Hilmi Muhammad Yusri saat mengajar anak didiknya di Sekolah Cendekia BAZNAS (Foto: BAZNAS)

Sisi Lain Sekolah Cendekia BAZNAS, dari Keunikan hingga Kisah Inspiratif

24/09/2021 | Markom BAZNAS

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) membina sekolah unggulan bebas biaya dan berasrama bagi dhuafa berprestasi, yakni Sekolah Cendekia BAZNAS (SCB), yang berada di Desa Cemplang, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 

Sekolah Cendekia BAZNAS fokus pada pendidikan adab islami, akademik, kewirausahaan serta kepemimpinan dan organisasi. Sekolah ini juga memberikan beasiswa pendidikan non-formal, berupa sekolah tahfidz selama dua tahun, dan pendidikan jenjang SMP-SMA untuk anak yatim dan dhuafa setiap tahunnya.

Sekolah Cendekia BAZNAS merupakan bentuk implementasi dana zakat, infak, dan sedekah yang disalurkan masyarakat kepada BAZNAS, guna memberi pendidikan yang layak kepada para siswa dari keluarga kurang mampu, agar bisa tumbuh dan berkembang di masa depan.

Selayaknya sekolah asrama lain, tentu banyak cerita unik yang tersaji di dalamnya. Seperti dituturkan oleh Hilmi Muhammad Yusri, pembina asrama di Sekolah Cendekia BAZNAS. Pria asal Garut ini telah mengabdi hampir empat tahun di Sekolah Cendekia BAZNAS, dan bertanggung jawab menjadi orang tua kedua dalam mendidik para anak di sana.

Ustaz Hilmi, begitu dia biasa disapa, sangat telaten mendampingi dan membimbing anak didiknya. Tak hanya seputar pemberian materi ataupun penyimak hafalan, melainkan juga piawai dalam memberi asupan makanan, kesehatan, hingga setia mendampingi anak yang sakit dan butuh perhatian. Meski begitu, Hilmi memiliki banyak pengalaman mengesankan selama mengajar di Sekolah Cendekia BAZNAS.

"Alhamdulillah menyenangkan luar biasa bisa membersamai santri-santri dari lintas daerah, dari mulai yang paling timur sampai yang paling barat. Dari banyaknya bahasa, banyaknya karakter yang berbeda. Ini sebuah pengalaman yang tak ternilai dan merupakan sesuatu yang patut disyukuri bisa membersamai mereka dan menjadi bagian untuk mereka, kita persiapkan untuk masa depan kelak," kata Hilmi.

Berbagai suka dan duka sudah dilaluinya selama mengajar di sana. Di antaranya, dia bisa melihat perkembangan santri untuk tumbuh dan berkembang, lalu menerima setoran hafalan, dan masih banyak lagi, Kata Hilmi, hal seperti itu merupakan paling luar biasa menurutnya. Banyak sekali suka yang dia rasakan, hingga sulit untuk menjabarkannya satu persatu.

Namun di balik itu tentu ada duka yang ia lalui, yakni saat tidak bisa berlebaran di kampung halaman dan harus melewatkan momen Idulfitri di sekolah.

"Sebenarnya di sisi lain saya wajib untuk menguatkan santri-santri saya yang yang tidak bisa pulang. Rindu orang tua, ingin Lebaran di rumah. Tapi di sisi lain saya sebagai pembina juga ingin lebaran di rumah, ingin pulang. Tapi dengan teguh yang insya Allah kita coba menguatkan, kita punya tanggung jawab. Kita kuatkan santri ayo kita sama-sama berlebaran, tanpa mengurangi keberkahan silaturahmi dengan orang tua", katanya.

Pengalaman itu justru memberi kekuatan dan kebersamaan kepada para santri untuk menjaga layaknya saudara. 

Hilmi lalu melanjutkan pengalaman uniknya selama mengajar di sana. Ada sepasang anak mualaf yang bersekolah di Sekolah Cendekia BAZNAS, dan memiliki tekad untuk berkembang dari nol hingga memiliki hafalan Quran. Keduanya berhasil membuat Hilmi terkagum dan bangga. 

"Kagum sekaligus mengharukan adalah saat saya membersamai santri asal Meranti, Kepulauan Riau. Santri tersebut namanya Sariman dan Ronald, mereka adalah seorang mualaf dan keluarganya ayah dan ibunya sampai sekarang agamanya masih Hindu. Hanya mereka yang Islam di keluarganya. Dengan keteguhan hati mereka, dengan kesungguhan mereka untuk belajar menuntut ilmu sampai ke Bogor dan mereka berstatus seorang mualaf pada saat saat masuk SCB, benar-benar baru mualaf," kata Hilmi. 

Dia ikut menjadi saksi perkembangan mereka yang luar biasa dari mulai belajar dari nol, belajar dari Iqro, cara membaca Alquran yang mulai terbata-bata, hingga menghafal Alquran. "Alhamdulilah Sariman hafalannya sekarang sudah 5 juz, kemudian Ronald hafalannya sekarang sudah 7 juz. Bagi saya Itu yang luar biasa yang mengagumkan dan mengharukan bagi saya," ujarnya. 

Hilmi menaruh harapan besar kepada para siswa di Sekolah Cendekia BAZNAS. Dia berharap kelak para siswa akan menjadi penerus yang berguna dalam estafet dakwah dan bidang lainnya. "Harapannya adalah mereka bisa menjadi orang yang berguna, beramal soleh, dengan adab yang paling penting, bagi negara bagi agama. Yang lebih khusus adalah mereka diutus Allah ke SCB untuk memperbaiki nasib, memperbaiki mental. Bagaimana mental yang dibangun nanti ke depannya sudah bukan mental mustahik lagi, tapi harus upgrade menjadi muzaki. Bukan tidak mungkin dari SCB ini bisa jadi SDM untuk amil terbaik ke depan. Dari SCB ini mungkin saja nanti akan menjadi pengusaha dan amil yang amanah mengelola dana umat," kata Hilmi.

Hilmi pun sangat mendukung keberlanjutan Sekolah Cendekia BAZNAS yang telah memberikan akses pendidikan gratis kepada para anak mustahik, dan memberi mereka kesempatan untuk memperbaiki hidupnya ke depan. Menurut Hilmi, banyak sekali potensi dari seluruh Indonesia yang tidak tersalurkan hanya gara-gara ketidakmampuan dalam hal ekonomi. Maka dengan adanya beasiswa ini, BAZNAZ ikut andil memfasilitasi potensi itu. 

"Karena di antara mereka saya yakin akan ada penerus-penerus yang berkualitas, akan ada pengusaha-pengusaha yang luar biasa, dan akan ada calon amil yang amanah ke depannya," kata Hilmi.

Terlebih di Sekolah Cendekia BAZNAS turut ditanamkan berbagai nilai positif dari berbagai aspek, seperti menanamkan nilai-nilai zakat kepada santri sejak usia dini. Sehingga saat mereka lulus nanti, para siswa sadar bahwa mereka tumbuh dari umat, sehingga mereka harus kembali dan mengabdi untuk umat. 

"Maka dari itu saya sangat mendukung keberlanjutan Sekolah Cendekia BAZNAS ini dalam hal akses pendidikan kepada yang tidak mampu, namun memiliki potensi prestasi akademik maupun non akademik," katanya.

Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.

Follow us

Copyright © 2024 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ