Mengaduk Harapan di Dapur Sederhana, Ketangguhan Bu Wiwid di Tengah Gejolak Harga

Mengaduk Harapan di Dapur Sederhana, Ketangguhan Bu Wiwid di Tengah Gejolak Harga

19/06/2025 | Humas BAZNAS

Di sudut tenang sebuah gang kecil di Kelurahan Botoran Timur, Kecamatan Tulungagung, Jawa Timur, aroma manis kue basah setiap pagi menyambut siapa pun yang lewat. Dari sebuah dapur sederhana, Sri Widawati (43)—yang akrab disapa Bu Wiwid—menjalani rutinitasnya dengan semangat yang tak pernah padam. Usaha rumahan bertajuk “Kue Basah Bu Wiwid” tak hanya menyajikan cita rasa tradisional, tetapi juga menjadi simbol ketangguhan perempuan di tengah tantangan ekonomi.

Setiap hari pukul 07.00 pagi, tangan-tangan cekatan Bu Wiwid mulai menakar tepung, memarut kelapa, hingga membungkus adonan dengan daun pisang. Tak perlu alat modern atau dapur mewah, hanya semangat dan pengalaman yang diwariskan dari generasi sebelumnya. Dalam waktu empat jam, aneka kue seperti nogosari, mendut, jadah, hingga wajik telah siap dikemas dan diantar ke para pelanggan setia di pasar-pasar tradisional sekitar Tulungagung.

“Alhamdulillah, walau sederhana, ada saja rezekinya,” ucap Bu Wiwid sambil tersenyum.

Dengan harga sekitar Rp2.000 per biji, usaha ini mampu menghasilkan omzet harian hingga Rp130.000, dengan keuntungan bersih sekitar Rp50.000. Cukup untuk membantu kebutuhan rumah tangga, namun tidak selalu mudah dijalani.

Dapur Kecil, Tantangan Besar

Di balik aroma harum dan tampilan menggoda kue-kue tradisional itu, tersimpan perjuangan panjang. Gejolak harga bahan baku menjadi salah satu tantangan terberat yang harus dihadapi Bu Wiwid.

“Dulu kelapa harganya cuma lima atau enam ribu rupiah per biji. Sekarang bisa sampai lima belas ribu. Itu belum tepung, gula, daun pisang,” keluhnya. Lonjakan harga tersebut tentu memengaruhi margin keuntungannya. Untuk bertahan, tak jarang ia harus memutar otak—mengurangi porsi keuntungan, menyesuaikan ukuran kue, atau bahkan mengandalkan stok bahan seadanya.

Namun Bu Wiwid bukanlah sosok yang mudah menyerah. Di tengah tekanan ekonomi, ia tetap menjaga kualitas rasa dan pelayanan. Pesanan untuk yasinan, arisan, hingga pembelian lewat WhatsApp tetap ia layani dengan ramah dan telaten.

Angin Segar dari BAZNAS

Pada Mei 2025, secercah harapan datang menghampiri. Melalui program Baznas Microfinance Desa (BMD) Tulungagung, Bu Wiwid memperoleh pembiayaan sebesar Rp1.800.000. Bantuan ini bukan sekadar uang pinjaman, tapi dukungan nyata untuk pelaku usaha kecil yang kerap tak tersentuh lembaga keuangan konvensional.

Dana tersebut langsung dimanfaatkan Bu Wiwid untuk membeli mesin parut kelapa dan ketela, serta sebuah chopper mini. Peralatan ini mempercepat proses produksi dan menghemat tenaga. Selain itu, sebagian dana juga ia gunakan untuk membeli stok bahan baku ketika harga sedang stabil.

“Mesin ini sangat membantu. Saya jadi nggak perlu sewa parutan lagi ke luar, bisa kerja lebih cepat,” tutur Bu Wiwid dengan mata berbinar.

Kehadiran Baznas tak hanya memperkuat usaha Bu Wiwid secara finansial, tetapi juga membuka akses pembinaan dan pendampingan usaha. Dari pencatatan keuangan hingga strategi pemasaran, Bu Wiwid kini lebih siap menghadapi persaingan.

Mimpi di Balik Daun Pisang

Meski dapurnya hanya seukuran beberapa meter persegi, mimpi Bu Wiwid jauh melampaui ruang itu. Ia ingin usahanya bisa menjangkau lebih banyak pelanggan, masuk ke warung-warung kopi, bahkan merambah toko oleh-oleh khas Tulungagung. Ia juga bercita-cita bisa mempekerjakan tetangga sekitar, agar kue-kue basah tradisional bisa menjadi sumber penghidupan bersama.

“Saya ingin kue-kue tradisional ini tetap hidup. Jangan sampai anak cucu kita nanti nggak kenal nogosari atau mendut,” ujarnya.

Kini, di tengah naik turunnya harga bahan pokok dan dinamika pasar, Bu Wiwid terus melangkah. Setiap adukan adonan adalah bentuk doa dan harapan. Setiap kue yang dibungkus adalah hasil kerja keras dan ketekunan.

Di balik kesederhanaan dapurnya, Bu Wiwid telah membuktikan bahwa ketangguhan, kemauan belajar, dan sedikit bantuan dari lembaga seperti Baznas bisa menjadi kombinasi kuat untuk mewujudkan mimpi. Karena di tangan seorang ibu, sepotong kue bisa menjadi simbol ketahanan ekonomi keluarga—dan lebih dari itu, ketahanan budaya dan tradisi bangsa.

Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.

Follow us

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ