Sukma Cahya Ramadhan: Dari Beasiswa Cendekia BAZNAS Menuju Lulusan Terbaik dan Asa Global
Sukma Cahya Ramadhan: Dari Beasiswa Cendekia BAZNAS Menuju Lulusan Terbaik dan Asa Global
27/05/2025 | Humas BAZNAS“Kesuksesan bukan milik mereka yang selalu menang, melainkan milik mereka yang tidak pernah menyerah.” Kalimat sederhana itu bukan sekadar kutipan motivasi, melainkan prinsip hidup yang dipegang teguh oleh Sukma Cahya Ramadhan, sosok muda penuh semangat yang berhasil menorehkan tinta emas dalam dunia pendidikan keperawatan.
Di balik senyum teduh dan tutur lembutnya, tersimpan keteguhan iman, kerja keras, dan dedikasi tinggi. Sukma adalah peserta Beasiswa Cendekia BAZNAS Angkatan 5 Tahun 2023, yang kini berhasil menjadi Lulusan Terbaik Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Ia menamatkan pendidikannya dalam waktu tujuh semester — sebuah capaian yang tak hanya cepat, tapi juga sarat makna perjuangan.
Dari Doa Ibu hingga Bimbingan Langit
Sukma mengawali perjalanannya bukan dari keluarga berada. Seperti banyak mahasiswa pejuang lainnya, ia paham benar betapa mahalnya pendidikan tinggi. Namun ia percaya, bahwa rezeki dan kemudahan selalu menyertai mereka yang ikhlas berikhtiar. “Doa ibu adalah kekuatan terbesar saya,” ucapnya suatu kali, sembari menahan haru saat mengenang awal mula dirinya mendaftar beasiswa.
Beasiswa Cendekia BAZNAS bukan hanya menjadi bantuan finansial bagi Sukma. Lebih dari itu, program ini menjadi wadah pembinaan spiritual dan intelektual yang membentuk jati dirinya sebagai pribadi yang utuh. Setiap mentoring bulanan, diskusi keilmuan, hingga agenda pengembangan diri menjadi cermin bahwa zakat tak hanya menyentuh perut yang lapar, tapi juga membentuk peradaban.
Jejak Prestasi yang Membanggakan
Tak butuh waktu lama bagi Sukma untuk menunjukkan kapasitasnya. Di semester empat, namanya mulai dikenal secara nasional. Ia terpilih sebagai Volunteer Terbaik Nasional oleh National Youth Health Agent, program yang didukung oleh UNICEF dan Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia.
Masih di tahun yang sama, Sukma menyabet juara dalam Lomba Esai Nasional yang diadakan oleh Himpunan Perawat Holistik Indonesia (HPHI). Tak hanya itu, ia juga menjadi Runner Up dalam International Nursing Olympiad (Numinal) 2023 — ajang kompetisi internasional yang menguji pengetahuan dan keterampilan keperawatan dari berbagai negara.
Kegigihannya di bidang ilmiah tak berhenti di situ. Sukma berhasil meraih pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Artikel Ilmiah dari Kemendikbudristek Dikti. Di sinilah ia mengasah ketajaman pikir dan kecermatan analisis dalam menulis karya-karya ilmiah yang berdampak.
Melintasi Batas Negeri: Menuntut Ilmu ke Malaysia
Semester enam menjadi titik balik spiritual dan intelektual bagi Sukma. Ia mendapat kesempatan emas mengikuti Student Exchange ke Universiti Putra Malaysia. Di negeri jiran itu, ia tak hanya belajar teori-teori keperawatan global, tapi juga menyaksikan langsung bagaimana ilmu dan nilai-nilai kemanusiaan diaplikasikan lintas budaya dan negara.
Sukma menyadari, bahwa Islam mengajarkan pentingnya menuntut ilmu, bahkan hingga ke negeri seberang. Pengalaman ini semakin mengukuhkan mimpinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan membawa misi keperawatan Islami ke panggung dunia.
"Ilmu adalah cahaya, dan cahaya tidak akan masuk ke hati yang gelap oleh keputusasaan. Maka teruslah menuntut ilmu, meski harus mengarungi samudra dan mendaki langit."
— ungkap Sukma dalam salah satu tulisan reflektifnya.
BAZNAS, Jalan Cahaya untuk Anak Bangsa
Keikutsertaannya dalam Program Beasiswa Cendekia BAZNAS RI menjadi salah satu tonggak penting dalam hidup Sukma. Ia mengakui bahwa BAZNAS bukan hanya lembaga zakat, tapi juga lumbung harapan bagi generasi bangsa yang ingin maju dengan jalan yang diridhai Allah SWT.
“Mentoring dan pembinaan dari BAZNAS sangat membantu dalam membentuk karakter dan cara pandang saya sebagai seorang calon perawat. Kami diajak untuk tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga peka terhadap isu kemanusiaan dan keadilan sosial,” tutur Sukma.
Di balik segudang prestasinya, Sukma tetap tampil rendah hati. Ia menjadikan setiap keberhasilan bukan sebagai ajang pamer, tapi sebagai ladang syukur. Baginya, prestasi adalah amanah — dan amanah harus ditunaikan dengan pelayanan dan kontribusi nyata bagi umat.
Menjadi Perawat yang Berakhlak, Berilmu, dan Berdampak
Kini, Sukma tengah menempuh pendidikan lanjutan Profesi Ners, tahap akhir dari perjalanan akademik sebelum resmi menyandang gelar perawat profesional. Cita-citanya tak main-main: ia ingin menjadi perawat global yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, ilmu pengetahuan, dan kemanusiaan.
Ia membayangkan suatu hari kelak bisa mendirikan klinik keperawatan berbasis syariah, menjadi peneliti di bidang kesehatan masyarakat, hingga aktif dalam program kemanusiaan internasional.
“Saya ingin jadi insan yang bermanfaat. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain,” katanya mengutip hadis Rasulullah SAW.
Kisah Sukma adalah gambaran nyata bagaimana zakat, bila dikelola dengan baik dan amanah, bisa melahirkan generasi unggul, mandiri, dan penuh kontribusi. Ia adalah contoh bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk bermimpi besar, selama kita bersandar pada Allah dan terus melangkah dalam kebaikan.
Semoga akan lahir lebih banyak "Sukma-Sukma" lainnya — anak-anak muda yang membawa cahaya keilmuannya untuk menerangi jalan umat. Dan semoga kita semua, menjadi bagian dari ekosistem kebaikan yang terus menebar manfaat lewat zakat, infak, dan sedekah.
"Karena sejatinya, keberkahan ilmu tidak diukur dari gelar dan piala, tapi dari seberapa besar ilmu itu memberi dampak dan manfaat."
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
