkah bagi diri sendiri serta orang lain. Semoga setiap langkah kebaikan yang kita lakukan pada hari ini menjadi jalan menuju surga-Nya.

 

Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.

Follow us

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ